" Sejak di jauhin Rana dia gabung THEUVEL dan sekaligus jadi donatur geng itu dan dia juga dalang di balik bentrokan di Mandala karena salah satu anak Mandala itu gebetan Rana. Dan cara lain yang gue maksud itu adalah, dia ngebakar markas BUMANTARA.... "

"Yaudah.. Tunggu apa lagi? " Kata Gildan yang tangannya sudah gatal ingin nonjok yang namanya galaksi.

Lembayung menghela napas  dan kemudian meletakan tangannya di meja. " Tapi mereka cukup berbahaya,... Dan satu lagi, mereka kebal hukum" Lembayung menatap satu-satu anak BUMANTARA.

Semua anak BUMANTARA beralih menatap Angkasa, menunggu aba-aba selanjutnya.

"SERANG" Kata Angkasa penuh penekanan, kedua tangannya mengepal kuat.

Di lain tempat, Rana tengah duduk di bawah guyuran shower. Tadi Rana benar-benar memelas agar Geovano tak usah menemaninya malam ini. Ia ingin sendirian. Pikirannya dan hatinya kacau balau saat sejak kejadian di atap. Di tambah saat ia melihat Angkasa ada di Greco.

"Wajar sih...gue ga secantik cewek itu.. " Rana membenamkan wajahnya di lutut yang ia tekuk.  Tak tahan menahan dadanya yang sesak, Rana pun mulai menangis di iringi guyuran shower.

Usai mandi, Rana bergelut di dapur mencuci peralatan makan yang kotor, lalu ia tak sengaja membuka dan melihat isi kulkas yang udah nyaris kosong. Ia ga mau lama-lama mengasihani nasib perasaannya karena kekejaman Angkasa.

"Iya paaa... Bawel banget deh, " Ternyata Rana di dapur sambil telponan sama papanya.

Papanya belum tau apa yang sudah menimpa anaknya, bukan tanpa sebab Rana merahasiakan dari papanya. Tapi Rana tak mau ayahnya kepikiran dan jatuh sakit.

"Owh ya pa... Rana harus beli sesuatu deh.. Laper, " Rana menutup kulkas dan berjalan ke meja makan.

"Lah kenapa ga masak? "

" Ga mood pah.. Udah yaaa.. Rana titid.. Eh tutup, "

Rana pun langsung mematikan panggilan dan mengacak rambutnya. Ia ngerasa  asing sama papanya karena masalah ini, kenapa masalah besar gini Rana masih bungkam? Biasanya kucing kawin pun Rana ceritain ke papanya.

Beralih dari Rana yang lagi jalan sendirian malem-malem ke mini market, semua anak BUMANTARA kaget ga nyangka mereka kalah jumlah saat bentrokan di markas THEUVEL.

Meski kalah jumlah, serangan BUMANTARA sangat apik. Toh semua anggota BUMANTARA di bekali ilmu beladiri yang memumpuni, ga kaya lawannya meski makek balok ujung-ujungnya mereka di pukul kalah dan jatuh tumbang.

Angkasa dan yang lainnya ga ngasih ampun sama sekali bahkan ada yang memohon di kasiani. Tapi sayang, BUMANTARA ga ada belas kasihan malam ini.

Gildan dengan semangatnya menginjak lengan pemuda, yang baru saja memukul kepalanya dengan balok . Saking semangatnya si Gildan, sampe bunyi tulang patah dan pemuda itu teriak kesakitan.

Angkasa menyeret kerah baju seseorang kemudian memkasa orang yang tengah setengah sadar itu berdiri dan menghimpitnya di tembok.

" Mana Galaksi? " Tanya Angkasa pelan.  Maklum, Angkasa tak melihat Galaksi dari tadi.

Pemuda yang berlumuran darah itu menggeleng dengan lemah.

Angkasa berdecak lalu mengeratkan cengkramannya hingga pemuda itu tercekik, " Gue tanya sekali lagi... Mana Galaksi? " Angkasa kali ini mengeluarkan tatapan siap membunuhnya hingga pemuda itu menyerah.

"Dia ga ada di sini.. Di rumah ceweknya mungkin, " Ucapnya dengan sisa tenanganya.

Angkasa lalu membanting pemuda itu kelantai.

Mr. Angkasa (18++) Where stories live. Discover now