⋆Part 22⋆

446 70 440
                                    

-ˏˋ⋆ ᴡ ᴇ ʟ ᴄ ᴏ ᴍ ᴇ ⋆ˊˎ-

↠ᴀʏᴏ ᴛɪɴɢɢᴀʟᴋᴀɴ ᴊᴇᴊᴀᴋᴍᴜ!↞
————————————————————————

"Maafkan saya, saya sudah berjuang semaksimal mungkin. Suami anda tidak bisa diselamatkan lagi. Tuhan merindukannya."

Terdengar suara bariton berat dari luar ruangan dengan pintu yang sedikit terbuka. Ia yang baru saja bangun dengan rasa pening luar biasa kini mendengar tangisan wanita yang sangat ia kenali.

Tangisan yang siapapun yang mendengarnya tahu bahwa tangisan itu bukan tangisan bahagia maupun haru. Melainkan tangiskan kehilangan seseorang yang dicintai.

Dengan tatapan kosong dan netra kelam abu-abu, ia duduk. Menatap selimut berwarna putih tulang yang sedang ia gunakan.

Bingung dengan apa yang terjadi.

Mengapa ia merasakan rasa perih dan sakit yang tidak enak ini. Mengapa ia terbangun dalam ruangan serba putih, bukan kamar di rumah nenek. Tujuan keberangkatannya ialah ke rumah nenek di Daegu, Golden Wish. Tapi ini, ia bingung, ada di mana sebenarnya ia.

Aroma yang begitu familiar dengan struktur bangunan dan mesin-mesin yang ada.

Sepertinya ia yang masih kecil bisa menebak ia ada di mana sekarang.

Terus duduk membungkuk menatap arah bawah, ia memaksa otaknya untuk menggali memori yang seperti tertimbun dalam. Ia tak ingat apapun selain ia, adiknya dan juga ayahnya sedang berbincang di dalam mobil.

Digerakkannya kepala yang terasa berat ke sebelah kanannya. Gadis kecil dengan perban yang menghiasi hampir seluruh bagian tubuh. Raut wajah kesakitan di sela tidur. Terlihat mengenaskan. Lemah. Dan tak berdaya.

Hati kecilnya menangis melihat keadaan adiknya yang terlihat begitu kesakitan. Ia berinisiatif untuk menghampiri sang adik, akan tetapi jiwanya terasa begitu kosong. Jadi ia hanya menatap kosong ke arah adiknya.

Kriet...

"K-kakak udah bangun?" wanita yang ia dengar tangisannya tadi dengan segera menghampirinya. Memeluk erat seperti tidak membiarkannya untuk bernapas.

Beomgyu kecil tidak menjawab apapun. Semua kata yang ia dengar masuk dan keluar begitu saja. Ia merasa kesadarannya masih berada di sisinya mengapung bebas dan tidak mau masuk ke dalam tubuhnya sendiri.

Ia mengarahkan sorotnya saat setitik air jatuh membasahi pergelangan tangan yang ada di atas pangkuan pahanya. "S-syukurlah kamu sadar, kak... Tolong, tolong jangan tinggalin mama ya, kak?" ucap dan pinta wanita itu dengan isakan berat.

Wanita berstatus ibu dari ketiga anak itu melonggarkan dekapannya. Meraih wajah datar, tirus nan kecil milik Beomgyu. "Ada yang sakit? Bilang aja ke mama, kak." sang ibu berusaha sekeras mungkin untuk menahan tangisnya di hadapan anak sulungnya.

Beomgyu tidak menjawab. Ia hanya menatap malaikat tanpa sayap di sisinya tanpa menunjukkan ekspresi apapun.

"Gyu... di mana?" tanyanya dengan suara serak seperti tidak minum berhari-hari. "Kamu... di rumah sakit, kak."

Beomgyu kembali terdiam, seperti memproses apa yang ibunya katakan barusan. Ia kembali bertanya, "Papa mana, ma?"

Tidak mendapat jawaban melainkan mendapati sorot bergelinang air mata dari sang ibu. Firasat Beomgyu kini tidak enak.

𝖯𝗈𝗌𝗌𝖾𝗌𝗂𝗏𝖾 𝖡𝗋𝗈𝗍𝗁𝖾𝗋 || 𝖡𝖾𝗈𝗆𝗀𝗒𝗎 [✔]Where stories live. Discover now