.
.
.

Bel pulang sekolah berbunyi begitu nyaring, para guru yang sedang mengajar di jam terakhir langsung mengakhiri proses belajar mengajarnya membuat para murid bersorak bahagia.

Berbeda dengan kelas XII IPA 5, para penghuni kelas itu saling melempar pandangan satu sama lain karena guru berkepala plontos yang tengah mengajar di kelas itu belum juga menunjukkan tanda-tanda untuk mengakhiri pelajaran.

"Ekhem...udah bel ya? Uhuk..uhuk" Azel menggaruk lehernya setelah berpura-pura batuk sekaligus menyindir gurunya. Sementara murid lain berusaha menahan tawa mereka.

Guru berkepala plontos itu menatap tajam ke arah Azel, siswi langganan guru bk itu tersenyum tanpa dosa ke arah sang guru. "Pulang pak" ujarnya.

"Azella Jovanka, besok temui bapak di ruang bk!!" Tanpa pamit atau apapun, guru itu berjalan keluar dari kelas IPA 5 seraya membanting pintu.

Pecah sudah tawa penghuni IPA 5, lain halnya dengan Azel yang tengah menepuk-nepuk dadanya menyombongkan diri "Gue nggak mau tau, seminggu ke depan traktir gue pake uang kas!" Seru Azel.

"Gampang" balas ketua kelas

.
.
.

"Langsung pulang, Zel?"

Laki-laki bertubuh tinggi dengan name tag bertuliskan 'Angkasa Pramudia' membuka suara membuat gadis yang sedari tadi fokus dengan benda pipih berwarna silver menatap kearahnya.

"Gue lagi males di rumah" balas Azel, tangan kanannya memasukan handphone ke dalam tas setelah menonaktifkannya, malas jika papa atau mamanya akan menelpon dan menyuruhnya untuk pulang.

"Mau gue ajak ke rumah, tapi gue latihan basket hari ini, atau lo mau nunggu?" Tawar Angkasa.

Azel tak banyak berpikir, ia langsung mengangguk setuju, lebih baik menunggu Angkasa selesai latihan daripada harus pulang ke rumah yang dianggap seperti neraka olehnya.

"Nih pegangin tas gue, kalo lo haus gue ada susu kotak di tas" Angkasa mengacak rambut pendek Azel sebelum bergabung dengan anggota basket lainnya di lapangan.

Azel tersenyum samar, pikirannya kembali mengingat kejadian saat pertama kali dirinya mengenal Angkasa. Laki-laki seperti pada umumnya, perokok, suka balapan, kadang terlibat tawuran beberapa kali, tapi semua itu bukan masalah bagi Azel karena saat bersamanya Angkasa justru bersikap sebaliknya, laki-laki itu penuh perhatian dan berusaha menjaga Azel agar tidak terjerumus pada kenakalan remaja sepertinya. Angkasa itu pelindung Azel meskipun jika dilihat-lihat Azel bukan sosok gadis lemah, tapi bagi Angkasa, Azel tetaplah seorang gadis lemah yang kapan saja bisa menangis gara-gara hal sepele.

Jika kalian bertanya apakah Angkasa menyukai Azel? Maka jawabannya adalah 'iya'. Sejak pertemuan pertama dimana Angkasa yang saat itu tengah kabur dari kejaran polisi, entah sudah ditakdirkan atau hanya kebetulan Azel datang tiba-tiba menarik Angkasa masuk ke dalam mobilnya, membantu laki-laki itu bersembunyi. Dari kejadian itu Angkasa benar-benar menjanjikan dirinya untuk terus berada di samping Azel dan melindungi gadis itu disertai perasaan yang tiba-tiba muncul saat melihat senyum tulus Azel.

Bugh

"Aww.."

Ringisan kecil Azel terdengar begitu bola berwarna oranye mengenai kepalanya, juga terkejut hingga tas milik Angkasa yang awalnya berada dipangkuan kini tergeletak di lantai.

"Zel, lo nggak papa?"

Azel mendongak, ia mendapati dua laki-laki berdiri di depannya, Angkasa dan satunya lagi tidak Azel kenali tapi terlihat tidak asing.

"Gue nggak papa" ucap Azel disertai senyum tipis untuk meyakinkan Angkasa kalau dirinya memang baik-baik saja.

"Lain kali jangan ngelamun" suara asing masuk indera pendengaran Azel, gadis itu menoleh ke arah laki-laki yang berada di samping Angkasa, wajah tampannya seolah tertutup karena suara dingin yang cukup menggangu Azel.

"Jev, bukannya minta maaf malah nyalahin orang lain" kini suara Angkasa yang terdengar membuat laki-laki yang dipanggil 'Jev' itu mendengus.

"Sorry"

Azel melirik sekilas "Gapapa" balasnya.
Setelah itu Azel memilih untuk menunggu Angkasa di parkiran, gadis itu melenggang pergi setelah mendapat persetujuan dari Angkasa.

Jev, lebih tepatnya Jevan, laki-laki itu masih memperhatikan punggung Azel yang semakin menjauh dari pandangan.

"Jadi dia yang namanya Azella Jovanka" gumam Jevan. Ia tak sengaja melirik ke arah nametag Azel.

.
.
.

Tbc..

Jangan lupa vote dan komen...

ENIGMA (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang