25. Pengkhianat

131 21 0
                                    

HAPPY READING

•••••

Tidak terasa, sebentar lagi mereka akan segera menghadapi Ujian Nasional. Seluruh kelas 12 sudah mulai sibuk untuk belajar, agar dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya, sesuai apa yang diinginkan. Begitu pula dengan Ayana, gadis itu sangat sibuk sekali belajar, begitu fokus untuk ujian. Bahkan Matteo pun, selalu bergabung belajar di malam hari dengan Ayana. Laki-laki itu tidak sebercanda seperti sebelum-sebelumnya untuk masalah belajar, Matteo terlihat sangat serius kali ini. "Ay, nanti malem, aku nggak ke rumah dulu," kata Matteo.

Saat ini mereka sedang berada di kantin, untuk mengisi perut yang sudah pada berdemo minta diisi. Ayana menaikkan sebelah alisnya, menatap ke arah Matteo. "Kenapa?" tanyanya.

"Nanti siang mau nganterin Mama ke Bogor, soalnya Oma lagi sakit," balas Matteo membuat Ayana mengangguk mengerti.

"Hati-hati, ya," kata Ayana tersenyum.

Matteo mengangguk, melanjutkan makannya kembali.

"MATT... MATTEOOO!" teriakan Javar membuat Matteo yang sedang menikmati siomaynya terlonjak kaget, begitupun dengan Ayana dan seisi kantin yang mendengar teriakan laki-laki itu. Semua pandangan mata menjadi menatap ke arah Javar.

Javar yang menyadari itu tersenyum kikuk, membungkuk. "Maaf... maaf."

Sampainya di depan Matteo, Javar langsung mengambil es teh di atas meja milik Matteo, lalu duduk di sebelah laki-laki itu. "Kenapa sih? Kayak ada yang penting banget?" tanya Ayana bersuara, karena melihat Javar yang ngos-ngosan.

"Bener, penting banget," kata Javar mengusap dadanya. "Bentar... bentar."

"Si Malvin, masuk rumah sakit," katanya masih dengan napas tersenggal.

Matteo menghentikan aktivitas memasukkan siomay ke dalam mulutnya, langsung menatap Javar. "Malvin masuk rumah sakit? Kok bisa?"

"Gue juga nggak tau, tadi Jalar beri tau gue. Soalnya pas kemaren Jalar mau ke rumah Malvin, pembantunya bilang dia di rumah sakit udah sejak tiga hari yang lalu," jelas Javar.

"Ya Allah, terus gimana? Sekarang Malvin baik-baik aja, kan, Var?" tanya Ayana yang juga tidak bisa menutupi keterkejutannya.

Javar mengangguk, sebagai jawabannya. "Dia lumayan udah baikan, Na."

"Syukur deh kalo gitu," gumam Ayana.

Matteo terlihat beranjak dari duduknya, lalu melirik ke arah Javar. "Kasih alamat rumah sakitnya ke gue, Var."

"Lo mau ke sana sekarang? Cabut?" tanya Javar.

"Nggak usah banyak tanya, buruan kasih alamat rumah sakitnya," kata Matteo dengan datar.

"Lo bisa nanti aja ke sana pulang sekolah," kata Javar masih tidak memberitahu alamat rumah sakit di mana Malvin dirawat.

"Udah, Var. Biarin Matteo ke sana," kata Ayana yang kali ini mendukung Matteo. Bukannya apa, karena Ayana tau, sekeras apapun mengehentikan Matteo, laki-laki itu akan tetap pada keputusannya.

Javar menghembuskan napasnya, bahkan Ayana pun mendukung aksi Matteo yang akan cabut sekarang juga, padahal waktu untuk pulang sekolah masih 5 jam lagi. "Rumah sakit Columbia, lo tau itu di mana. Malvin ada di ruang kenanga nomer lima a."

MATTEO ✔ [Completed]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant