06| Masa yang dirindukan

36 35 13
                                    

Happy Reading!🦋


"Ibel , sini peluk papah."

"Gak mau ah papah bau," Ibel menjelerkan lidahnya seraya merayu sang papah.

Hary terseyum lalu mengejar ibel yang tengah berlari menghindari dirinya. Di sisi lain, lisa diam di tepi lapangan berumput ditemani sang kucing peliharaan milik ibel, melihat anak dan suami nya yang sedang bermain manja dilapang.

"Papah, ibel, sini makan dulu," Ajak lisa yang membuat ibel dan hary menepi ke sisi lapangan.

"Asik, ayam goreng!" Ibel antusias.

"Mamah suapin kamu ya," Lisa menyuapi ibel dengan penuh kasih sayang, yang tentu membuat ibel lahap memakannya.

"Papah juga dong," Ujar hary sembari bermanja pada lisa.

"Ish papah udah besar, jangan ambil ayam goreng milik ibel!" Gerutu ibel dengan kepolosannya.

"Dikit aja, boleh ya?" Hary memelas, berharap ibel mau mengasihani nya.

"Gak boleh papah, papah hary makan tempe orek aja ya,"

Hary terkekeh, anaknya ini sangat pandai berbicara di usia nya yang genap 6 tahun. Bahkan ibel tahu makanan yang disukai papahnya, hal itu membuat hary semakin sayang kepada anak yang bernama Maudy Isabela itu.

"Kalo gitu, papah curi aja ayam goreng nya." Hary mengambil ayam goreng milik ibel tanpa izin, lalu berlari ke tengah lapangan.

Ibel merengek lalu berlari kembali mengejar sang ayah yang telah mencuri sisa ayam goreng nya."Berhenti pencuri ayam goreng!!"

Lisa sangat terhibur dengan tingkah dua orang yang sangat dicintainya. Air matanya menetes, ia tak menyangka akan mendapatkan keluarga yang saling menyayangi satu sama lain.

10 Januari 2009
Piknik hari ini sangat menyenangkan.

"Nonbel, bangun ini sudah jam 7 non, nanti nonbel kesiangan datang ke sekolah." Tutur bi rami sembari menggoyangkan badan ibel perlahan-lahan.

"Papah hary.. Jangan pergi.."

Bi rami mengerutkan dahi nya, tak mengerti apa yang diucapkan ibel saat matanya masih tertutup.

Merasa ada seseorang di kamarnya, ibel terbangun lalu menatap sekeliling dan melihat sosok yang menganggu nya saat tidur.

"Ngapain disini?"

"Bibi mau bangunin nonbel, ini udah jam 7 non, udah seharusnya berangkat sekolah."
Ucapnya dengan gemetar.

"Udah sana pergi, ganggu aja."

"Iya nonbel, permisi." Bi rami membungkukan badannya kecil lalu pergi dari kamar ibel.

Ibel terdiam sejenak, mengingat mimpinya yang begitu manis tadi. Dulu, adalah waktu yang sangat ibel suka, dimana papah hary masih ada bersama nya. Namun, setelah kejadian tabrak lari 12 tahun yang lalu membuat ibel harus merelakan orang yang sangat ia sayangi. Hary meninggalkan lisa dan ibel dengan duka yang mendalam.

~

Suasana kantin hari ini cukup sepi, membuat abil beserta teman abstrak-nya pergi untuk mengisi perut mereka sebelum jam pelajaran dimulai.

"Bang Hamdun, takoyaki 10 bang!" Sorak Avin dengan keras.

"Jangan keras-keras nyet, bisa gak?" Cetus Abil

"Slow bro, sensitif amat."

"Baru aja sensitif ama cowok, gimana kalo sama cewek," Sindir Tomi dengan memalingkan wajahnya ke sudut lain.

"Lo nyindir gue?"

"Ngga bro, gue nyindir setan."

Abil jengah, ntahlah hari ini ia sangat tidak mood untuk bercanda.

"Abil,"

Abil menoleh, "Apaan?"

"Hai, selamat pagi."

"Eh karin? Duduk sini." Ucapnya sambil menepuk-nepuk bangku disamping nya.

"Makasih. Btw gue ganggu kalian ya?"

Abil menggeleng. "Enggaklah, malah enak ada cewek yang ikut ngobrol sama kita."

"Sejak kapan bil?" Ucap Avin seraya menggoda.

"Diem lo!"

"Kayaknya kita deh yang ganggu kalian berdua, gue sama Tomi pamit ke kelas aja ya, soal takoyaki gue yang makan aja sama Tomi,"

"Yang bayar?"

"Lo aja, gue ikhlas insyaallah. Cabut dulu ya, assalamu'alaikum!" Seketika Tomi dan Avin berlari sekuat tenaga, meninggalkan Abil degan raut wajah nya yang sudah memerah karna marah.

"Temen bangsat!" Umpat Abil kesal

Karin tertawa terbahak-bahak, ia menatap cowok jangkung itu dengan penuh rasa iba. Melihat itu, Abil terdiam dan menatap wajah karin yang berseri ketika tertawa. Ia terlihat sangat cantik dengan rambut terurai, dan badannya yang kecil membuat ia gemas dibuatnya.

"Temen lo lucu-lucu ya, puas banget gue ketawa," Tutur Karin.

Abil mendengus. "Iya, lucu kayak anak onta."

"Pacaran kok dikantin, gada tempat lain?"

Seseorang datang menghampiri mereka, suasana yang berwarna tadi berubah menjadi gelap saat tahu jika sang ratu Manoala lah yang menganggu mereka.

Raut wajah karin seketika mengerut, ia menelan ludah nya kasar lalu berniat untuk pergi agar tak diganggu oleh ibel.

"Gue ke kelas duluan ya,"

Ibel yang melihat itu langsung mencekal tangan karin dengan keras, yang dicekal meringis kesakitan.

"Aw, sakit."

Sontak Abil langsung menghempaskan tangan ibel dari tangan karin, "kenapa sih lo suka bikin onar?"

"Dan kenapa lo juga suka ikut campur urusan orang?" Tanya ibel tak kalah sinis.

"Urusan orang? Urusan karin urusan gue juga."

Deg.

Lagi dan lagi karin tersentuh dibuatnya.

"Gila, baru tau gue kalo sepupunya pak Anton ini alay," Ucap ibel sembari tertawa puas.

"Gue minta maaf bel," Karin membuka suara.

Abil menoleh, "kenapa lo minta maaf?"

"Maaf doang? Halah basi."

Rahang Abil mengeras, matanya menatap ibel dengan tajam.

"Gue tanya, karin punya salah apa sama lo?"

"Dia gak nurutin perkataan gue, jadi gue kesini mau ngasih pelajaran buat dia."

"Nurutin lo?" Abil tertawa kecil. "Lo tau gak kenapa cowok di sekolah ini gak suka sama lo? Ya karna lo itu kayak bocil. Lo ngotak gak sih? Kenapa semua orang harus nurutin lo, padahal mereka gak tau dimana letak kesalahan mereka, dan dengan pede nya lo bilang mereka punya salah?"

Ibel skakmat. Mulutnya seperti terkunci tak bisa mengeluarkan sepatah kata ketika Abil mengatakan hal itu di depan nya.

Abil yang puas dengan perkataan nya pun langsung membawa karin keluar dari kantin, meninggalkan ibel yang terdiam karna kalah debat.

"Mereka semua gak tau perasaan gue," Lirihnya.

-

-

-

*Hai guys, maaf ya ku jarang up. Waktu bulan puasa aku berniat buat vakum sebentar, and finally! Aku update hari ini, Happy Reading ya!💜*

I'm Ibel [Slow Up]Where stories live. Discover now