"Saya tidak peduli dok. Saya tetap ingin mendonorkan hati saya pada suami saya."

     Dokter itu menghela nafas pelan. "Baiklah bu jika itu keinginan anda. Setelah ini ibu bisa ikut perawat itu memeriksa apakah hati ibu cocok di donorkan pada suami anda."

     Aku mengangguk pelan, aku tidak menyesali keputusan ku. Aku pun mengikuti arahan perawat itu menuju ruang khusus. Setelah beberapa proses berlalu akhirnya aku diperbolehkan keluar untuk sementara waktu sambil menunggu hasil dari tes kecocokan.

     Aku berjalan sempoyongan menuju ruang rawat Bee terlebih dahulu. Bee terlihat masih terlelap nyenyak. Aku mendekati Bee. Tangan ku membelai kepala Bee dengan lembut kemudian beralih pada kaki anak ku yang tidak sempurna.

     Aku kembali meneteskan air mata. Ibu mana yang sanggup melihat anak nya tidak lahir secara sempurna.

     Aku pun mencium kening Bee dengan sayang hingga tetesan air mataku mengenai kening Bee. "Doakan hati mama cocok untuk dady ya sayang. Biar dady bisa sembuh. Nanti kalau dady sembuh bisa main deh sama Bee." kata ku dengan suara bergetar.

     Aku menyeka air mataku, hari ini aku terlalu banyak menangis. Terlalu banyak hal menyedihkan datang sili berganti. Aku pun berjalan meninggalkan Bee meminta bantuan seorang perawat memantau Bee saat aku keluar.

     Aku kembali menuju ke ruangan ICU. Di batasi dengan kaca aku melihat tubuh Daniel yang terkapar lemah di atas brankar dengan dibantu banyak alat medis. Aku menggigit lidah ku agar tidak menangis. Aku tidak boleh menangis lagi, aku harus kuat demi Daniel dan Bee.

     Setelah itu aku melirik jam, sudah waktunya aku melihat hasil tes itu. Aku segera perg ke ruangan laboratorium.

     "Bu Bella?" panggil seorang dokter padaku yang sudah lama menunggu di depan ruangan laboratorium.

     "Iya dok."

     "Silahkan masuk bu." Aku pun masuk dan duduk. Dokter itu melepas kaca matanya dan menatapku dengan tersenyum. "Selamat hasilnya cocok, anda diperbolehkan mendonorkan hati anda untuk pak Daniel."

     Aku tersenyum lega. Aku sangat bersukur. Akhirnya Daniel mendapatkan donor hati. "Terimah kasih dok. Terimah kasih banyak."

     "Ya bu, besok kita bisa mulai melakukan tindakan."

     "Baiklah dok."

     Aku sangat bersykur. Akhirnya aku bisa berbuat kebaikan untuk Daniel. Aku berjanji akan melakukan apapun demi kesembuhan Daniel karena dirikulah asal mula penderitaan Daniel.

_______

     Keesokan harinya tepat malam hari aku berada di sebuah ruangan oprasi dengan menggunakan baju pasien. Aku terbaring di atas sebuah brankar dengan sebuah infus tertempel di telapak tanganku. Aku menatap keseluruh ruangan yang dipenuhi banyak dokter juga perawat tak lupa alat medis khusus untuk keperluan oprasi.

     Kemudian aku melirik ke samping dimana terdapat Daniel yang juga terbaring diatas brankar. Aku menatap miris Daniel yang masih saja terpejam, kulirik kakinya yang telah divonis oleh dokter lumpuh sementara. Mataku berkaca-kaca. Aku tidak sanggup melihat Daniel seperti ini.

     Dimanakan Daniel yang suka marah dan kejam?

     Seorang perawat mendekatiku. Dia menyuntikan sesuatu pada ku melalui lengan. Sepertinya itu obat bius.

     "Rileks bu Bella. Kita mulai oprasinya sekarang."

     Secara perlahan aku mulai mengantuk dan mataku pun perlahan terpejam sempurna. "Akan aku lakukan semuanya demi mendapat maaf dari mu Daniel."

[AUTHOR POV]

     Setelah melakukan oprasi donor hati akhirnya Bella membuka matanya. Dia mengedarkan matanya keseluruh ruangan. Sayup -sayup Bella mendengar tangisan bayi.

     Bella melirik pelan mencari asal suara ternya suara tangisan itu adalah suara tangisan Bee yang sedang berusaha di tenangkan oleh dokter Ervan.

     Kemudian Bella memengang kepakanya yang terasa berdenyut nyeri dan juga perih pada bagian perut. "Auw." suara ringisan Bella membuat fokus Ervan pada Bee terbagi.

     "Bu Bella sudah sadar?" gumam Ervan, lantas demgan cepat lelaki itu menghampir Bella dengan menggendong Bee di tanganya.

     "Bu Bella baik-baik saja. Apa ada yang sakit." tanya Ervan dengan raut wajah panik. Bella menggeleng lemah, dia menjulurkan tanganya ingin mengambil Bee dari gendongan Ervan.

     Tapi dengan segera Ervan menolak. "Bu Bella baru saja oprasi. Bu Bella jangan terlalu banyak bergerak." ujar Ervan.

     Bella mengangguk tak enak. "Berapa lama saya tertidur dok?"

     "Hanya dua hari bu."

     Bella terkejut, dia meninggalkan anakanya selama dua hari. Untung saja Ervan mau menjaga Bee. "Ya ampun. Saya sangat berterimah kasih pada anda karena telah mau menjaga Bee saat saya tidak ada."

     "Tidak perlu berterimah kasih bu. Ini sudah tugas saya."

     Bella mengangguk. Bella sangat kagum dengan segala kebaikan dokter Ervan. "Saya belikan makan dulu bu, nanti ada perawat akan memeriksa lagi keadaan bu."

     Bella menggeleng sungkan. Bagaimana pun Ervan hanya lah dokter pasti banyak sekali jadwal penting. "Tidak perlu dok. Saya ak-"

     "Biar saya saja bu."

     "Tapi Bee?"

     "Biar saya ajak cari makan juga."

     Ervan tersenyum lembut menatap Bella. Lelaki itu seakan seperti seorang suami yang sigap. Ervan melangkah keluar tapi saat Ervan sampai di tengah pintu dia mendadak berhenti mendengar pertanyaan Bella.

     "Kenapa anda baik sekali kepada saya dok? Anda tahu kan saya punya seorang suami. Bukanya lancang tapi anda hanya seorang dokter dari Bee, ke-kenapa anda sangat baik kepada saya?"

     Ervan tersenyum hangat sambil berbalik menatap Bella.

     "Karena saya mencintai anda."

     "Karena saya ingin berbuat baik. Bukankah berbuat baik boleh pada siapapun, baik untuk orang bersuami maupun tidak kan?"

     Bella merasa tak puas dengan jawaban Ervan. Tapi belum menanyakan pertanyaan lagi, Ervan terlebih dahulu pergi membeli makanan.

     "Sebenarnya siapa dokter Ervan. Kenapa dia sangat baik padaku."


Gimana part ini?

Lanjut gk?

Comment yuk✨

DESTROYEDOù les histoires vivent. Découvrez maintenant