Can i be the first? ❘ Jaepil

Start from the beginning
                                        

"Ohya, ibunda Jae memang tidak pernah membuatkan bekal untuk Jae?" Tanya Wonpil.

"Makan dirumah tidak enak dan tidak nyaman. Lagipula makanannya selalu saja makanan cepat saji."

"Ibunda tidak bisa.. masak?"

"Lebih tepatnya tidak mau memasak makanan untukku."

"Kenapa?"

Jae jadi tidak nafsu makan ketika topik pembicaraan mereka sudah berawal dari malaikat berhati iblis itu. Rasanya daging ini sudah seperti sampah.

"Maaf, aku tak bermaksud.."

"Eh bukan tak apa." Cegah Jae langsung.

Wonpil dan Jae makan dengan tenang sambil sesekali membicarakan suatu hal seperti pelajaran apa saja yang mereka pelajari, hal-hal lucu yang bisa ditertawakan bersama, nostalgia mengingatkan perjalanan mereka hingga menjadi teman dekat.

Lalu, disinilah mereka. Jae yang melihat punggung Wonpil yang sedang mencuci piring bekas mereka makan tadi.

"Jae? Besok ku bawakan bekal ya?"

"Uh?"

"Mau menu apa?"

"Uh.. Sosis gurita."

Wonpil terkekeh, "sosis gurita indeed."

Jae sudah merasa seperti suami yang besoknya ingin bekerja dan dimasakkan bekal oleh pasangan termanis di dunianya huh.

"Pil? Kita kenapa berteman ya?"

"Huh? Kalo es krimmu waktu itu tidak tumpah mungkin aku sendirian di tempat ini sekarang."

Jae tertawa, "ya tapi sebelum menjadi teman kau memukuliku dengan bangku ketika es krim itu tumpah ke kepalamu."

"Lagian kau ceroboh," Wonpil jadi ikut terkekeh.

Tawa itu menggema di kuping Jae. Sangat indah dan merdu. Wonpil juga berbakat di bidang nyanyi, tapi hanya pada Jae dia berani bernyanyi.

"Aku hanya ingin kita lebih dari teman."

"Eh? Maksudnya??"

"Seperti yang lain, bergadengan tangan, mencium pipi, cuddle, kasmaran dimana saja.. tapi tidak sebagai teman."

"Jae.. kau kan tau aku tidak bisa merasakan cinta."

"Ya karena itu kita hanya berteman pil." Ujar Jae kemudian menggenggam kedua tangan Wonpil, lalu dikecupinya satu-persatu jari lembut Wonpil.

"Jae.."

"Can i be the first?"

"Huh?"

"Can i be the first one to call you darling? To give you a kiss on the cheek, to sing you a song before sleep, to hold your hand all the time, go to college together? But as a.. couple?" Tanya Jae menatap dengan dalam kedua manik hitam tersebut.

Wonpil merasa bimbang. Disatu sisi dia menganggap Jae hanya sebagai teman, tapi disaat yang bersamaan Wonpil juga ingin Jae menjadi yang pertama baginya dalam segala hal. Jae menjadi teman pertamanya, yang pertama membuat hatinya berdegup kencang ketika melihatnya, yang pertama mengelus kepalanya dengan kasih sayang, yang pertama menyemangatinya, yang pertama dia lihat saat matahari terbit ataupun terbenam.

"Tidak apa, jika jawabanmu tidak aku akan tetap menjadi temanmu Pil. Don't feel like i force you into doing something that you don't want." Tenang Jae tersenyum seraya mengelus kepala Wonpil.

"Ya, aku mau."

"Okay darling, welcome again to my world."

Wonpil menutup mulutnya, rasanya dia masih tidak percaya. Baru pertama kali ini ia menjalani hubungan yang lebih dari sekedar teman. Jae adalah yang pertama, yang dapat membuat Wonpil seakan-akan terhipnotis dengan apa saja yang ia katakan, Wonpil baru merasakan perasaan yang seperti ini. Apa namanya itu?

"That's love pil." Ucapnya.

Bagaimana dia bisa tahu? Karena dia Jae yang selalu menjadi pertama bagi Wonpil dalam segala hal.

Bagaimana dia bisa tahu? Karena dia Jae yang selalu menjadi pertama bagi Wonpil dalam segala hal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Jaepil's StoryWhere stories live. Discover now