02| Benih kebencian

79 48 14
                                    

Happy Reading!🦋


Ibel berjalan cepat menyusuri lorong setiap kelas dengan raut wajah yang tak berteman. Cika yakin jika temannya ini pasti sedang kesal karna ini pertama kalinya ibel masuk ruang BK. Walaupun nyatanya ibel sering merundung adik kelasnya, namun tak ada satupun yang berani melaporkan nya pada pak Anton.

"Bel, pelan-pelan napa jalannya." Ujar kely kewalahan.

"Diem. Gue mau cari anak setan itu."

Penuturan ibel membuat ke-4 temannya diam dan mengikuti langkah kaki ibel. Tak lama kemudian, ibel menghentikann langkahnya lalu menoleh ke arah teman-teman nya.

"Kenapa bel? Ada yang salah?" Tanya Nara heran,

"Nama si setan tadi siapa? ada yang tau?"

"Gue tau!" Sahut Tasya, lalu mengeluarkan sebuah kertas dari sakunya.

"Namanya, Ra-fa Ar-Ar-," Tasya berusaha mengeja tulisan yang tercantum dikertas itu,

"Ini huruf apa sih Kel?" Tanya Tasya pada Kely

"Itu huruf T goblok, udah kelas 11 masa gak tau huruf abjad sih."

"Ya sorry, lupa. Namanya Rafa Artanabil!" Ujar Tasya lantang, akhirnya ia bisa membaca dengan benar.

Tanpa permisi, ibel merebut kertas ditangan Tasya dengan cepat, disana tertulis..

'Abang jago ganteng (Rafa Artanabil)'

Ibel mendengus, lalu meremas kertas itu dan merobeknya hingga tak tersisa.

"Kok dirobek sih bel?" Tanya Tasya

"Heh, kalian denger ya. Kalo sampe diantara kalian ada yang naksir sama nih setan, kalian gue keluarin dari geng scarlet mau?"

Semuanya menggeleng mantap, ancaman ibel benar-benar menyeramkan hari ini. Biasanya ibel selalu tertawa jika sedang bercanda, namun kali ini ancaman ibel terndegar nyata dan bukan sekedar ucapan belaka.

~

"Bro, lo bener-bener gak takut sama si ibel?"
Pertanyaan Tomi membuat Abil berhenti memainkan HP nya lalu berdalih menatap Tomi. "Ngapain gue takut?"

"Maudy Isabella atau human kecil yang disebut ibel itu ketua geng Scarlet di Manoala. Geng yang tiada tandingannya, semua takluk sama mereka. Bahkan kelas 12 pun kalah saing sama tuh geng scarlet."

"Kok gue ngerasa kalo kalian itu kayak bocah SD ya? Masa takut sama yang begituan?" Abil memainkan HP nya lagi, sedangkan Tomi dan Avin terdiam seraya mencerna perkataan Abil tadi.

"Tapi kan lo anak baru bil," Sahut Avin lagi.

"Ya emang kenapa kalo gue anak baru? gue harus culun gitu? gue harus jadi babunya dia gitu? Ogah!"

Avin dan Tomi saling menatap, sedetik kemudian mereka tertawa terbahak-bahak melihat Abil yang berbicara panjang bak sedang pidato. Abil ini memang beda, ia bukan seperti anak baru biasanya yang suka menuruti kata sang ratu sekolah.

"ANAK SETAN!" Teriak seseorang dari arah pintu kelas Abil.

Semua murid kelas IPA 3 itu langsung terkejut melihat ibel dengan amarahnya yang meluap-luap. Bukan apa-apa, tapi ibel jarang sekali memperlihatkan amarahnya selama ini. Pasalnya, semua murid di sekolah Manoala menghormati nya dan menurutinya, tak seperti Abil yang malah merasa menantangnya dan menandinginya.

"Buset dah, itu si ibel pasti nyari lo bil," Tomi menyenggol lengan Abil yang fokus bermain game.

Abil yang merasa terganggu pun harus berhenti menatap layar HP nya, lalu berdalih menatap ibel dengan raut wajah merah karna amarahnya.

I'm Ibel [Slow Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang