05| kepedihan yang mendalam

44 38 10
                                    

Happy Reading! 🦋

Sinar matahari masuk menembus jendela kamar seorang Maudy Isabella. Hal itu membuat gadis berambut panjang hitam pekat harus bangun dari mimpi buruknya. Ya, mimpi buruk itu lagi, dimana Ibel dan kedua orang tuanya piknik bersama dan saling menebar kebahagiaan.

"Gue benci mimpi ini," Gumamnya.

"Kenapa harus mereka yang ada di mimpi gue sih."

Ibel terus berdecak kesal ketika mengingat mimpi yang dianggapnya buruk itu, ia sama sekali tak ingin mengingat kedua orang tua nya lagi saat ini.

"Pagi nonbel, gimana tidurnya? Nyenyak?" Ujar bi Rami saat memasuki kamar ibel dengan membawa beberapa makanan.

"Sopan begitu?"

"Maksudnya nonbel gimana?"

Ibel menunjuk ke bawah. "Buka sendalnya!"

"Maaf, bibi lupa nonbel, sebentar." Bi rami berjalan keluar kamar, lalu membuka sendalnya di depan pintu.

"Udah ibel bilangin berapa kali coba, kalo masuk ke kamar ibel tuh harus dibuka sendalnya. Jangan main masuk aja, paham?" Titah ibel

Bi rami mengangguk pasti. "Iya nonbel, bibi usahain inget."

"Wajib! Jangan diusahain."

"Si-siap nonbel." Bi Rami terseyum.

Ibel memutar bola matanya malas, lagi dan lagi bi Rami sok peduli padanya. Untuk apa bi Rami terseyum? Prinsip ibel jika ada seseorang yang terseyum padanya, maka orang itu hanya ingin memanfaatkannya saja. Ia takan percaya lagi pada siapapun kali ini.

"Hari ini nonbel ada les biola di gedung Gartarama," Ucap bi rami yang direspon tak suka oleh ibel.

"Tunda aja, males."

"Tapi nonbel, ini perintah nyonya Lisa,"

"Mamah?" Ibel tersenyum miring. "Sejak kapan mamah berusaha bikin ibel jadi Violinis?"

Bi rami terdiam, "Nonbel-"

"SEJAK KAPAN BI!" Teriak ibel

"Kalo gitu bibi hubungi dulu pelatih nonbel di gedung Gartarama, buat nunda les-nya hari ini," Ucap bi rami agak gugup.

"Keluar! Buruan!" Titah ibel

Bi rami mengangguk sopan, lalu keluar dan menutup pintu kamar ibel secara perlahan-lahan.

~

Swalayan.

Tempat itulah yang kini Abil kunjungi bersama pak Anton. Di usia nya yang kini beranjak 30 tahun, pak Anton gemar sekali berbelanja ke pasar. Istrinya, Farah Antonio sudah meninggal 2 tahun yang lalu membuat Abil iba melihat pak Anton berbelanja sendiri. Itulah sebab Abil menemani pak Anton kali ini.

"Pak, udah belum?" Tanya Abil yang sudah kewalahan membawa barang belanjaan.

"Nyari semangka dulu bil,"

"Semangka belah sono, disini tempat kosmetik doang pak." Abil geleng-geleng dibuatnya.

"Ngomong dong, bapak puyeng nyarinya."

"Harusnya bapak tanya Abil dulu, jangan sok-sok an tahu tempatnya, udah tua juga."

"Berani kamu? Bapak kurangi nilai mtk kamu mau?"

Abil menggeleng cepat. "Enggak pak, InsyaAllah Abil gakan bilang gitu lagi." Terlihat jari tengah dan telunjuk Abil berdampingan seraya berjanji.

Pak Anton terkekeh, walaupun Abil ini hanya sepupunya, tapi pak Anton sudah menganggapnya sebagai anak angkatnya sendiri. Lagipula Arta, ayah kandung Abil adalah orang terdekatnya dalam silah keluarga besar.

I'm Ibel [Slow Up]Where stories live. Discover now