"Kenapa jadi membahas itu? Kenapa kau bisa pingsan? Dan kenapa kau mengerjakan pekerjaan pelayan?"

"Aku pengen aja." jawab Nea berbohong.

"Bohong!"

"Katakan yang sejujurnya! Mama kan yang menyuruhmu melakukan semua ini?"

"Enggak aku sendiri yang mau" kekeh Nea.

"Saya tidak akan memaafkan mu jika kau berbohong!" Mendengar itu Nea seketika menciut.

"Iya iya. Tapi aku nggak keberatan kok, kan udah biasa."

"Lain kali saya nggak mau kamu melakukan itu lagi. Saya nanti yang akan bicara ke mama, atau kalau perlu saya akan menyuruh mama untuk kembali ke luar negeri"

"Jangan-jangan, aku janji nggak akan kerjain pekerjaan rumah lagi, tapi jangan suruh mama kamu untuk pergi dari sini. Beliau itu orang tua jadi nggak sepantasnya kamu mengusir dia seperti itu."

"Ceritakan dulu apa yang terjadi selama saya belum pulang tadi!"

"Apa yang perlu diceritain sih? Udalah nggak usah dibahas lagi, aku juga udah nggak papa kok."

"Kalau kamu tidak mau cerita, bisa bi Lastri aja yang cerita. Bi Lastri pasti tau." ujar Ryszard .

Ryszard kemudian memanggil bi Lastri yang berada diluar.

"Apa yang terjadi saat saya nggak ada bi?" Tanya Ryszard.

"Jadi begini tuan..."

Flashback on

Nea yang baru pulang dari kampus mengendarai taxi pun langsung masuk kedalam mansion. Kali ini Ryszard tak menjemputnya karena ia pulang lebih awal karena badanya sedang tidak sehat, dari pagi kepalanya pusing, dan mual-mual tapi ia tak bilang apapun ke Ryszard.

Saat ia memasuki mansion, sudah disambut mama Ryszard yang duduk disofa. Nea ingin langsung masuk kekamarnya untuk segera beristirahat, namun seperti yang disangka mama Ryszard menghalanginya.

"Hei gadis kampung!" Serunya yang melihat Nea yang hendak menaiki tangga.

"Kau tidak mempunyai sopan santun ya? Tidak melihat saya sedang disini?"

"Maaf ma. Tapi Nea mau istrirahat."  disini memang Nea sedikit salah karena langsung nyelonong. Tapi itu kan ada sebabnya yaitu karena Nea ingin segera beristirahat.

"Apa Kamu bilang? Ma? Berapa kali saya bilang, jangan panggil saya mama! Panggil saya nyonya!"

"Iya nyonya maafkan saya."

"Maaf-maaf kamu bisanya cuman minta maaf saja. Sekarang kamu nyapu, setelah itu cici baju, dan setrika!" Titah nya.

"Maaf nya apa boleh itu saya kerjakan nanti saja, saya janji akan mengerjakan itu semua, tapi ijinkan saya istirahat sebentar. Saya sedang tidak enak badan."

"Alasan kamu! Saya tahu kamu cuman akting, jangan harap saya ketipu sama sandiwara kamu. Cepat kerjakan apa yang saya perintahkan!"

"Mah kasian kakak ipar, sepertinya dia benar-benar sakit." sela Aleta yang tiba-tiba muncul entah dari mana.

"Diam kamu Aleta! Biarkan dia mengerjakan semua pekerjaan nya. Karena dia memang pantas melakukan itu".

"Tapi mah."

"Tidak ada tapi-tapian. Dan satu lagi, jangan panggil dia kakak ipar, dia tidak pantas menjadi kakak ipar mu".

"Kenapa kamu masih diam? Cepat kerjakan!" Bentak nya.

"Baik Saya akan mengerjakan nya sekarang juga."

"Bagus! Saya mau pekerjaan sudah siap sebelum saya pulang. Ayo Aleta".

Flasback off

"Jadi begitu ceritanya tuan."

Saat bi Lastri baru selesai bercerita, tiba-tiba pelayan datang bersama dengan Tino.

"Hey aku datang lagi!" sapa Tino dengan wajah ceria.

"Kenapa kau sangat senang aku panggil kemari? Kau senang di keluargaku ada yang sakit huh?"

"Calm down, aku hanya mencoba mencairkan suasana, tapi memang ada benarnya aku memang suka kau undang kemari karena aku akan mendapatkan uang setelahnya." ucapnya tanpa dosa.

"Dasar mata duitan! Teman macam apa kau?"

"Yaampun brother. Uang dan teman itu berbeda, di dunia ini semua menggunakan uang, dan teman ia pasti akan datang jika ada uang. Bukan begitu?"

"Jadi kau selama ini berteman dengan ku hanya karena uang?" Tanya Ryszard yang sudah menaikkan nada bicaranya.

"Kenapa kau sangat mudah terpancing, santai-santai tarik napas dulu. Aku hanya bercanda lagi pula kau kan sudah seperti saudara bagiku bukan teman lagi."

"Cih!"

"Jadi bagaimana? Siapa yang sakit disini? Kau? Atau bi Lastri?" Tanya nya sambil melirik bi Lastri. "Apa jangan jangan kakak ipar sakit lagi? Wah kau sangat berbahaya, beberapa minggu lalu kau menghajarnya sampai demam dan sekarang? Apa lagi?"

'Menghajar' yang dimaksud Tino dalam hal ini bukan menghajar yang di pukul atau semacamnya. Tapi dihajar dalam hal lain. Kalian pasti tau lah yang udah baca part-part sebelum nya.

"Canda." ucap Tino dengan mengangkat kedua tangan nya keatas.

"Cepat periksa istri ku!"

"Okeh-okeh sabar. Aku akan memeriksa nya"

Tino melakukan serangkaian beberapa pemeriksaan dasar dan mengatasi segala keluhan yang dialami Nea. Setelah ia menyimpulkan sesuatu, ia langsung tersenyum sumringah.

"Hei kenapa kau senyum-senyum seperti itu? Kau suka istri ku sakit?"

"Ya aku senang dengan sakit istrimu kali ini" jawab Tino yang langsung hendak mendapatkan bogem dari Ryszard tapi untung Nea berteriak agar Ryszard tak memukul sahabat yang yang menjabat sebagai dokter tapi agak mempunyai kelainan terhadap otak nya itu.

"Pergi sana kau tidak berguna!"

"Jangan buru-buru bro. Aku akan menyampaikan kabar bahagia untuk mu, dan kau akan menyesal jika mengusirnya sekarang".

"Kabar bahagia kata mu? Istriku sakit dan baru pingsan kau bilang bahagia? Sepertinya aku harus mencopot gelar doktermu itu!" Ancamnya.

"Apa-apaan kau? Akau susah payah. Meraih gelar ini tapi kau mau mencopotnya? Benar-benar teman keparat!"

"SUDAH STOP!" Teriak Nea sambil menutup telinga nya.

"Apa kalian tidak bisa berhenti berdebat? Kepalaku semakin pusing mendengarkan kalian berdebat dari tadi" omel Nea yang membuat suasana menjadi sunyi seketika.

"Cepat katakan ada apa sebenarnya jangan bertele-tele" geram Nea.

"Jadi setelah aku periksa dan menganalisa keluhan kakak ipar, aku menyimpulkan bahwa-".

"Sekali lagi kau panggil dia kakak ipar, akan ku potong lehermu!" Peringkat Ryszard dengan tajam. Namun Ryszard juga mendapatkan tatapan yang tak kalah tajam juga dari istri kecilnya itu, entah dapat kekuatan dari mana ia bisa berani memarahi dan memelototi suami nya seperti itu.

"Lanjut kan!"





Terpaksa Menikah Dengan CEO [Revisi]Where stories live. Discover now