14.00

860K 103K 40.4K
                                    

SEBAGIAN PART AKAN DI PRIVATE, FOLLOW DULU BARU BISA BACA.

Absen jam berapa kalian baca cerita ini vren?

Kangen aku nggak?

Udah aku ingetin untuk nabung ya vren, nanti nyesel loh.

Udah aku ingetin untuk nabung ya vren, nanti nyesel loh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Punya muka lo datang ke sekolah?"

Baru saja masuk ke dalam ruang kelas wajah Kara sudah dilempari bulatan kertas. kara menatap datar bulatan kertas yang sudah tergeletak di lantai itu sebelum pandangannya naik ke arah sang pelempar.

Kara menatap Triska tajam, ia maju ke depan meja gadis itu.

"Apa maksud lo?"

Triska tersenyum miring. "Pelakunya itu lo." Gadis itu menjeda kalimatnya.

"Lo hampir ngebunuh saudara tiri lo sendiri—"

Kara menendang keras kaki meja Triska, membuat Triska langsung terdiam. "Jangan cuma gara-gara cctv gak ngejangkau sampe ujung koridor jadi gue bisa seenaknya di tuduh kayak gini."

"Sampai gue bisa buktiin gue gak salah, siap-siap gue telanjangin lo di tengah lapangan."

Triska terdiam sejenak mendengar ancaman Kara, gadis itu menggertakkan gerahamnya sebelum akhirnya mendengus geli. "Cari sampai lo dapat, Kar."

"Gak ada yang bisa lo buktiin, karena emang lo pelakunya," ucap Triska dengan penuh keyakinan.

"Bukan gue bajingan!"

Sebuah tawa geli terdengar di telinga Kara, ia segera menoleh ke sumber suara.

"Maling mana ada mau ngaku."

Prima duduk di antara Geo dan Deo.

"Prim!" tegur Deo tak menyangka kalimat itu kekuar dari mulut Prima.

"Apa?" balas Prima sinis.

Kara berjalan mendekat ke arah tiga sahabatnya, masih dengan tas ransel di punggungnya.

"Prim? Lo gak percaya sama gue?" tanya Kara mengerutkan dahinya.

Prima menatap sinis ke arah Kara. "Ada saksi Mata. Kenapa lo gak mau jujur?"

"Prim—"

Prima berdiri dari kursi lalu berjalan ke hadapan Kara. "Ini sulit, tapi luka harus dibayar dengan luka, Kar."

Jantung Kara mencelos, sahabat perempuan satu-satunya yang ia punya bahkan tak percaya padanya. Prima menambrak bahu Kara lalu berjalan keluar kelas.

"Prim!" panggil Deo, ia bangkit dari kursi berniat menyusul Prima namun tangan Kara spontan menahan tangan laki-laki itu.

Gadis itu menatap Geo dan Deo secara bergantian.

"Kalian juga gak percaya sama gue?"

Keduanya terdiam sejenak, dengan gerakan pelan Deo melepaskan pegangan Kara dari lengannya.

00.00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang