CHAPTER 0.8

69 31 49
                                    

Setelah acara dinner bersama ayahnya, Nisla dan Airin memutuskan untuk pulang ke rumahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah acara dinner bersama ayahnya, Nisla dan Airin memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Padahal Ansell menyuruh mereka untuk menginap, namun Nisla menolak, bukan berarti ia tidak rindu dengan ayahnya, tetapi, ada urusan yang harus Nisla selesaikan sebelum ia pergi ke Australia.

"Arsyala mau lo apain lagi, Rin?" tanya Nisla yang sedang mengemudikan mobilnya yang di bawa Airin sebelumnya.

"Belum tau, engga bisa mikir gue gara-gara daddy datang mendadak banget kayak tahu bulat," jawab Airin tanpa melepaskan pandangannya sedikitpun dari benda pipih di tangannya.

Nisla meminggirkan mobilnya. "Turun," titah Nisla, sontak Airin menatap kakaknya tak percaya.

"Kak, lo gila ya nurunin gue disini?!" pekik Airin.

Nisla menghela nafasnya kasar. "Gue ada urusan penting, lo pulang naik taksi aja sana."

"Jangan bilang lo bunuh orang nih malam?!" Airin memicingkan matanya curiga memperhatikan wajah datar Nisla yang jarang banget ada senyumnya.

"Fitnah lo, udah sana turun sebelum gue seret!" ketus Nisla menatap gadis yang lebih muda dengan tajam.

"Ya ilah, kalo mau bunuh orang mah bilang aja sih, gue gak bakal ngapa-ngapain juga paling cuma nonton." Airin enggan keluar dari mobil Lamborghini Aventador SVJ 63 Roadster warna abu-abu Grigio Acheso.

"Airin, kalo gue bilang turun, ya, turun." Entah sudah berapa kali ia menyuruh Airin untuk turun, namun, adik yang sangat menyebalkan itu tak kunjung turun.

"Kak, gue ikut, ya, please?" Airin memohon kepada Nisla. "Gue janji deh enggak akan ngerepotin lo."

Dengan terpaksa, Nisla akhirnya membawa Airin bersamanya, ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

☠️☠️☠️

Di lain sisi. Kun dan Haechan duduk di bangku panjang menunggu motor kesayangan yang sedang di cat ulang, body motornya banyak baret-baret karena terjatuh tadi pagi.

"Bang, lo yakin benerin motor disini?" tanya Haechan yang tak henti-henti memandang takjub bengkel besar yang di penuhi dengan beberapa motor sport dan mobil mewah di dalam maupun di luar.

Kun menggaruk pelipisnya, sebenarnya ia sendiri juga tidak yakin, kalau bukan Nisla yang bayar mana mau dia benerin motornya disini? Mending uangnya buat yang lain atau tidak, ya, langsung beli motor baru aja.

"Chan, ini bukan gue yang bayar, tapi Nisla." Haechan terkejut mendengar perkataan Kun.

"Kok bisa? Lo ngutang sama dia?!"

Bugh!

Kun memukul punggung Haechan. "Engga gitu juga, anjir!"

"Kok bisa sih?"

MRS. SANJAYA [ON GOING]Where stories live. Discover now