Raiden- chapter 13

Start from the beginning
                                    

"Engga mau raiden, aku gak nafsu makan," ucap alena dengan wajah memelas.

"Mau sembuh apa mau sakit?" Raiden menarik alis satu.

"Sembuh..," jawab alena mencicit pelan.

"Makan!" Lagi-lagi raiden menyodorkan sebuah suapan didepan mulut alena.

"Gak mau!" Alena mengerucut bibir kesal.

Dengan gemas raiden menggigit bibir bawah alena agar membuka mulut.

Alena melotot 'kan mata terkejut dengan mulut terbuka lebar. Tak menyiakan kesempatan raiden memasukkan sesuap bubur kedalam mulut gadis itu.

"Telen!"

Dengan terpaksa alena menelan dan menatap lelaki itu sinis dengan mata berkaca-kaca. Karena ujung bibir nya terluka dan itu terasa perih.

Terlanjur kesal alena kembali menelungkup wajah dan terisak pelan.

"Alena," panggil lelaki itu mengusap rambut alena.

Alena menepis tangan raiden. "Aku tadi bilang enggak mau ya berarti enggak! kamu tau sakit gak si!" Sentak gadis itu.

Raiden menghembus nafas kasar merasa bersalah telah membuat bibir gadis itu terluka apalagi alena sampai menangis seperti ini. Raiden hanya geram ia menyuruh makan bukan bunuh diri kenapa gadis ini sangat susah dikasi tahu?

"Masih mau nangis apa makan?" Tanya lelaki itu.

"Gak mau!" Jawab alena serak.

"Gue cuma suruh lo makan alena astaga, seterah mau lo apa." Setelah mengatakan itu raiden pergi meninggalkan alena sendiri.

Alena semakin terisak menangis hingga dada gadis itu merasa sesak.

"Hello every body!" Teriak rella memasuki kelas.

"Buset! suara lo bikin kuping gue pengang tau gak!" Sinis ghea.

"Baru masuk kelas udah ribut aja!" Jengah dira. Masuk kedalam kelas duduk dikursi nya.

"Alena lo kenapa?" Dira mengangkat kepala alena. Alhasil terlihat wajah sembab gadis itu.

"Di-ra hiks," alena memeluk dira.

Dira mengusap punggung alena. "Kenapa? Siapa yang buat lo nangis?"

"Al, kok nangis si? Tanya rella panik.

"Hayo gara-gara rella ya?" Tebak ghea.

Alena menggeleng dalam dekapan sang sahabat--dira. "R-raiden hiks,"

"Kenapa raiden? Dia apain lo?" Tanya dira.

"Raiden marah sama aku,"

"Marah kenapa si muka tembok?" Ucap rella.

"Tadi raiden beliin makanan, aku emang lagi gak nafsu makan terus dia maksa sampai gigit bibir aku terus luka. Aku marah karena gak suka dipaksa aku emang lagi gak mau makan. Di-a bilang s-eete-rah lo alena." Jelas alena panjang lebar dan detail. Dengan nafas tersedu-sedu.

"Udah jangan nangis lagi, raiden gak akan marah lama sama lo." Dira mengusap punggung alena agar gadis itu berhenti menangis.

Rella mendekat. "Gimana rasa digigit sama cowok ganteng?" Tanya nya menaik turun alis menggoda.

"RELLA!" Teriak alena.

***
Semua teman alena sudah pulang duluan. Saat ini alena bingung harus pulang menggunakan apa. Ia takut raiden masih marah pada nya dan tak mau mengantar ia pulang.

Bang sam juga ditelfon tidak diangkat.

Alena pasrah jika raiden tak mau mengantar nya pulang ia harus menaik taksi. Karena diluar sana awan sudah menggelap.

Tepat langkah kaki nya keluar dari kelas. Dikejutkan atas kehadiran seseorang berwajah datar plus menatap alena dingin.

Alena menunduk takut, raiden dengan wajah datar dan mata coklat tajam itu menatap alena dingin membuat alena ketar-ketir ditempat.

Tiba-tiba lengan baju nya ditarik oleh raiden. Hingga keparkiran, lelaki itu naik keatas motor dan memberi helm pada alena tanpa melihat wajah gadis itu. Rasanya alena ingin menangis saja jika disaat situasi seperti ini.

Alena berpegangan diujung motor ia takut untuk memeluk lelaki itu yang sedang mode singa.

Raiden menarik gas kencang membuat alena rasanya ingin terbang. Alena teringat pada dimana ia terjatuh dengan samudra. Ia perpindah memeluk lelaki itu erat. "Raiden takut,"

Raiden tak memperdulikan omongan alena. Tiba-tiba rintik hujan mulai turun berawal hanya setetes menjadi sangat deras.

Raiden menepikan motor disebuah ruko. Tak mau mengambil resiko menerobos hujan teringat alena yang masih demam.

Alena masih merunduk kepala, berdiri disamping raiden. Raiden tahu gadis itu masih menangis. Alena mulai kedinginan tubuh gadis itu bergetar menahan dingin.

Raiden menghembus nafas kasar ia membuka resleting jaket boomber milik nya. Lalu menarik pinggang alena agar masuk dalam dekap nya ia menutup jaket agar tubuh alena menghangat dalam peluknya. Tubuh alena yang mungil itu masuk kedalam jaket milik raiden.

Alena memeluk lelaki itu erat. "Kenapa masih nangis?" Tanya raiden menunduk.

"Maaf..," ucap nya serak.

"Hm, udah jangan nangis," raiden mengsuap usap punggung alena.

"Maafin aku ya raiden...," Alena mendogak.

"Iya," raiden mengecup kening alena lama untuk menghantar ketenangan.

Lalu mereka memeluk satu sama lain guna menghangat 'kan. Kedua manusia itu seakan menulikan pendengaran karena detak jantung kedua nya berdetak kencang.

•••


To be continue.








Raiden. (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now