Chapter 44

14.5K 1.7K 465
                                    

Follow dulu sebelum baca ya.

Di setiap langkahnya begitu menggambarkan isi hati gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di setiap langkahnya begitu menggambarkan isi hati gadis itu. Raut wajahnya merah padam, percampuran antara marah dan amat kesal, kontras dengan raut biasanya yang selalu ia tunjukkan di depan banyak orang. Tiara menggeram, bayangan dimana Jeno dan Dira tadi seolah menghantui dan mengiringi setiap langkahnya hingga dikamar yang ditempati.

Tiara mengunci cepat pintu kamar inapnya, meremas guan mahalnya sebagai pelampiasan. Namun itu tak cukup, kemarahan sudah menguasai gadis itu hingga nekat mengacak-ngacak isi kamarnya.

"Arghh!!!" Tiara berteriak kesal, melepas kasar seprei kasur hingga seisi tempat tidurnya berantakan.

"Dira ..." geram gadis itu melangkah mendekati meja rias di samping tempat tidur. Memperlihatkan bagaimana berantakannya seorang Mutiara Aurella Atmadja saat ini. Berlahan raut wajah marah itu terganti oleh wajah sendu, Tiara menatap lurus pantulan dirinya di cermin.

"Lo masuk ke dalam kehidupan dan keluarga gue, ngambil semua yang gue punya detik itu juga. Kasih sayang Papa lebih besar ke lo, sedangkan gue? Gue yang seharusnya lebih berhak dapetin itu malah gak pernah gue dapetin sejak lo dateng." Tiara berucap lirih, dengan nada yang begitu menyiratkan bagaimana isi hatinya.

Cewek itu mencengkram sisi meja riasnya, wajah Tiara makin memerah menahan sesuatu yang ingin keluar dari mata.

"Gue gak pernah ngerasain sekedar makan malem sama keluarga utuh. Mama sama Papa sibuk sama bisnis mereka, sedangkan Kak Doyoung seolah nyiptain benteng pembatas diantara gue sama dia.

"Dan sejak lo dateng sama Mama lo itu, semuanya jadi berubah. Papa sering pulang awal dan Kak Doyoung yang mulai keliatan perhatian," lanjut Tiara terkekeh sinis.

"Mulanya gue seneng. Tapi saat gue tau siapa lo dan Mama lo sebenarnya, semua perubahan itu gak lagi berarti buat gue. Semua perhatian Papa dan Kak Doyoung itu cuma untuk lo. Yang harusnya masakin Papa itu Mama gue, yang harusnya Kak Doyoung tanyain luka habis naik sepeda itu gue! Tapi kenapa semuanya harus tertuju ke lo?!"

Tiara menyugar rambutnya ke belakang sebelum sengaja menahan bibirnya yang bergetar menahan erang tangis. Dia bukan gadis cengeng seperti Dira, ia tidak boleh menangis. Karena air mata adalah bentuk kelemahan, ia tidak mau dibilang lemah seperti Dira.

"Dasar manja, cengeng, caper, sok cantik, sok manis," geram Tiara merekam wajah Dira di pikirannya. "Lo ngambil semua milik gue, dan sekarang? Jeno juga."

Raut sendu Tiara kini berubah secepat kilat, marah dan rasa jengkel mengingat bagaimana intimnya Dira dan Jeno tadi membuat Tiara kembali terbakar emosi kemarahan.

Salahnya juga kenapa membuat Jeno mengenal Dira atau sebaliknya. Yang ia pikirkan saat itu hanya bagaimana agar Dira mendapatkan rasa malu di hadapan para murid Delton High School, dan ia jadikan umpan adalah Jeno.

Devil Boyfriend [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang