Epilog

4.2K 534 573
                                    

Tiga bulan sudah berlalu semenjak musnahnya Muzan dan seluruh iblis yang tersisa. Semuanya damai. Kehidupan baru yang tenang tanpa adanya ketakutan akan iblis itu kini telah tercapai.

Seperti kang uler dan Mbak Mitsu yang kini sudah bahagia berdua, Mbak Shinobu yang masih dapat memimpin kediaman kupu-kupu dan merawat mereka yang terluka, Dedek Mui yang akhirnya bisa menghabiskan masa hidupnya yang masih panjang itu, atau Yushiro yang tidak jadi mengsedboi seratus tahun dan bisa kembali bersama Tamayo-san nya.

Sangat disayangkan untuk pak Gyomei. Hashira terkuat itu benar-benar harus gugur karena tak dapat diselamatkan. Dia pergi dengan begitu damai. Dengan meninggalkan tangis bagi yang lainnya.

Kiriya, selaku oyakata-sama yang baru mengadakan rapat para pilar dan membubarkan organisasi pemburu iblis. Semuanya hadir, kecuali satu orang.

Ya, jangan ditanya. Siapa lagi kalau bukan hashira paling blingsatan yang kelakuannya tak patut ditiru?

Di teras kediaman kupu-kupu, (Y/n) berada di sana. Ia sedang ngemil kripik pisang dengan santai. Sembari menikmati angin sejuk yang selalu menjadi favorit nya di sini.

"Damai banget rasanya. Gak ada war, gak ada Muzan, jadi sepi," gumamnya pelan. Serba salah juga jadi si Mujan ini, ada dinistain, gak ada dikangenin (buat dinistain juga).

"Nak Ishikawa, bolehkah aku duduk di sini?" Seseorang bertanya. Ia kenal suaranya, itu Rengoku-Aniki, yang sudah tak keliatan selama beberapa chapter lamanya.

(Y/n) pun langsung mempersilahkan, "Boleh, dong. Ini tempat milik semua orang!" Tangannya menggeser camilannya. "silahkan dinikmati juga kripiknya."

Kyojuro pun menurutinya. Tapi, tak seperti di kereta dulu yang sangat rusuh, ia lebih tenang memakannya. Gak ada umai umai lagi deh.

Canggung juga sih suasananya, terakhir mereka ngobrol, kan pas di kereta mugen. Habis itu udah gak pernah ketemu lagi.

Tidak mau terus terlarut dalam suasana ini, (Y/n) memulai percakapan. "Aniki, apa lukamu sudah sembuh?"

"Umu! Seharusnya aku yang bertanya seperti itu! Aku, kan hanya mengawasi di kediaman oyakata-sama!" Kyojuro menjawab dengan semangat berapi-api.

"Oh, tentu saja. Aku kan kuat!"

'...'

Sebuah tangan yang hangat tiba-tiba mendarat di atas kepalanya. "Kau sudah bekerja dengan baik. Kau juga sudah berkembang pesat, bahkan melebihi ku, atau para Hashira yang lain. Otsukare, nak Ishikawa. Tak salah aku memilihmu sebagai hashira pengganti ku."

Ia tersenyum, namun bukan senyuman lebar yang selalu ia tampilkan setiap saat, melainkan senyum yang benar-benar tulus.

"..." Diam seribu bahasa. Siapa yang tak baper dipuji oleh aniki kesayangan kita semua?

"Apa benar begitu?"

"Umu! Baiklah! Terimakasih atas hidangannya! Aku harus kembali!" Pamitnya kembali dengan wajah semula. Lalu pergi menjauh.

'Dia kesini cuma mau numpang makan atau gimana...'

•••

Masih di teras. Hanya saja, matahari sudah berada tepat di atas kepala.

Walau sudah siang, suasana panas dan terik matahari tak membuat (Y/n) minggat dan kembali masuk ke dalam. Ia tetap stay di sana sembari kipasan. Dan terkadang, ia memainkan beberapa origami yang diambilnya tadi.

"Hadoh, panas banget... Pengen masuk tapi nanti nambah gabut... Aku butuh es..."

"Sedang apa kau di sini?" Lagi-lagi, datang seseorang. Bedanya, ini tanpa permisi. Sudah gitu main nyelonong aja duduk dan meminum es teh dengan wajah tanpa dosa nya.

[End] Aurora | Kimetsu no Yaiba Where stories live. Discover now