Bab 27

39 14 16
                                    


-Bab 27 MadSya-

Jika pembicaraan pertama itu mengasyikkan. Maka aku merasa muak karena pahitnya harapan.
(Muhammad Syafi'i)

-Bab 27 Madsya-

Bukannya penyelamat yang datang. Reno kembali melancarkan aksinya untuk mengambil sesuatu yang ditahannya semenjak tadi. Dua orang yang bersamanya membalikkan badan tak ingin tau adegan apa yang bos mereka lakukan.

Dalam keadaan sadar, Shofia dapat merasakan hembusan panas napas seseorang. "Lo tau, meskipun lo nggak cantik. Lelaki mana yang akan melewatkan ini semua?" ucap Reno berbisik namun penuh penekanan. Ia tak bergerak untuk melihat respon Shofia. Namun tubuh Shofia masih kelu untuk digerakkan.

Satu kali lagi hamba minta pertolongan kepada-Mu, Allah. Ia merapalkan Surah An-Nashr di dalam hati. Semua ini ia percaya akan berhenti jika Allah menghendaki. Mulutnya ia gerakkan perlahan, tapi tak ayal memberikan suara yang ia inginkan.

"Bagaimana gadis?"

"Ingat ibumu."

Reno menyergit dahi heran. "Lo nggak pingsan? Atau cuma ngelabuin kita?"

"Bos, lo bicara apa sih?" telak Adlani heran. Sejak kapan bosnya itu suka bicara dengan orang pingsan?

"Tau lu bos. Pegel nih kaki lama-lama kita di sini."

Tanpa membuang kesempatan dan penolakan. Reno kembali mendekatkan wajahnya pada wajah Shofia yang terlihat lelap. Tidur? tebak Reno dalam hati.

Belum ia ingin mencium wajah Shofia. Shofia memberikan senyuman tipis dan berkata, "Ingat ibumu. Anaknya akan membenci jika ibunya dicium oleh orang lain."

Tak!

Reno menatap wajah damai seorang yang sempat menghentikan aksinya. Selama ini, tidak ada yang pernah bicara seperti itu. Reno bangkit dengan gemuruh hati panas, tubuhnya merasa langsung ingin cepat-cepat memeluk ibunya dan meminta maaf.

"Bos?"

"Hey bos?"

Reno menetralisir seluruh ketegangannya. "Cari tau gadis ini nanti."

Setelah merasa gadis itu tak berkutik lagi, Reno melepaskan jaketnya di kaki Shofia dan memakainya kembali. "Kalau gue nggak ingat ibu gue, habis lo," bisiknya.

Ia juga melepaskan ikatan tangan dan membiarkan Shofia tergeletak tanpa bantal.
3 orang tersebut terpaksa mundur kala pintu didobrak paksa oleh anggota BlackDark.

"Pengecut, cuih."

"Sukanya mainin cewek."

Reno mengeluarkan cutter dari ujung pergelangan tangannya. "Hah? Mainin cewek? Cewek rendah kayak dia, nggak pantas dimainin. Udah jelek, miskin, idup lagih."

"Dari pada lo, udah sok ganteng, banci, idup lagih, pantas aja dunia sesak gara-gara kebanyakan manusia belagu macam lo."

"Banyak bacot lo semua."

"Kalau berani kejar, kita berantem di lapangan belakang."

"Oke, siapa takut."

Mereka semua berlarian dengan tergesa menyusuri tiap lorong dan berakhir di halaman belakang yang dipenuhi pepohonan. Angin berhembus sedang membawa gemersik daun berdansa di keheningan malam.

Kepergian mereka semua digunakan Filza untuk memastikan tak ada lagi yang tersisa dari rumah hantu ini. Namun sayangnya, di ujung sana ada tubuh seseorang dengan posisi tiduran di lantai.

MadSya [Selesai]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu