"Mrs! Bangun sudah siang!"

Seseorang wanita berteriak di depan pintu kamar Nisla sambil menggedor pintu berwarna putih itu. Nisla menatap tajam ke arah pintu itu kemudian melangkahkan kakinya dan membuka pintu itu.

"Who are you?!" Nisla menatap wanita yang tidak ia kenali dengan tatapan dingin dan sangat tajam, dia sangat tidak menyukai wanita yang menurutnya tidak sopan dengannya.

Sebelum Nisla benar-benar menghabisi wanita itu, John datang mencegahnya dan menjauhkan wanita itu dari Nisla.

"Mrs ... Dia asisten rumah yang baru," ujar John memberitahu siapa wanita asing itu.

"Sejak kapan dia bekerja di sini? Saya tidak menerima kabar apapun tentang ini." Nisla menyilang kedua lengannya.

"Mrs. Airin yang menyuruhnya kerja di sini."

Kening Nisla mengernyit sempurna. "Sejak kapan dia berbaik hati ngasih orang kerjaan di sini?"

"Wanita itu memohon pada Mrs. Airin untuk menerimanya kerja di sini karena anaknya lagi sakit berat," jelas John. Penjelasan itu tidak akan mengetuk hati Nisla sedikitpun, alasan seperti itu sudah sangat klasik baginya.

"Ajarkan dia sopan santun And don't you ever touch my room door!"

Nisla kembali masuk ke kamarnya dan bergegas mandi, rasanya hari ini ia sangat ingin pergi keluar menikmati hari minggu yang terlihat sangat cerah namun entahlah, terkadang pagi hingga siang cuacanya bagus dan cerah, terkadang juga tiba-tiba mendung dan hujan deras membuatnya sedikit malas untuk bepergian.

Persetanan dengan rasa malas yang melanda, dia tetap pergi keluar entah kemana tujuannya. Dia akan tetap pergi. Sekitar satu jam gadis itu berdiri di pinggir danau menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah cantiknya, dress abu-abu polos terlihat sangat cocok di tubuhnya dengan sepasang sepatu kets putih yang baru ia beli di Australia.

Danau itu adalah tempat yang sering didatangi oleh Ibunya selama masih hidup, Nisla tahu itu karena foto-foto yang ia lihat ibunya lebih banyak menghabiskan waktunya di Danau taman dekat perumahan dan sebuah pantai yang belum ia ketahui tempatnya.

"I'm so fucking tired." Nisla mengeluh pada langit, dia menatap awan-awan yang bergerak tertiup angin dan menghembuskan nafasnya berat. Tak lama mata Nisla menelisik sisi danau dan memperhatikan orang-orang disekitarnya, ia merasa sangat kesepian saat ini.

"Huh..."

Nisla melihat seorang anak yang tengah bermain dengan ibunya. Dia iri, sangat iri! Dia tidak pernah merasakan rasanya bermain dengan seorang ibu, pelukan hangat sang ibu, kecupan manis, dan hal lain dari seorang ibu. Nisla tidak pernah mendapatkannya.

"Nis, lo enggak boleh nangis cuma gara-gara hal sepele doang, lo harus kuat!" Nisla menguatkan dirinya dan menahan air matanya yang hampir jatuh.

Selang beberapa menit, seseorang berdeham pelan menghampiri Nisla yang masih setia berdiri di pinggir danau, entah sudah berapa lama gadis itu berdiri enggan pergi dari sana.

"Kemana aja lo?" tanya orang itu.

Nisla mengangkat sebelah alisnya menatap remaja laki-laki yang harusnya berkacamata itu, bukan karena pertanyaannya tapi karena penampilan cowok itu. Dia sangat berbeda dari sebelumnya.

MRS. SANJAYA [ON GOING]Where stories live. Discover now