Raiden-chapter 20

Depuis le début
                                    

"Oke gue juga!" Lanjut ghea.

Alena mengembangkan senyum lebih lebar lagi ia sangat senang hari ini. "Oke ayo!" Semangat gadis itu.

***
Setelah selesai dari kantin alena izin dengan sahabatnya ingin ke toilet. Setelah ketoilet alena berjalan pelan melewati koridor sekolah. Keadaan sepi mungkin sebagian sudah masuk kedalam kelas.

Alena melewati ruang guru namun langkahnya terhenti mendegar bu resi-guru kimia memanggil namanya. "Alena!"

"Iya bu?" Jawab alena sopan.

"Bisa ibu minta tolong?"

"Em, iya apa bu?"

"Kebetulan kamu lewat ibu minta tolong kamu fotocopy ini ya, mesin disekolah lagi ada masalah." Bu resi memberi alena sebuah map cokelat.

"Itu berkas penting, harus di fotocopy sekarang. Ibu sekarang juga harus nemuin kepala sekolah. Makanya ibu minta tolong kamu ya?"

Alena mengganguk. "Iya bu, alena bisa."

"Terimakasih alena, ibu keruang kepala sekolah dulu." Setelah itu bu resi pergi dari hadapan alena.

***
"Bang aku mau fotocopy ini." Alena menyerahkan map cokelat pada abang fotocopy.

"Iya, sebentar."

Alena menunggu didepan toko fotocopy. Ia duduk disalah satu bangku kayu yang tersedia.

"Hai alena."

Alena menoleh melihat siapa yang memanggilnya. Ia membulat mata terkejut melihat kendra yang sudah duduk disampingnya. "H-hai,"

"Sendiri?" Tanya kendra basa-basi. Namun sangat basi.

"I-iya," alena sangat tidak nyaman berdekatan bersama kendra. Ia teringat ucapan raiden untuk tidak berdekatan pada kendra.

"Kok gugup, hm?" Kendra mengelus sebentar pipi alena. Namun ditepis cepat dengan alena.

"Jangan pegang-pegang!" Suara alena meninggi.

"Kalem babe, gue gak bakalan nyakitin lo." Kendra tersenyum smirk.

"Tapi kalo lo kelemah raiden? Berarti gue harus habisin lo juga." Ujar kendra santai.

"Kalo lo mati? Raiden akan hancur. Dan itu yang gue mau!" Bentak kendra lalu terkekeh pelan.

"Siap-siap untuk tidak hidup tenang babe." Seringai kendra sambil mengusap kepala alena dan berlalu pergi.

Tubuh alena bergetar hebat sungguh ia sangat takut sekarang. Tatapan kendra seringai lelaki itu terlihat jelas tak terlihat kebohongan didalam ucapan nya tadi.

"Neng, ini fotocopy nya."

"Neng?" Abang fotocopy mengibaskan tangan didepan wajah alena.

Alena mengerjap mata kaget. "Eh, maaf bang. Ini uangnya, makasih." Alena menghembus nafas kasar, ia menghapus jejak air mata dipipi.

"Bunda..., alena takut," cicit alena memeluk map cokelat itu.

Ia masih terduduk diatas kursi tempat fotocopy. Rasanya melangkahkan kaki untuk kembali kesekolah saja alena masih terasa lemas.

Raiden. (SUDAH TERBIT)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant