Chapter 6

1.8K 306 8
                                    

"Tsum.. lu balik aja duluan.. biar gw yang jaga.." Suna memberikan sebuah payung kecil namun Atsumu menolaknya. Ia bersandar di kursi tepat di samping kamar Osamu dirawat.

"Tapi ntar lu sakit.. ntar gw diinterogasi sama bunda lo, jawab apaan gw? Yakali gw jawab 'Atsumu habis guling-guling di jalan' kan tolol.  Ada gw juga disini.. abis ini Kak Kita sama Aran mau kesini.." Atsumu berdecih kesal. Berpikir untuk diam saja dengan seragam yang membuat nya menggigil itu hal bodoh. Atsumu menyahut payung itu dengan kasar lalu pergi dari rumah sakit.

"..." Tak ada kata-kata keluar dari mulut Suna, ia paham apa yang dialami Atsumu. "Harusnya gw ga biarin dia berjalan di tengah hujan ini.." gumam Atsumu menyesal, ia serasa ingin mengutuk dirinya sendiri.

Membuat kembaran nya cidera serius di bagian kepala karena menuruti permintaan nya.

"Suna?" Panggil bunda yang tak lama kemudian sampai, "Tante.. j-jangan khawatir.. semua sudah ditangani.." Suna sedikit ragu ketika mengatakan baik-baik saja pada bunda sedangkan perban yang melingkar di kepala Osamu terlihat tebal, lengannya yang ditutupi perban juga, tangan yang terpasang infus dan Osamu sendiri yang belum menyadarkan diri.

"Silahkan.." Suna mendekatkan kursi didekatnya agar lebih dekat dengan ranjang, membiarkan bunda duduk dan menyentuh Osamu.

*-*-*-*-*

"Kalo aja Suna ga ikut campur, udah gw hajar sampe babak belur tu setan.." kesal Atsumu, membanting tas nya ke meja, namun matanya tertuju pada helaian bunga dandelion yang jatuh di kasur Osamu, seakan mendarat dengan mulus.

"Kan..jendela nya.." Atsumu berjalan mendekati jendela kamar lalu sejenak melirik ke bunga yang sudah bersama mereka selama 10 tahun itu. "Oo lumayan gausa nyiram.." gumam Atsumu melihat tanah nya yang basah terkena cipratan air hujan, Atsumu menutup jendelanya lalu segera ganti baju.

Hoodie dengan lapisan jaket denim, juga celana jeans tebal, sudah cukup membuatnya nyaman. Ia menyahut kunci motor nya dan bergegas kembali ke rumah sakit.

Ting!

-chatting-

Suna📱
Osamu udah sadar, lu ga kesini?

Atsumu miya cakep
Iya ini otw cuk, sabar

Suna📱
Yauda cepet.

******

Tak butuh waktu lama untuk Atsumu pergi kesana, menemui kembaran nya yang terbaring karena kecelakaan itu. Mengingat itu benar-benar membuat Atsumu serasa ingin memotong kaki pengendara itu.

"Atsumu.." ucap Kita melihat Atsumu yang baru sampai. "Hai Kak Kita.." sapa nya dengan senyum pahit.

"Lusa jadi kok kak..hehe.." tampak Atsumu sedang berusaha menyembunyikan rasa sakit melihat kembaran nya terbaring di kamar dengan pintu yang sudah berada di depan nya.

"A– baiklah.." ucap Kita tak menanggapi hal lain. "Kita.. udah?" Tanya Aran.

Kita mengangguk lalu berpamitan dan pergi dari rumah sakit, hanya tersisa Atsumu, bunda dan Suna di rumah sakit.

"Uhm.. gimana?" Atsumu masuk ke kamar dan disambut dengan senyum sumringah dari Osamu seolah semua baik-baik saja. Atsumu berusaha berpikir begitu.

"Itu hanya kecelakaan bukan? Bukan hal lain?" Pikirnya soal Osamu. Atsumu berjalan mendekati ranjang Osamu, meraih tangannya dan sesekali mengelus nya dengan kunci motor yang menggantung di kelingkingnya.

"Ada yang sakit lagi?" Osamu menggeleng, walau sebenarnya ia merasakan pusing.. yang membuat nya sedikit mengerutkan dahi karena tak kunjung pergi.

"Hanya efek kecelakaan..iya kan?" Batin Osamu berusaha menenangkan diri dari kekhawatiran nya.

"Ah kenapa waktu seperti aku harus ada urusan mendadak.." guman bunda sembari sibuk membuka handphone nya. "Biar Atsumu saja disini.. bunda urus saja dulu kepentingan bunda.."

"Hm.. baiklah, jaga Osamu baik-baik.." bunda lalu bergegas pergi, mengurus kepentingan nya yang bisa dibilang super sibuk.

"Dah makan?" Osamu menggeleng, kata-kata yang keluar dari mulutnya sangat sedikit, "Beliin sun! Gw mager nih hehe.. lagian kan Osamu pasti perlu gw ya kan?" Suna memandang datar ke arah Atsumu yang menurutnya cocok dijadikan tumbal proyek.

Kang mageran kek dia daripada gabut mending membantu menjadi tumbal. Begitulah isi pikiran Suna.

"Sorry.. andaikan gw tadi ga nurutin–" Osamu menempelkan jari telunjuknya ke bibir Atsumu, "Bukan salah lu, gw aja yang bandel.. udah tau ujan malah maksa.. tapi mungkin gw jelmaan malaikat kali buat tu bocah?" Pikirnya setelah mengingat-ingat kejadian beberapa detik sebelum pengendara itu menjadi penyebab Osamu terbaring disini.

"Yauda gw ke depan dulu, nyari pacar– maksud nya nyari makan.." Suna melambaikan tangan lalu keluar kamar dan pergi mencari makan untuk rubah didepannya tadi.

"Ya tapi ujung-ujungnya lu luka kek gini? Masih bisa bilang lu malaikat?" Ucap Atsumu masih sedikit kesal.

"Serah lu dah.."

"Ukhh.." rintih Osamu menahan sesuatu yang sakit di kepala nya. "Kenapa? Ada yang sakit?" Atsumu menarik kursi didekatnya lalu duduk mendekati ranjang Osamu.

"Ngga..cuma pusing aja.." balas Osamu sedikit mengalihkan pandangan. "Oo yauda.. kalo ada apa-apa bangunin gw, gw ngantuk.." Atsumu meletakkan kepalanya di samping ranjang dan tertidur sementara Osamu, mengambil handphone nya dan bermain untuk mengisi kegabutan sembari menunggu goput pribadi, Suna Rintarou membawakan makanan.

DandelionsWhere stories live. Discover now