06: Beside You

Comincia dall'inizio
                                    

Pertanyaan lain serupa di mana selama ini Jaehyun berada dan mengapa meninggalkannya begitu lama menubruk benak Rosé. Di samping itu, pernyataan yang seringkali dilontarkan oleh Alice tentang kematian Jaehyun menghantarkan setumpuk dilematika. Namun, ketika matanya kembali memandang wajah laki-laki itu, ada rasa yakin bahwasanya itu memanglah Jaehyun sebab Rosé percaya sekali pemilik wajah itu hanya ada satu di dunia ini.

"Apa kau tidak merasa dingin?"

Jeffrey bertanya bersama mata yang sesekali melirik kaki seputih porselen milik Rosé. Cukup lama tak terdengar jawaban, Jeffrey tak berharap banyak. Pembicaraannya mungkin akan kembali menjadi obrolan sepihak, sama seperti beberapa saat lalu.

"Dingin."

Hingga suara rendah nan lembut memecah prasangka Jeffrey. Sejenak saling menuatkan pandang, Jeffrey kembali menjatuhkan atensi pada surai milik Rosé yang tengah ia sisiri. "Kalau dingin, mengapa pakai pakaian seperti itu? Tidakkah sebaiknya kau memilih pakaian yang lebih tertutup dan hangat di musim dingin seperti sekarang?"

Masih dengan dua netra yang seakan menelanjangi Jeffrey, suara lembut Rosé kembali mengalunkan tanggapan tak terduga, "Biar aku terlihat seksi."

"A-apa?" Jeffrey bertanya terbata. Barangkali telinga mendengar kalimat yang salah, ia hanya ingin memastikan. "Bukankah kau menyukai perempuan seksi?"

Kali ini sebuah pertanyaan dari Rosé tak mampu Jeffrey jawab dengan cepat. Pria itu terdiam cukup lama. Sampai kembali terdengar Rosé bersuara, "Aku hanya ingin menjadi seperti apa yang kau sukai. Dengan begitu kau bisa terus berada di sampingku."

Masih tak lantas Jeffrey berikan tanggapan. Pria itu kini terseret untuk menyatukan pandang di antara mereka dan tenggelam lebih dalam hingga ia menemukan ketakutan besar di balik pancaran mata Rosé di sana.

Mengakhiri aktivitas mengeringkan rambut Rosé, Jeffrey menyeret sehelai selimut yang kemudian ia gunakan untuk membungkus tubuh perempuan itu. Ia abaikan tatapan kaget dan keheranan dari Rosé. Ia menyibukan diri dengan memastikan benda tebal itu benar-benar menyelimuti tubuh Rosé dengan sempurna kecuali bagian kepala.

"Kalau boleh menyarankan, kau tidak harus menjadi seperti apa yang disukai seseorang. Jadilah seperti apa adanya kamu, sebab yang terpenting adalah kenyamanan dirimu. Perkara seseorang akan menyukaimu atau tidak, itu tidaklah penting. Dan lagi, seseorang yang benar-benar menyukaimu tidak akan meninggalkanmu meski kau tidak menjadi seperti yang mereka suka, sebab yang disukai mereka adalah segala yang ada pada dirimu."

Jeffrey benar-benar tak berpikir panjang saat mengatakan serentetan kalimat itu. Sebab Jeffrey pikir, Jaehyun ialah sebaik-baik manusia yang patut dicintai, maka ucapan bijaksana seperti apa yang baru saja keluar dari dari mulutnya bukanlah hal yang akan membuatnya dicurigai.

Namun, sosok Rosé yang terdiam tanpa tanggapan saat ini menjadi pemicu keresahan tersendiri. Jeffrey jelas tidak tahu, lika-liku yang telah dihadapi oleh Rosé selama mempertahankan hubungannya dengan Jaehyun. Yang jelas, petuah Jeffrey tadi menuai tatapan tanpa arti dari perempuan itu.

Beralih mengambil nampan berisi makanan, Jeffrey berakhir menyuapkan sesendok demi sesendok sup ke dalam mulut Rosé. Kondisi tangan kanan Rosé yang terlilit perban dan tak mungkin digunakan, menyeret insting pria itu untuk membantunya. Usai dengan kegiatan menyuapi Rosé, Jeffrey kini berkutat dengan botol obat tanpa menghiraukan dua mata Rosé yang melebar.

Jeffrey tersentak begitu Rosé menyambar botol obat di tangannya dan menggenggam erat-erat. "Ada apa?"

Perempuan itu nampak seperti menyimpan cemas. Ia menggeleng. Pandangannya kini berlabuh pada lengan Jeffrey. "Lenganmu basah. Gantilah pakaianmu di sana! Aku bisa minum obat sendiri." Rosé menunjuk pada bilik yang berfungsi sebagai ruang ganti, tempat pakaian dan aksesoris bermerek tertata rapi.

SILHOUTTE: After A Minute [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora