04| Haikal dirgantara

60 41 10
                                    

Happy Reading!🦋

Ting

Suara gesekan gelas di kamar ibel terdengar sampai ke lantai bawah, membuat bi Rami khawatir akan apa yang dilakukan ibel saat ini. Dengan tenang, bi Rami naik ke lantai atas dan membuka pintu kamar ibel secara perlahan.

"Nonbel tadi bibi denger-"

Perkataan bi Rami mengambang, ketika sadar terdapat teman-teman ibel disana. Mata mereka memperlihatkan tatapan tak suka pada bi Rami.

"Ngapain bi?" Tanya ibel melas.

"Tadi pas dibawah, bibi denger suara kayak ada suara gesekan gelas, bi Rami kira ada gelas pecah dikamar nonbel,"

Kely, Nara, Cika dan Tasya saling menatap lalu tertawa melihat sikap polos bi Rami. Ibel menatap jengah pada teman-temannya, lalu berdalih menatap sinis pada bi Rami.

"Mending bibi keluar, oke. jangan ganggu ibel." Ujar ibel sambil mendorong tubuh bi Rami agar keluar.

Bi Rami menurut, melangkah pergi keluar kamar ibel.
"Lain kali, kalo ada temen ibel jangan malu-maluin bi, yang malu siapa? Ibel sendiri."

Bi Rami menunduk. "I-iya nonbel, maaf."

Ketika bi Rami hendak melangkah, satu tangan mencekalnya dari belakang. "Tolong buatin 5 piring spagetti instant bi, ibel laper. Jangan lupa pake keju mozarella kayak biasanya."

Bi Rami mengangguk, lalu melangkah kembali. Namun, Lagi-lagi ibel mencekal tangan bi Rami kembali, kali ini dengan cara paksa dan keras.

"Kalo ibel ngomong tuh jawab! kayak gak suka aja disuruh-suruh. Punya mulut gak?"

"I-iya nonbel, bibi mengerti."

"Udah sana pergi! Awas jangan lama." Ucapnya sambil mendorong bi Rami kencang, membuat bi Rami tersungkur ke lantai. Ibel menutup pintu kamarnya keras di hadapan bi Rami sampai-sampai tembok pun ikut bergetar dibuatnya.

Bi Rami terseyum, ini sudah biasa. Seberapa kasar ibel menyiksanya, bi Rami tetap ada untuknya. Bi Rami tau, sebenarnya ibel ini anak yang baik, namun perilaku lisa dan Wijaya lah yang membuat ego seorang ibel tak terkendali. Andai saja kedua orangtuanya selalu memperhatikan nya, ntah seberapa bahagia hidup ibel saat ini.

~

Abil kembali ke kamarnya setelah dari dapur, ia membawa sebuah toples berukuran besar yang berisi rengginang buatan pak Anton. Sang toples disambut hangat oleh Tomi, ia langsung merebut nya dari tangan Abil.

"Nah, gitu dong. Kalo ada tamu tuh suguhin makanan sama minuman, biar nggak terlihat cringe." Ucap Tomi dramatis

"Banyak omong."

Tomi nyengir tanpa dosa, lalu memakan rengginang itu dengan menutup matanya seraya merasakan kenikmatan yang luar binasa,
Ralat! luar biasa maksudnya.

Abil hanya geleng-geleng melihat tingkah teman abstrak-nya itu, bisa-bisanya dia bergaul dengan seorang kang makan seperti Tomi ini. Apa Abil salah pergaulan? Satu prinsip abil, tidak memandang fisik.

Di satu sisi, avin sedang duduk di sofa kamar Abil sembari sibuk memainkan HP nya. Matanya tak berdalih menatap layar HPnya, ntah apa yang tengah ia lakukan.

"Ngapain lo?" Tanya Abil dengan mendudukan pantatnya di samping avin,

"Main kereta,"

"Kereta? Kereta apaan?" Abil mengerutkan keningnya lalu merebut paksa HP avin,

I'm Ibel [Slow Up]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt