09

3.4K 340 30
                                    

"atau memang harus kehilangan dulu untuk paham. bahwa, kehadiran saya sangat dibutuhkan anda?"

•••

Happy reading
jangan lupa vote dan komen, gratis.

Saat ingin menjalankan motornya, tiba-tiba ada yang menyapanya. Ara menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang menyapanya.

"Hai ra!" sapa Gevan ke pada Ara.

"Eh? Hai kak!"

"Abis beli apa lo?" tanya Gevan sambil melirik belanjaan Ara.

"Abis beli cemilan, susu, sama yang lainnya," jawab Ara.

"Oh, boleh ngobrol sebentar?" tanya Gevan.

"Boleh,"

"Ke taman deket sini aja, biar enak ngobrolnya," ujar Gevan.

"Yaudah ayo," ucap Ara. Mereka menjalankan motornya masing-masing ke taman terdekat.

"Jadi, mau ngomong apa?" ucap Ara to the point.

"Boleh gak gue ngambil hati lo?" tanya Gevan sambil menatap Ara intens.

"Caranya gimana? Di bedah dulu kan?" tanya Ara polos. Gevan menjitak kening Ara pelan.

"Awh," ringis Ara. Gevan yang mendengar ringisan Ara mendekat ke arah Ara.

"Eh? Sakit? Maaf gue gak sengaja," ucap Gevan khawatir. Ara yang melihat komuk Gevan yang menurutnya lucu pun tertawa terbahak-bahak. Gevan yang melihat tawa Ara pun merubah tatapannya menjadi datar.

Gevan menyeringai kecil, Ara yang melihat Gevan tersenyum miring pun jadi merinding. Ia menatap Gevan waspada, Gevan mendekatkan tubuhnya sampai tubuh mereka hampir bersentuhan.

Gevan mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan, jika di antara mereka gerak kemungkinan bibir mereka bisa menempel.

Ara menutup matanya ketika Gevan semakin mendekatan wajahnya. Pikirannya hanya takut Gevan mencium dirinya. Gevan yang melihat Ara menutup matanya terkekeh, kemudian menjauhkan wajahnya dari wajah Ara.

"Lo ngira gue mau cium lo ya?" ucap Gevan pede.

"D-dih kata siapa? Pede bat lo! Gue kan cuman waspada aja gitu," elak Ara.

"Halah, ngeles aja lo!" Gevan mendekatkan wajah nya ke wajah Ara.

Plak

Gevan terkena tamparan dari Ara. "Mamam noh, iseng sih lo!" sinis ara. Gevan mengusap pipi nya yang terkena tamaparan Ara.

Gevan menatap Ara tajam. "Kenapa tuh mata?! Mau gue colok, ha?" ucap Ara sambil mengangkat dagunya.

"Ck, kasian wajah gue yang ganteng ini," ucap Gevan pede.

"Emm, NAJIS!" teriak Ara di depan telinga Gevan.

"Anjing! Kuping gue bolot nanti gara-gara lo!" pekik Gevan sambil mengusap telinganya.

"Bodo, lo tadi mau ngomong ape?!" tanya Ara.

"Lo mau gak jadi pacar gue?" tanya Gevan.

Deg

Ara memang sudah nyaman dengan Gevan, karna sejak kejadian Gevan yang menunggu nya di rumah sakit mereka jadi sering chatan, telfonan atau video call tiap malam.

Ara memandang Gevan dari atas sampe bawah, tapi ada yang mengganjal menurutnya. Ia mengeluarkan kalung yang di pake oleh Gevan.

"Ini kalung apa? Baru liat gua cowo pake kalung. Ih susah banget di keluarin nya. Ini kalungnya nyangkut," ucap Ara, Gevan di buat gugup oleh Ara.

Hi, I'm AraWhere stories live. Discover now