× Prologue

4.7K 359 3
                                    

London, November 30th 2014

Sudah hampir 5 tahun berlalu sejak Zoe pulang dari taman itu sembari menangis menuju rumahnya, dan setelah itu, segalanya berubah.

Mereka tidak tinggal di Bradford lagi. Melainkan London. Perlu waktu cukup lama bagi John Stewart--ayah Zoe--untuk meyakinkan anaknya itu agar pindah karena keadaan yang mengharuskannya untuk pergi dari Bradford--pekerjaan tepatnya. Tapi pada akhirnya Zoe mengerti. Walau masih tetap kecewa dan ingin menunggu Zayn sampai orang itu kembali, Zoe akhirnya sadar akan kenyataan. Zayn mungkin tidak akan kembali ke Bradford lagi. Hal itu membuat Zoe akhirnya luluh dan setuju untuk pindah.

Sebenarnya ada satu hal yang membuat Zoe tetap ngotot menunggu Zayn kembali. Janji itu. Janji yang selalu Zoe ingat setiap mendengar apapun mengenai Zayn.

Sekarang segalanya benar - benar berubah. Zoe sudah beranjak dewasa. Dia telah berubah menjadi gadis yang cantik. Dia mandiri, bertanggung jawab, dan tidak lagi manja pada orangtuanya. Saat ini dia sudah menjadi desainer hebat karena memang sedari kecil dia sudah bercita - cita untuk menjadi desainer.

Ah, masa kecil...

Dia masih dan tidak akan pernah melupakan janji konyol itu. Rasanya menyesakan setiap mengingat itu, tapi Zoe berusaha mengalihkan pikirannya pada hal lain. Tapi tentu saja, kenangan itu selalu membekas di benaknya. Bagaimana senyum dan nada meyakinkan Zayn saat itu... Membuatnya kembali rapuh.

Tidak. Dia harus selalu kuat. Tersenyum. Itu, kan yang diinginkan Zayn darinya? Zoe yakin Zayn pasti akan kembali jika mereka benar - benar berjodoh.

Jodoh? Zoe tidak tahu. Tapi Harry--yang memang selalu menemani Zoe sampai saat ini--sudah berkali - kali memintanya untuk menjadi pacar lelaki keriting itu, tapi Zoe terus menolak. Dia tetap akan menunggu Zayn, sampai kapanpun. Karena Zoe tahu, suatu hari nanti, entah kapan, dia pasti akan dipertemukan kembali dengan Zayn.

Tapi itu berbanding terbalik dengan pemikiran Harry. Dia selalu berkata pada Zoe: 'Untuk apa kau menunggunya kalau dia belum juga kembali padamu? Dan jika dia kembali, apa dia akan ingat dengan janji-yang-aku-tidak-tahu-itu?' Dan itu membuat Zoe merasa kecil hati meski Harry tidak benar - benar tahu apa janji itu.

Memang sejak Zayn pergi, Harry selalu menemani Zoe. Dia sudah tinggal di London bersama kakak dan ibunya setelah lulus sekolah. Dia seakan ditakdirkan untuk menggantikan Zayn sementara. Harry selalu melindungi, membantu, dan menjaga Zoe selama yang dia bisa. Zoe sih, tidak terlalu keberatan dengan itu. Tapi saat Harry mengatakan alasannya kenapa dia bersifat begitu posesif pada Zoe, gadis itu merasa frustasi. Kalian ingin tahu apa alasannya? Jangan kaget. Karena Harry mencintai Zoe. Yah, walaupun aku yakin tidak ada satupun kalian yang merasa kaget .-.

"Halo?"

"Zoe? Hari ini kau akan bekerja, kan?"

"Ya, tentu. Memang kenapa?"

"Bagaimana kalau pagi ini... Aku saja yang mengantarmu? Gemma memintaku membelikan kue di toko kue yang kebetulan dekat dengan butikmu. Mau, ya?"

"Tidakkah itu akan merepotkanmu? Aku takut Gemma lama menunggu."

"Tidak usah khawatir. Dia akan mengerti jika itu menyangkut denganmu."

"Er--yasudah."

"Okay. Aku akan menjemputmu sebentar lagi. Byeee...!"

"Bye, Har."

Zoe bergidik sebentar. Ia sadar kata - kata Harry tadi termasuk dalam seribu-satu rayuan dan gombalan Harry Styles untuknya. 'Dia akan mengerti jika itu menyangkut denganmu?' Zoe tahu kakak Harry yang bernama Gemma itu memang baik dan menyenangkan. Tapi, ayolah, Zoe semakin tak enak pada Harry mengenai perasaannya.

Beberapa menit kemudian, terdengar suara klakson mobil berbunyi di luar rumah Zoe. Gadis itu keluar dan menemukan Harry yang sudah berdiri di samping mobil Range Rover nya.

Harry nyengir lebar, membuat dimples yang Zoe akui memang sangat manis muncul dipipinya. "Hai" sapanya dengan suara nyaring.

Zoe mendelik. "Hey, jangan canggung begitu." Kata Zoe lalu masuk ke dalam mobil dengan santai.

Harry menyusul masuk ke dalam mobil dengan wajah cemberut yang dibuat - buat. "Yahhh... Kau sudah masuk duluan saja. Padahal, kan aku ingin membukakan pintunya untukmu." Desahnya, lalu mulai menarik pedal gas. Mobil mulai melaju melewati jalanan kota London yang sudah mulai ramai dilewati kendaraan.

"Tidak usah. Nanti kesannya gimana gitu..." Ucap Zoe disertai gelengan yang membuat Harry semakin down.

Sunyi - senyap. Desau bunyi AC yang dingin menemani perjalanan mereka. Tangan Zoe bergerak untuk menekan tombol power pada radio. Dan baru itulah suara Ariana Grande dengan lagu Honeymoon Avenue nya terdengar.

Harry menoleh, menampilkan wajah yang Zoe tidak tahu arti dari ekspresi itu. "Mengapa kau menyalakannya?" Tanyanya.

"Aku bosan. Tidak apa, kan? Em--kau tidak suka Ariana?"

"Uh, tidak. Aku suka. Yah... Lumayan."

Zoe mengangguk saja. Ia pun meneruskan menikmati lagu yang mengalun sembari bersender pada jok mobil Harry yang sangat nyaman. Yang disukai Zoe dari mobil ini adalah wangi pengharum mobilnya yang sangat menenangkan. Zoe menutup matanya. Lalu, secara perlahan, dia mulai tertidur begitu saja.

---

Zoe terbangun mendapati tangan Harry yang mengguncang - guncang bahunya pelan. Zoe menoleh ke kiri. Toko--yang luas sehingga bisa juga kau sebut gedung--butiknya sudah terlihat dibalik pohon - pohon rindang yang hampir menutupi toko besar tersebut.

Harry keluar lalu cepat - cepat membukakan pintu untuk Zoe. "Have a nice day, girl." Kata Harry tersenyum manis.

"Have a nice day, Har. Terimakasih untuk tumpangannya ya."

Harry mengangguk, tersenyum kembali setelah itu melaju pergi dengan mobilnya.

Everything Has ChangedWhere stories live. Discover now