6. Jadilah Ayahku

Start from the beginning
                                    

Mark tersenyum dan menatap Haechan.

"Baik. Aku akan mengatakannya. Jangan lupa apa yang kukatakan tadi."

Haechan mengangguk. Mark memasuki mobilnya, memasangkan sabuk pengaman dan mulai menjalankan mobilnya.

Dalam perjalanan, Mark memberikan kotak bekal yang dititipkan Haechan untuk Jisung. Remaja itu menerimanya setelah mengatakan terimakasih.

Mark melirik Jisung, kemudian mulai berbicara,

"Jisung ... Aku ingin minta maaf. Sebenarnya apa yang Ibumu katakan itu benar."

Jisung yang sedang menikmati pemandangan dari jendela, menoleh untuk melihat Mark.

"Tentang ... apa?" Jisung tahu apa yang dimaksud oleh Mark, tapi dia tidak ingin mengatakannya. Jisung ... takut kecewa.

"Tentang aku yang bukan Ayahmu."

Jisung terdiam. Hatinya terasa sakit, ibunya memang tidak pernah berbohong dan dia tidak pernah percaya perkataan ibunya.

Jisung menahan air matanya, lalu dengan suara serak bertanya pada Mark,

"Lalu, apa kau adalah Pamanku? Kembaran Ayah? Dan apakah benar Ayah telah tiada?"

Mark mengangguk pelan, "Iya. Semuanya benar."

Jisung menunduk, "Dimana makam Ayah?"

"Kanada. Setelah dia dikabarkan meninggal, Ayahku membawanya kembali ke Kanada."

Jisung semakin menunduk. Air matanya mulai terjatuh. Jisung bukanlah anak yang kuat, dia anak yang mudah terluka. Apalagi jika itu menyangkut orangtuanya.

Mark merasa bersalah setelah mengatakannya, tapi dia telah berjanji pada Haechan.

"Lalu, kenapa Paman berbohong?"

Jisung menoleh dengan mata yang memerah.

Mobil mereka berhenti karena lampu sedang merah. Mark menoleh, menghadap Jisung. Menatap tepat di kedua matanya.

"Maafkan aku yang berbohong padamu. Sejujurnya, aku menyukai Ibumu ketika pertama kali melihatnya, tapi Ibumu terus menghindariku karena aku adalah kembaran Ayahmu. Jadi, ketika kau memanggilku Ayah, aku ingin memanfaatkannya. Maafkan aku."

Jisung termenung mendengar penjelasan Mark, kemudian suatu ide muncul dalam pikirannya.

"Jika Paman menyukai Ibuku, aku bisa membantumu," kata Jisung membuat bibir Mark bergerak ke atas.

"Benarkah? Tapi kenapa?"

"Aku tidak ingin Ibu bersama orang lain. Jika itu Paman, tidak masalah. Karena wajah Paman mirip dengan Ayahku. Aku tidak masalah. Bukankah kita sama-sama diuntungkan?"

Mark bertepuk tangan dalam hatinya. Dia ingin memanfaatkan anak di depannya ini malah dirinya yang dimanfaatkan. Mark juga tidak keberatan.

"Baiklah. Sekarang kau bisa memanggilku Ayah," kata Mark yang diangguki Jisung dengan senang.

Lampu merah telah berganti dengan warna hijau. Mark kembali melajukan mobilnya hingga mereka tiba di depan gerbang sekolah Jisung.

Jisung dan Mark keluar secara bersamaan. Hal itu mengundang perhatian banyak orang dan menimbulkan bisikan.

'Hei! Itu Jisung? Dengan siapa dia? Apa itu Ayahnya?'

'Mobilnya sangat mewah dan mahal. Apa itu Ayah Jisung? Mereka terlihat mirip.'

'Hei, jika itu Ayah Jisung, kenapa juga dia masuk ke sini dengan beasiswa?'

'Itu karena dia pintar. Mungkin saja dia tidak ingin dibiayai orangtuanya.'

The Twins' Obsession | MARKHYUCK (END)Where stories live. Discover now