Chapter 2

24 9 0
                                    

Hari-hari berlalu, seperti itu lah aku menjalani hidup ku. kesepian, tanpa ada orang yang memperdulikanku. Sekarang usiaku sudah menginjak 13 tahun sekolah di SMPN favorit di jakarta pusat.

Aku anak tunggal dari seorang pengusaha kaya, karena aku kesepian aku meminta Ayah membuatkan sebuah kamar kecil di halaman rumah, bergaya rumah panggung mungil dan di depan rumah terdapat sebuah lapangan basket kecil.

aku menghabiskan hampir dari separuh waktuku di rumah tersebut, membaca komik, menonton anime, melukis, bernyanyi, main basket, dan jika hujan turun aku akan bermain di tengah hujan sampai hujan reda. hanya akan kembali ke rumah utama jika bik Alfi memanggil untuk makan.

Semua hal tersebut kulakukan sendiri, aku sangat berharap jika suatu saat nanti aku memiliki seorang sahabat yang nyata bukan sekedar imajinasi, kami akan membaca komik bersama, menonton, melukis, bermain basket, bermain di tengah hujan sambil bernyanyi dan masih banyak lagi.

Siapapun dia Tuhan, tolong kabulkan. Do'a itu yang selalu kupanjatkan semenjak Ayah dan Bunda pergi meninggalkanku. Do'aku itu sudah bertahun-tahun, tapi... Hingga kini Tuhan belum mengabulkanya, Aku masih sendiri dengan imajinasiku.

Dear Bunda...
Hana sangat merindukan Bunda, Bunda bilang, Bunda akan selalu bersama Hana tapi... Hana selalu kesepian hingga detik ini.

Bunda...
Hana tak kan pernah bisa mengubah takdir Tuhan, Hana juga tak bisa mencegah Tuhan untuk mengambil Bunda, tapi... Semenjak Bunda pergi, dunia begitu asing bagi Hana.
Hana tak punya siapa-siapa lagi Hana hanya sendiri 😞

Hujan turun, Aku merasa sangat senang. Oh ya, aku sangat suka dengan hujan. Sudah kuanggap dia teman lainku selain imajinasi. Setiap hujan, aku akan berlari ketengah lapangan, dan bermain dengannya.

"Pak ini beberapa berkas yang harus Bapak tandatangani dan ini jadwal meeting Bapak pada hari ini", ucap asisten pribadi pak Fahri.

"Iya trimakasih Pak Andre", jawab sang bos

Setelah main hujan selama 3 jam Aku merasa sangat kedinginan, Aku kembali ke kamarku, mengganti pakaian dan menyalakan laptop sambil berbaring.

Tuhan... Tubuhku terasa lemas

Ku pejamkan mataku, agar bisa tertidur berharap di saat terbangun rasa sakit ini akan hilang. Sebenarnya Aku sudah terbiasa seperti ini, sakit sendiri tanpa ada yang peduli, palingan Bik Alfi yang menjenguk karena khawatir, dulu Bik Alfi sering datang ke kamarku walau hanya sekedar menanyakan sudah makan apa belum.

Tapi sekarang jarang, mungkin karna akhir-akhir ini Bik Alfi terlalu sibuk, dulu Aku sering bercerita dengan Bik Alfi, bagiku Bik Alfi adalah pendengar yang baik, tapi Aku sadar, tak pantas rasanya jika harus membuat Bik Alfi terus kepikiran dengan berbagai keluh kesah yang kuceritakan.

Dirumah ini Bik Alfi dan suaminya tinggal bersama kami, mereka berdua adalah orang yang sangat setia dengan keluarga kami, bagi kami mereka juga bagian dari keluarga...
Keluarga ?? Apakah keluarga ini masih ada ?
Ntah lah ? Semuanya sibuk dengan dirinya masing-masing.

***

Tok tok tok

" Hana... ", Terdengar suara Bik Alfi di luar kamarku.

ALONE.Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα