[.]

Raline menatap tangannya yang masih bengkak karena kejadian semalam. Karena itu ia menutupinya dengan sarung tangan berwarna dustynya, agar bengkaknya tidak begitu kentara.

"Raline?" seru Geyzia mengamati tangannya. "Tumbenan banget pake sarung tangan ke sekolah?"

Raline menoleh, menggeleng singkat. Semua gara-gara si peneror sialan itu. Raline mengumpat dalam hati. Siapa sih sebenarnya yang menerornya selama ini? Raline benar-benar tidak akan tinggal diam begitu saja jika pada akhirnya mengetahui siapa pelaku itu sebenarnya.

Raline sempat melihat Ethan dan Alezian yang baru saja masuk ke dalam kelas. Tubuhnya seketika meremang, kembali teringat dengan hal yang kedua lelaki itu lakukan di ruangan rahasia itu.

Semua hal yang terjadi terasa bak plot twist baginya. Ia tidak pernah menduga-duga hal itu. Untuk itu, mungkin saja penerormya juga adalah orang yang tidak ia duga-duga selama ini.

Namun, sampai sekarang Raline belum menemukan jawaban apapun mengenai itu.

"Ayang LinLin? Kok melamun aja sih?" sahutan dari Yovan menyadarkan Raline, menatap lelaki yang tengah menaik-naikkan alisnya itu.

Raline menggelengkan kepalanya. Tiba-tiba berdiri, memilih untuk pergi ke toilet saja.

[.]

Raline menggusah napasnya saat di toilet, duduk di atas kloset yang tertutup. Mengeluarkan ponselnya yang bergetar.

Anonym
I got u🤪

Raline membulatkan bola matanya. Ia bahkan baru mengganti nomor ponsel serta ponselnya sekalian. Bisa-bisanya si peneror itu masih dapat menemukan nomornya.

Anonym
have received the gift?

Raline
Mau lo apa sebenernya bangsat?

Anonym
Wow. Be calm baby. Jangan kasar dong
Nanti image cewek populer bak malaikat lo itu luntur loh?

Raline
Persetan
Siapapun lo, lo harus bayar semua yang udah lo lakuin ke gue

Dengan perasaan dongkolnya, Raline menelepon orang itu. Namun si peneror itu malah mematikannya.

Raline terkekeh sinis. "Cupu lo. Angkat berengsek!"

Raline menelepon si peneror itu berkali-kali. Namun terus kali dimatikan. Sampai kemudian samar-samar terdengar suara getar milik telepon seseorang dari luar. Raline mengerutkan keningnya. Memastikan bahwa suara itu memang ada di dalam toilet.

Pelan-pelan Raline membuka pintu bilik toilet, lantas kemudian mendapati Tara berada di luar sana. Sedang menyandar di dekat kaca, sembari tersenyum sendiri pada ponselnya.

Raline menaikkan tatapannya, langsung saja menghampiri Tara yang sontak mendongak kala menyadari presensinya.

"Lo ngapain disini?"

Raline menaikkan sebelah alisnya. "Seharusnya gue yang nanya, lo ngapain di sini Tara?"

Tara menatapnya remeh, lalu tertawa sinis. "Hei, bitch. Lo anak baru nggak belagu, bisa?"

Hipokrit ✔️जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें