T W E N T Y T H R E E

39 8 0
                                    

Untuk kesekian kalinya Zalfa meneguk es cappucino dalam cup besar melalui pipet yang terhubung dengan mulutnya. Zalfa juga heran kenapa es cappucino-nya nggak habis-habis.

Bukan-bukan, lupakan masalah es cappucino karena saat ini ketegangan sedang kembali terjadi. Setelah meyakinkan dirinya untuk benar-benar kembali menjadi vokalis B'Band, Zalfa akhirnya mengiyakan ajakan Bastian untuk datang ke markas walaupun masih dengan perdebatan yang alot.

"So, sebisa mungkin kita harus bisa meminimalisir masalah pribadi masuk ke dalam masalah Band. Bukan cuma Bima dan Zalfa aja, gue sendiri dan lo, Den, jangan sampai masalah seperti ini terulang lagi," akhir kata Bastian setelah bercuap panjang lebar demi menyelesaikan masalah yang ada.

"Oke, gue minta maaf kalau gue jadi penyebab atas masalah ini. Gue harap, Zalfa bisa ngerti kenapa gue seperti ini. Gue menyesal, dan gue harap penyesalan gue bisa mengembalikan B'Band seperti semula," Bima angkat bicara dan otomatis menjadi pusat perhatian bagi tiga orang lain di sana.

Zalfa tidak menjawab apa-apa. Dia tidak tau apakah Bima benar-benar menyesal atau hanya pura-pura agar B'Band kembali utuh. Yang pasti Zalfa masih dongkol dengan Bima, lagi-lagi dirinya yang harus mengerti keadaan orang lain. Bicara seperti itu, Zalfa jadi berpikir, kapan dirinya dimengerti?

"Jal, maafin Bima dong. Kalau bisa kalian amnesia aja deh biar lupa kalau kalian pernah pacaran. Jadi kan nggak akan canggung lagi," sungguh laknat ide Edden yang meminta agar Zalfa dan Bima amnesia.

"Lo aja sono yang amnesia, biar lupa kalau lo pernah jadi manusia laknat!" cibir Bima.

Edden menyengir lebar sambil mengacungkan dua jari. Sementara Zalfa masih betah dalam diamnya walaupun dia sepenuhnya menyimak. Bastian mengusap punggung Zalfa pelan untuk menyalurkan ketenangan.

"Gimana? Lo mau balik lagi kan?" tanya Bastian secara pribadi pada Zalfa selagi Edden dan Bima masih saling mencaci.

"Gue ... " ucapan Zalfa menggantung, membuat Bastian dan bahkan Edden dan Bima yang tadinya masih ribut diam-diam menantikan lanjutan kalimat Zalfa.

"Nggak ngerti," nafas Zalfa tercekat.

Bastian, Bima, dan Edden menghembuskan nafas kasar. Rupanya ini adalah masalah paling rumit sepanjang sejarah perjalanan B'Band.

"Gue boleh ngomong berdua?" Bima mengajukan diri pada teman-temannya. "Sama Zalfa," lanjut Bima membuat Bastian melirik tajam.

"Ngapain lu, Bro? Mau ngecengin mantan lagi? Jangan ah, kata orang mah balikan sama mantan sama aja makan sayur basi," komentar Edden penuh gelagat humor.

Tak ayal Bima menempeleng kepala Edden. Sementara Bastian masih menimbang, Zalfa berharap hal itu tidak terjadi. Setelah sekian lama tidak bertegur sapa dengan Bima, hal itu pasti akan jadi hal paling mencanggungkan sedunia.

"Gue sama Edden beli tom yam seafood dulu kalo gitu," putus Bastian. Tentu saja tom yam seafood adalah pengalihan agar tidak terkesan tegang.

"Kenapa nggak pakai ojol aja sih?" Zalfa merutuki ucapannya. Tentu saja ucapannya sarat akan penolakan untuk berbicara berdua dengan Bima.

"Enakan juga beli sendiri. Nggak jauh juga dari sini," jawab Bastian.

Setelah itu Bastian keluar dari studio diikuti Edden yang terlihat ogah-ogahan dengan alasan mager keluar karena matahari sedang berada di atas kepala.

Suasana hening saat Bastian dan Edden berlalu. Bima sibuk mengetikkan sesuatu pada laptopnya entah apa itu sementara Zalfa sok-sok cari kesibukan dengan membuka aplikasi Instagram dan melihat video masak-masak yang bahkan belum pernah ia tonton sebelumnya.

SHAKA FOR ZALFA (REVISI)Where stories live. Discover now