Part 7: Cara modus sultan

Start from the beginning
                                    

"Gue nggak munafik, jujur gue penikmat cogan," cetus Nindi, jujur."Habisnya, tiap hari disuguhin muka lo! Jadinya terbiasa seneng liat cogan," sambung Nindi, menggoda Radit.

Yang digoda mengangkat kedua sudut bibitnya, manis. Matanya sedikit terpejam, karena senyum lebarnya. Dirinya yang disenyumi justru terpaku karena ... Radit sangat manis ya, Tuhan! Hingga bibinya terasa ditarik oleh seseorang yang tak lain adalah sahabatnya itu, membuatnya berlagak merajuk sambil mengusap pipinya yang panas.

"Masih tembem ya?"

"Gue bilang nggak, biar lo berhenti diet."

Salah tingkah, namun sebisanya ia menutupinya dengan gelagat pura-pura ngambek.

"Apaan sih!" sergahnya, lalu ia memutuskan kembali menonton konten Dimas yang konsepnya tengah bagi-bagi dengan niat pamer harta.

Kesal menyaksikan akting sok baiknya, namun justru dibuat candu melihat wajahnya yang berkharisma. Pantas saja, orang-orang berbondong-bondong memposisikan dia sebagai cowok tertampan di sekolah, ternyata dia memang sangat tampan! Percayalah, dibalik goodlooking-nya seseorang, pasti ada nenek, kakek, ayah dan ibu yang juga good looking. Pasti keluarga Dimas pada good looking, hingga menghasilkan bibit unggul seperti Dimas. Sayangnya dia akhlakless.

"Hayo! Diem-diem nontonin gue nih, ye!"

Celetukan seseorang membuat Nindi cengo, lantas menoleh ke asal suara yang terdengar dari belakang tubuhnya. Demi di lobster Larry! Ternyata orang yang sedari tadi ia ghibahi dengan Radit ada di sini.

Tanpa menjeda lama, Nindi mengganti asal video yang ditontonnya.

"Nggak kok, najis banget!" kilahnya,meski yakin ini tidak berguna.

Dimas Anggara non original tersenyum menggoda, lantas melompat dari belakang dan duduk di samping Nindi. Kini, ia dihimpit dua cogan sekaligus, sejujurnya ini bukan hal baru lagi bagi Nindi, tetapi rasanya tetap saja ngap, tiba-tiba ngos-ngosan begini.

"Waduh! Lo ngapain dah?! Jauh-jauh dari gue! Entar gue diserang fans-fans fanatik lo!" usir Nindi seraya mendorong Dimas, agar menjauh darinya. Asal Dimas tahu, setiap hari ia diserang oleh fans-fans-nya karena hate coment yang diketikkan Nindi, namun hal itu tidak membuat Nindi kena mental, karena identitasnya tersembunyi. Selagi tidak ada yang tahu bahwa akun itu milik Nindi, maka mentalnya aman-aman saja.

"Lah, lo sendiri fans gue, harusnya lo seneng deket idola!"

Gue haters lo, monyet! gerutu Nindi dalam hati.

"Najis banget! Ketika gue udah tahu kemunafikan lo, apakah gue mau ngeidolain lo?"

"Buktinya lo nontonin konten gue."

Sial! Nindi tidak bisa berkilah lagi, dan tidak ada argumen yang bisa menyelamatkannya.

"Nggak pa-pa, nggak usah malu-malu gitu." Dimas menyenggol genit bahu Nindi, membuat Nindi terusik dan geli sendiri melihat komuknya yang menyebalkan.

"Apaan sih, rontokan daki?!" kata Nindi, lantang. "Radit! Bawa gue pergi dari sini!" rengeknya seperti anak kecil pada Radit.

"Ya, udah, yuk, pindah."

Baru hendak beranjak dari duduknya, lengan baju Nindi ditarik oleh lelaki itu. Mau tidak mau, bokongnya kembali menempel pada kursi panjang itu.

"Nonton konten gue pakai wi-fi sekolah? Nggak salah?" Si Dimas Anggora tampak tersenyum meremehkan.

"Ya, terus kenapa? Nggak boleh? Bersyukur dong, gue udah tambahin viewers lo walau cuman sebiji!"

"Gini aja deh, karena lo bagian dari Dimasnisti. Gue bakal isiin kuota lo."

GUE CANTIK, LO MAU APA?! (End)Where stories live. Discover now