"Kara." Tangan seseorang menggapai bahu Kara dari belakang, bukannya menghentikan langkah, Kara malah menepis tangan itu dari bahunya dan mempercepat langkahnya menuju ke kelas.

Naka berlari mengejar Kara lalu menghadang langkah gadis itu, Kara terpaksa menghentikan langkahnya di koridor kelas.

Gadis itu mengedarkan pandangan ke sekeliling, tak ada orang lain selain keduanya di koridor itu, berhubung hujan dan hari masih sangat pagi.

"Kara," panggil Naka membuat gadis itu kembali menoleh padanya.

"Minggir."

Naka menggelengkan kepalanya. "Kenapa pesan aku nggak ada yang kamu balas?" tanya Naka.

"Gak penting."

"Kar-"

Kara menaikkan satu tangannya isyarat agar Naka menghentikan ucapannya. "Gue nggak butuh, Ka."

"Gue gak butuh semua omongan dan janji-janji lo itu." Ucapan Kara membuat Naka terdiam.

"Nggak usah kasih harapan kalo ujung-ujungnya lo bakal ninggalin gue lagi." Kara melanjutkan perjalanannya menuju ke kelas.

Namun tiba-tiba gadis itu menghentikan langkahnya, ia kembali memutar badannya menghadap ke Naka yang saat ini masih diam berdiri di tempat sebelumnya.

"Gue benci sama lo." Gadis itu menjeda kalimatnya.

"Dan dengan otak lo yang pinter itu harusnya lo ngerti, kalau berada di dekat orang yang kita benci itu nggak enak," sambungnya.

Kara perlahan berjalan masuk ke dalam kelas meninggalkan Naka. Ia dengan segera duduk di kursi barunya tepat di sebelah Geo yang saat ini tertidur sembari membenamkan kepalanya di atas meja.

Sementara di kursi depan, Deo duduk sendirian sembari memainkan game di dalam ponselnya, Prima sepertinya belum datang.

Merasakan pergerakan di sebelahnya, Geo dengan gerakan pelan menoleh ke arah Kara, masih dengan kepala yang menempel di atas meja.

"Kara," panggil Geo pelan.

Kara balik menoleh ke arah laki-laki itu.

"Are you okey?" tanya Geo.

Kara terdiam sejenak, gadis itu akhirnya menggelengkan kepalanya pelan.

"Nggak, Ge. Mau mati."

Suara tawa memenuhi kantin utama sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara tawa memenuhi kantin utama sekolah.

Triska yang baru saja menumpahkan minuman bersoda ke dalam makan siang Kara mengundang perhatian semua oranf di dalam kantin itu.

"Nggak sengaja, Kar," ucap Triska langsung, padahal jelas-jelas gadis itu menuangkan minuman itu dengan gerakan pelan di hadapan Kara.

Semua orang tau, namun lebih memilih menutup telinga dengan alasan penjahat pantas diperlakukan seperti itu.

00.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang