15.Pemenang kehidupan

Mulai dari awal
                                    

"Garing lo."

"Raga, sya."

Nesya berdecak, cara Raga meralat benar-benar membuatnya dongkol. "Bunda lo mana mau punya mantu kaya gue."

"Kata siapa? orang kata Bunda kriteria menantunya harus kaya Nesya. Nesya Prinzessin, yang ketawanya sedikit, galaknya banyak, hobinya baca, cintanya Raga, pipinya bulet, lucu---"

"Maksud lo gue gendut?" ditajamkan iris matanya. Nesya bukan gadis yang mudah merona bila diberikan rayuan buaya.

"Nggak, sya---"

"BOHONG! gendut ya gue?"

"Eh? nggak."

"Tuh kan!" jujur Nesya kali ini merajuk, bibir mengerut dengan dua alis menukik tajam.

Raga menggaruk tengkuk, mula dari adiknya, Aurora sekarang Nesya ternyata pembahasaan berat badan selalu jadi hal berpengaruh besar bagi mereka. "Nggak, tapi kalo ngambek iya," balas Raga. Dia sudah hafal jalan pintas terbaik.

"Iya apa?!" terkoneksi tiga detik, langsung cepat merubah raut wajah. "Nggak ah, b aja. Orang gue nggak gendut," lanjut Nesya mencoba biasa saja. Raga terkekeh meng-iyakan.

Untuk menghindari beragam jenis fitnah atau kekhilafan antara dirinya dan Nesya, teras depan menjadi tujuan Raga sekarang.

"Ayo, biar banyak," perintah Raga menyodorkan pena penuh coretan tipe-x serta satu kertas kosong sedikit lecek.

"Lo serius semua anak warbes minta TD gue?" maksud Nesya, apa ia penemu bolham atau rumus-rumus fisika sampai mereka ramai-ramai minta tanda tangannya.

"Ah---Auora minta di cesiing hp-nya nih," kembali disodorkan benda bentuk segi panjang hitam polos.

"Punya Kak Aurora tapi dipake hp lo?" celetuk Nesya.

"Gue apa-apa berdua sama dia, ibaratkan udah kaya kepompong berubah jadi amoeba," menyengir santai.

"Kupu-kupu!" ralat Nesya mengambil bolpoin, entah apa tujuannya kali ini Nesya cepat menuruti selagi ia bisa.

"Mereka tuh sya fans garis miring lo, mereka suka sama karya tulis lo, setiap hari kalo ke warbes gue bawa buku novel karya lo, iseng Achung baca gak lama anak lain ikut baca, gak nyangka katanya pacar Raga berbakat banget, lah orang belom?"

Dipuji berbakat membuat Nesya yang selama hidupnya selalu di ceemooh tidak berguna tersenyum hangat. "Belom apa, sih?"

"Pacaran."

Cepat-cepat mengalihkan ke buku. "Definisi pacaran menurut lo apa?"

"Ikatan manis yang beresiko pisah, kita gini aja ya biar nggak pisah?" ucap Raga memeluk dua lipatan kaki, mengunci tatapan pada mahluk lucu di sebelahnya.

Satu tangan Nesya mengibas ke atas. "Sory i'm anti romantic."

Raga tertawa nyaring. "Lucu banget lucu. Jago nulis, sayang kucing, cantik. Aduh.... jadi bingung mau pake adat mana nanti." khayalan Raga sudah mencapai batas maksimum padahal lima detik sebelumnya ditolak Nesya. "Gue suka semua karakter yang lo buat di buku, suka sama cara penulisan yang gampang di mengerti, alur sederhana tapi berkesan dan salipan pesan-pesan di dalemnya. Sya, lo keren. Keren banget."

Testudines:AmongragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang