Additional Chapter [2]

1.8K 247 42
                                    

Atsumu POV

"Samu?!" Aku membuka mata dan hanya terlihat langit-langit kamarku. Kulirik disamping ku hanya ada fotoku dan Osamu yang terpasang dalam satu frame. Foto terakhir yang kudapat sebelum Osamu kritis dan pergi jauh dariku.

"Tsum? Udah bangun lu?" Pintu terbuka, Suna masuk ke kamarku dengan segelas susu dan bubur hangat.

"Suna! Osamu mana?!" Ucapku mencari-cari kembaranku.

"Tsumu, O-osamu udah ga ada.." ucapan Suna langsung membuat hatiku remuk, ah iya aku baru sadar aku hanya menemui Osamu sekilas.

"Kenapa ada plester di jidat gw?" Aku meraba dahiku, kutemukan sebuah plester penurun demam yang menempel disana.

"Lu demam, hampir seminggu ga turun-turun.. bunda lu khawatir pake banget.." jelas Suna sambil memberikan ku segelas susu.

"O iya, lu mau kuliah dimana abis ini?" Tanya Suna padaku. Aku meneguk susu itu lalu teringat dengan janjiku.

"Kalo lu sembuh, gw ajak lu ke Harajuku, puas-puasin dah makan puding disana, oke?"

"Janji ya?"

"Janji!"

"Tokyo.." jawabku. Suna mengerutkan keningnya, "Ngga mau yang deket aja?" Aku menggelengkan kepala.

"Kenapa?"

"Gw.. punya janji.." ucapku mengingat janji yang kuucapkan pada Osamu hari itu. Perlahan kesadaran ku mulai kembali, aku baru teringat aku masih kelas tiga, dan pemakaman Osamu baru sekitar dua minggu.

Aku duduk di tepi kasur, kulihat pot dandelion itu, rasanya menyakitkan jika aku mengingat itu. "Hei.. gw ingin menyanyi lagi bareng lu.." gumamku lirih.

*-*-*-*

Langit sore menghiasi pemandangan diatas kepalaku. Aku hanya berjalan entah kemana namun langkah ku terhenti ketika sampai di taman.

Taman tempat dimana aku dan Osamu selalu bermain, menghabiskan waktu sore disana. Tempat itu masih sama, tidak ada yang berubah. Yang kulihat hanya ada dua anak kecil yang tengah bermain.

"Semesta benar-benar sedang mengutukku.." pikirku sambil meneruskan jalan ku. Langkahku terhenti lagi ketika melihat lapangan, tempat dimana aku menemukan sang bunga dandelion itu.

"Eh—" aku berjalan mendekati sebuah pohon, aku tertegun sejenak. Sebuah bunga kecil tumbuh disana, tepat dimana aku dulu menggali nya.

Sebuah dandelion kecil.

"Bunga apa ini?" Aku melihat kesana-kemari, "Samu udah pulang.." gerutuku.

Aku langsung menggali disana, tanpa melihat waktu sekalipun. Yang ada dipikiran ku saat itu hanyalah menggali, mengambil bunga itu dan menunjukkan pada Osamu.

Aku pernah melihat Osamu akhir-akhir ini tertarik pada sebuah bunga, lagipula ini bisa dijadikan hadiah ulang tahun untuk nya.

Pikirku saat itu.

"Gw masih jaga kok bunga itu.." ucapku sambil memandang nisan didepan ku. Langit makin gelap namun kaki ku rasanya tidak ingin diajak berdiri. Berapa jam aku menangis disini? Entahlah.

"Sebenarnya gw bisa ga sih ketemu lu lagi? Walaupun hanya sekali, sekali aja! Abis itu gw ga nangis lagi deh!" Pintaku.

"Hanya sekali! Sekilas! Abis itu gw janji ga bakal nangis, karena gw ga ada hak buat nangisin lu!"

"Lu ga ada hak buat nangisin gw Tsumu! Gausa nangis!"

"Gw kesepian.. " ucapku tanpa menyadari jika Suna sudah berdiri dibelakang ku.

"Gw nyusul lu aja kali?"

"Osamu bakal marah dan benci sama lu kalo lu kayak gitu bego!" Sahut Suna menepuk pundak ku.

"Tapi– tapi dia disana sama siapa Sun? Dia sendirian disana!" Rengek ku. Suna menempelkan tangannya ke dahi gw, "Jangan lama-lama demam lu ngga sembuh beneran.." kata Suna.

"Liat, kembaran lu ga mau jaga kesehatan," ucap Suna mengadu pada Osamu soal keadaan ku sekarang.

"Ya karena ga ada yang nemenin makan! Bunda sama ayah doang ga cukup!" Lantangku sambil menangis, "Ga ada yang maksa gw buat makan lagi! Ngapain gw makan?" Sambungku.

Jika Osamu melihat ku seperti ini, dia pasti akan menarikku untuk makan.

"Udah ga ada yang teriak sama gw untuk berhenti nyuri puding!" Imbuhku. Bahkan Suna yang mendengar nya hanya mengalihkan pandangannya, menutupi tangisannya disetiap aku mengeluh.

Atsumu POV end.

"Ngeluh aja Tsumu.. selagi bisa ngeluh, gapapa.. gw dengerin kok.."

"Udah gih.. ngeluh aja gapapa.. sepanjang apapun bakal gw dengerin, gw denger kok.."

"Lu masih inget kan kita kembar? Apapun tentang lu, gw ngerti kok.."

Ucapku melihat Atsumu yang menangis didepan ku, tanpa bisa melihat ku. Hanya bisa bercerita, mengeluh. Aku tau Atsumu kuat tanpa aku disisinya.

Aku percaya itu.

Aku mendekati nya, mengelus rambut pirangnya dan mencium keningnya, sama seperti yang dia lakukan padaku.


























Stop, saya sbg author.. ga kuat nulis nya.
Sampe sini aja ya.. thanks udah baca sampe tamat :)

Kali ini serius, ga bisa nahan nangis waktu nulis.

- Dandelions -
24.05.21

DandelionsWhere stories live. Discover now