42 [ENDING]

3.3K 232 120
                                    


-----------------------------------------------------------

Yuk, sebelum membaca jangan lupa follow bagi yang belum, jangan lupa juga untuk memberikan vote dan komentarnya. Terimakasih

-----------------------------------------------------------

• E N J O Y •

Sudah satu bulan berlalu setelah Haneul dan Hyunjae bertemu. Sudah tiga kali pula Taehyung menatapnya sinis setiap kali Hyunjae datang untuk sekedar berkunjung menemui Haneul. Dalam kurun waktu satu bulan ini memang Haneul dan Hyunjae banyak berinteraksi dan bertemu, tentunya dengan izin Taehyung.

Seperti tadi siang, Hyunjae datang membawa sekotak salad kesukaan Haneul, dan pada sore harinya begitu Taehyung pulang, dia sudah melihat istrinya sedang asik bercengkrama di halaman belakang. Lalu malam ini setelah makan malam, Hyunjae baru pulang.

Haneul berdiri di depan Taehyung yang wajahnya ditekuk–memperlihatkan rasa tak sukanya terhadap Hyunjae yang melambaikan tangan sebelum akhirnya pergi.

"Dia sering sekali kemari," katanya lalu masuk lebih dulu, dan kemudian diikuti oleh sang istri.

"Memangnya kenapa?"

"Aneh saja."

"Jangan berpikiran buruk, Taehyung." Haneul kembali mengingatkan. Suaminya itu memang selalu memandang buruk Hyunjae, apalagi pikiran–pikiran jeleknya yang terus Taehyung ceritakan pada Haneul.

"Sudah berapa kali dia mengirimu salad?" Taehyung duduk bersandar di tempat tidur.

"Enam." Haneul menjawab sembari menunjukkan jemarinya yang berjumlah enam. Dia terlihat senang sekali menjawab pertanyaan suaminya itu.

"Sini." Taehyung mengisyaratkan agar istrinya duduk di sisinya.

Haneul ia peluk lama. Aroma tubuhnya dihirup dalam–dalam dan malam ini Taehyung tak mau jauh dari istrinya itu. Babies juga ia ajak bicara, telinganya ditempelkan pada perut buncit Haneul, tangannya juga tak pernah berhenti mengusap perut itu.

"Kenapa mendadak manja?"

"Biasanya juga begini, 'kan?" Taehyung menjawab tanpa melihat Haneul, dia sibuk dengan calon babies.

"Babies ... tiga bulan lagi kita akan bertemu. Bagaimana perasaanmu?" Taehyung bicara lagi pada calon anaknya.

Haneul terkekeh kemudian berujar, "Masih tiga bulan lagi, Taehyung."

"Kenapa lama sekali, ya? Aku sudah tidak sabar."

"Memangnya mau apa kalau sudah lahir?"

Taehyung membenarkan posisinya, dia duduk menyamping, memposisikan dirinya tepat di depan sang istri.

"Mau kuajak bicara, mau kugendong, mau kusayang, mau kumandikan, mau kuberikan semuanya pada mereka."

"Gemas." Haneul justru mencubit pipi sang suami dengan cukup kuat. Dia juga tertawa mendengar jawaban Taehyung yang tak pernah berubah jika ditanyai hal yang sama.

Taehyung duduk melamun di halaman rumahnya. Bersama Taetae yang juga tampak lesu sedang berdiam diri di tempat favoritnya, dan juga anjing baru mereka yang berada dipangkuan Taehyung. Ia mengingat lagi malam di mana dia masih bisa bermanja pada istrinya, malam di mana ia masih bisa menyapa dan bicara pada calon anak–anaknya. Malam di mana dia masih bisa tertawa puas bersama sang istri.

Siapapun kalau melihat Taehyung sekarang, mereka akan mengira pria itu sudah tidak punya lagi semangat hidup. Tebakan mereka memang benar, Taehyung tak punya semangat lagi dalam hidupnya setelah dia kehilangan dunianya satu minggu lalu. Tepat setelah tiga hari setelah kandungan sang istri menginjak enam bulan, dan setelah dia menerima salad ke enam yang diberikan Hyunjae, si pembunuh istri tercintanya. Tidak hanya istri tapi juga calon anaknya.

ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang