Part 2|

179K 10.4K 423
                                    

Author Pov

Pagi ini Nea sudah siap untuk pergi bekerja namun ia belum berangkat karena masih menungggu sahabat barunya siapa lagi jika bukan sania. Nea sekarang sudah tinggal bersama Sania lebih tepatnya nge-kost bersama Sania.

"San cepet dong!" Teriak kesal Nea karena dari tadi sania masih saja berdiri di depan kaca entah apa yang ia lakukan sampai selama itu.

"Iya-iya gue udah siap" ujar Sania seraya berputar-putar seperti penari balet.

"Uhuk-uhuk" Nea terbatuk-batuk dan refleks menutup hidung mencium parfum baru Sania yang baru kemarin ia beli.

"Lo kenapa?" tanya Sania dengan wajah tanpa dosanya.

"Lo nggak sadar apa kalau minyak wangi lo itu bau nya nyengat banget kayak minyak nyong-nyong" ucap Nea sambil menutup hidung nya.

"Sembarangan lo ini tu parfum mahal ya baru kemarin gue beli" ucap Sania tak terima.

"Terserah lo mau ngomong apa yang penting sekarang buruan kita berangkat!" ajak Nea lalu keluar karena tak tahan bau parfum dari Sania.

Suara ponsel Nea berbunyi ia pun langsung mengangkat telpon tersebut, ternyata panggilan telpon itu adalah nomor ayahnya.

"Halo pak?"

"Halo mbak ini aku Rifki" ucap laki-laki dalam telpon terdengar itu adalah suara adiknya yang duduk di bangku SMA.

"Iya ada apa dek?" Tanya Nea.

"Bapak sakit mbak" ucap nya to the point.

"Hah apa? Sakit apa?" Tanya Nea khawatir.

"Bapak sakit jantung mbak, dan harus segera di operasi"     


Nea khawati dan cemas, tapi ia menahan sekuat tenaga untuk tidak menangis terlalu kencang, karena itu hanya akan membuat keluarga nya tambah sedih. Ia mencoba kuat dan berpikir positif juga memberikan pikiran positif itu untuk adiknya jika ayahnya tidak akan kenapa-napa.

"Mbak-mbak masih disana kan?" Tanya Rifki cemas yang tidak mendengar suara Nea.

Nea tersentak kaget lalu sadar dari lamunannya, "i iya embak masih di sini, kamu tenang aja nanti mbak akan kirim uang untuk bapak" ucap Nea tanpa berfikir panjang.

"Tapi mbak biaya nya itu nggak sedikit" ujar Rifki di dalam telpon.

"Udah tenang aja kamu kan tau mbak mu ini kerja di kantor besar pasti gajinya juga besar, ya walau pun cuman jadi cleaning servis tapi atasan mbak juga baik jadi mungkin mereka mau membantu" ucap Nea panjang lebar.

"Rifki kamu telpon siapa?" Terdegar suara wanita yang sangat Nea kenal, ya itu adalah ibu Nea.

"Telpon mbak Nea buk, mbak juga harus tau"

"Kamu jangan bebani mbak mu, mbak mu juga butuh uang untuk hidup di kota besar di sana"

Terdengar perdebatan di sana, Nea hanya diam.

"Nea ini ibu, sudah kamu jangan dengarkan apa kata adik mu bapak nggak papa kok, ibu juga udah menawarkan sawah kita untuk di jual jadi kamu nggak perlu pikirin kita disini"

Terpaksa Menikah Dengan CEO [Revisi]Where stories live. Discover now