41 || Jangan biarkan dia pergi

Start from the beginning
                                    

Jeno terus menundukkan kepalanya, sementara kedua tangannya menggenggam tangan Shan yang membengkak karena cairan infus yang tak henti-hentinya mengalir ke dalam tubuh Shan.

Pintu kamar rawat terbuka, membuat Jeno menoleh, ada Jaemin yang baru saja datang, mengingat Jaemin sempat pulang tadi pagi.

Raut wajah Jaemin terlihat sendu, lalu ia menghampiri Jeno, "sorry, kalau gue bikin lo gak nyaman, gue suka Shan sebagai teman," ujar Jaemin karena Jeno benar-benar mendiaminya akhir-akhir ini, bahkan 10 hari ini Jeno hanya menatapnya dengan dingin atau tajam, padahal dirinya ikut andil menjaga Shan di rumah sakit, dan ia mendapatkan alasan tersembunyi dari sikap Jeno yang seperti itu dari Shua.

"Lo gak perlu cemburu, gue cuma pengen jengukin Shan setiap hari," lanjut Jaemin, dan Jeno tetap terdiam.

Tiba-tiba Jeno menoleh ketika merasakan jari Shan bergerak di genggamannya.

"S-Shan," lirih Jeno ketika melihat mata Shan yang perlahan terbuka.

Jaemin yang melihat itu tersenyum haru.

"Shan, Shannon." Jeno terus memanggil Shan, membuat Shan melirik kearahnya dan tersenyum lemas, hal itu membuat dada Jeno terasa sesak.

"J-Jeno," ujar Shan dengan suara serak dan hampir tak terdengar.

"Iya, ini gue, Jeno."

"Gue gak ingkar janji," bisik Shan, dan Jeno mengangguk.

"Ya, lo gak ingkar, lo bangun dan gue di sini, kita sama-sama gak ingkar janji," sahut Jeno yang membuat Shan tertawa pelan.

Jeno cemas ketika Shan tertawa dengan lirih, Shan benar-benar terlhat lemas, bahkan matanya tak bisa terbuka sepenuhnya.

"Gue panggil dokter," ujar Jaemin.

"Jangan, di sini aja," ujar Shan yang membuat Jaemin terdiam, namun tatapan lembutnya membuat Shan menghangat.

"Gue mimpi," ujar Shan seraya tertawa pelan lagi, bukannya lucu, hal itu membuat Jaemin dan Jeno merasa sakit di hatinya.

"Mimpi apa? Apa ada gue?" Tanya Jeno yang berusaha terlihat tenang, padahal dadanya sudah bergemuruh hingga terasa sakit.

"Ada, ada mama juga, k-kita nonton pesta kembang api di sungai Han."

"Apa kembang apinya secantik yang di Jeju?" Tanya Jeno.

"Y-ya ya, cantik banget, mama suka, kita suka," racau Shan dengan mata yang bergerak gelisah, namun bibirnya tak henti-hentinya tersenyum.

"Mau lagi, mau nonton pesta kembang api lagi." Shan terus meracau, Jeno tersenyum getir.

"Kalau lo udah sembuh, bulan depan gue janji bakal bawa lo ke pesta kembang api," sahut Jeno, entah kebetulan atau tidak, di sungai Han memang akan ada pesta kembang api, seperti yang Shan ceritakan dari mimpinya.

"Sembuh, gue mau sembuh aja," ujar Shan yang membuat Jeno tersenyum dengan mata yang merah dan berkaca-kaca.

"Iya sembuh, lo bakal sembuh, nanti kita jalan-jalan lagi."

Jaemin hanya diam seraya memperhatikan Shan, banyak hal yang ingin ia katakan pada Shan, namun ia tidak enak memotong pembicaraan Jeno, ia tidak mau Jeno merasa tersaingi olehnya, melihat Shan tersadar pun sudah membuatnya bersyukur.

Cklek

Taeyong yang baru saja datang terkejut melihat Shan yang sudah sadar, ia segera menghampiri Shan, kemudian tersenyum lirih.

"Hai Shan," sapa Taeyong yang berusaha untuk terlihat baik-baik saja, padahl ia begitu mencemaskan kondisi Shan, dan Shan hanya tersenyum lemah.

Taeyong mengecek keadaan Shan sejenak, ia juga mengatur laju cepatnya air infus yang mengalir ke dalam tubuh Shan.

My Bad Sister || Hold Me Tight + Lee Jeno ✔️Where stories live. Discover now