CHAPTER 1.3

49 18 6
                                    

Ansell menunggu kabar dari kedua putrinya yang sedari tadi tidak bisa di hubungi, bukan hanya mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ansell menunggu kabar dari kedua putrinya yang sedari tadi tidak bisa di hubungi, bukan hanya mereka. Namun Nena, Mark dan anak buahnya yang lain tidak bisa dihubungi satupun. "Kemana mereka semua?" Gumamnya khawatir, perasaannya menjadi tak enak.

"Lacak keberadaan mereka semua dan segera beritahu saya, apapun itu!" perintah Ansell yang langsung dilaksanakan oleh beberapa orang disana.

Sepuluh menit berlalu masih belum mendapatkan informasi dimana keberadaan kedua putrinya, Ansell duduk di tempat kejayaannya gusar, perasaannya semakin tidak enak. Dia bahkan menyuruh anak buahnya untuk pergi mencari ke lokasi tempat misi terakhir mereka.

Dua jam berlalu, tepat pukul 3:45 AM ACST beberapa mobil memasuki pekarangan massion, tempat kediaman Sanjaya family.

"Woi! Panggil dokter sekarang!" Nena turun dari mobil dengan sejuta kehebohan, tak lama Mark turun dari mobil mengendong tubuh Airin yang penuh dengan darah, ada kain putih menutupi luka gadis itu.

"Kalian dar— ya Tuhan, Airin!" Ansell terkejut melihat putri bontotnya yang sudah tidak sadarkan diri dengan cairan merah pekat ditubuh kecilnya, Ansell segera menghubungi dokter pribadinya.

Ansell mengikuti langkah Mark. "Bawa di ke kamar itu." ucapnya sembari menunjuk pintu ruangan paling pojok kiri. Itu ruang rawat pribadinya.

Setelah berada di dalam ruangan Mark meletakkan tubuh Airin di kasur king-size, Airin langsung ditanganin oleh beberapa orang yang memiliki keahlian dalam bidang medis. Ansell sudah mengatakan pada orang itu untuk tidak menyentuh luka tembak itu sebelum dokter datang, meski dia tahu orang-orangnya itu memiliki keahlian medis, dia tidak akan mempercayakan putrinya selain kepada dokter pribadinya.

"Om Ansell, Airin mengalami pendarahan pada bagian perutnya. Dia terkena tembakan, saya engga tau pasti peluru apa yang mengenai tubuhnya tapi tidak terlalu mematikan." Mark menjelaskan kejadian apa yang dia lihat tadi.

"FN57, itu pistol yang di pakai musuh." Nena tiba-tiba angkat bicara.

"Kok lo tau?" tanya Nisla yang baru saja datang ke ruangan.

"Gue liat pasukan musuh rata-rata pake pistol itu," jawab Nena sedikit panik sembari menggigit kukunya.

Nisla memberikan berkas yang ia bawa ke Ansell. "Ini semua berkas perusahan Bramasta yang aku dapat, Dad."

"Kamu engga apa-apa kan, Kamila?" Ansell menerima berkas itu tak sengaja melihat tangan kanan Nisla terlilit sapu tangan berwarna biru dengan bercak darah yang terlihat baru.

"Aku engga apa-apa, Dad," jawab Nisla, ia segera pergi dari ruang rawat Airin setelah memberikan berkas-berkas itu ke Ansell.

Tak lama pria paruh baya berjas putih masuk ke dalam ruangan Airin.

"Hi, how are you Mr. Sanjaya?" tanya Jacob, dokter pribadi Ansell selama bertahun-tahun.

"I'm good. How about you, Jacob?" jawab Ansell sekaligus bertanya pada Jacob.

MRS. SANJAYA [ON GOING]Where stories live. Discover now