Chapter 7 : Violet

6 1 0
                                        

4 Bulan yang lalu..

Paris, 12 April 2017 ; 13:45 CET.

Musim semi yang hangat telah membawa Hyun-sik sampai di kota Paris dengan selamat. Hyun-sik sedang berada di kamar hotelnya merapikan beberapa pakaiannya yang tidak terlalu banyak dari dalam koper dan memasukan ke dalam lemari. Hyun-sik hanya seorang diri disini tanpa pegawai atau asisten pribadi. Hyun-sik lah yang meminta mereka untuk membiarkannya kali ini berpergian sendiri mengurus 'bisnis' pribadinya. Ini bukanlah sebuah 'bisnis' sungguhan, melainkan hanya sebuah pertemuan dengan kawan lama yang pernah sekali mengisi balok kosong di dalam hati Hyun-sik. Keberadaannya sangat singkat bagi Hyun-sik. Seandainya wanita itu tidak pergi begitu saja meninggalkan cintanya.

Namun, rasa syukur sedikit Hyun-sik panjatkan karena wanita itu telah mau berkorban merelakan apa yang seharusnya menjadi miliknya, demi mencapai impian dan tujuan hidup yang lebih baik. Wanita itu telah memberikan sebuah penghidupan, rasa cinta dan mengajarkannya patah hati yang sempat membelenggu jiwa Hyun-sik cukup lama. Frustasi berkepanjangan telah memberinya sebuah arti cinta kepada sekeliling Hyun-sik. Memberinya suatu pelajaran bermakna tentang untuk selalu menghargai perasaan orang lain.

Hyun-sik sengaja datang kemari untuk menemuinya. Untuk membicarakan beberapa hal, tapi Hyun-sik sudah berniat untuk tidak mengenang masa lalunya dengan wanita itu. Masa ketika wanita itu masih mendampingi Hyun-sik, bersamanya.

Sebuah pesan masuk dikirim dari nomor yang tidak dikenalinya sedikit membuat tersentak. Wanita itu telah menghubungi Hyun-sik. Dia telah menerima pesan dari Hyun-sik kemarin untuk segera menghubunginya saat dia hendak bersiap berangkat ke Paris. Hyun-sik mengirimkan sebuah pesan suara lewat telfon rumahnya yang ia dapat dari sekertarisnya.

Di pesan itu dia berkata, "Kau sudah di Paris? Ini nomerku."

Hanya dari pesannya saja Hyun-sik sudah dapat mengetahui jika pesan itu dari dirinya. Dia memang tidak memberitahukan namanya di pesan itu, tapi Hyun-sik dapat merasakan jika pesan itu dari dirinya. Wanita itu.

Hyun-sik bergegas menekan tombol telfon pada layar. Seperti dugaannya, wanita itu langsung menerima panggilannya,

"Halo.." Dia berkata dengan tenang, bahkan suaranya masih terasa merdu di telinga, "Kau sudah sampai di Paris?"

"Iya." Sahut Hyun-sik berusaha menghilangkan canggung, "Kau ada dimana sekarang?"

Setelah itu dia memberitahukan sebuah alamat kepada Hyun-sik. Tentu saja itu bukan alamat rumah tempat wanita itu tinggal, melainkan alamat tempat dimana ia berada sekarang. Mereka menyusun sebuah rencana pertemuan mendadak. Wanita itu menyuruh Hyun-sik untuk menghampirinya di tempat yang Hyun-sik sendiri tidak tau tempat seperti apa itu. Lelaki bertubuh tegap itu hanya mengiyakan dengan cepat, agar dapat segera mengakhiri panggilan ini dan datang menghampirinya. Hyun-sik bahkan sama sekali tidak mengerti jalanan di Paris. Ini adalah kedua kali dirinya datang kemari, tetapi ia sama sekali tidak memiliki pengetahuan apapun tentang kota romantis ini.

Hanya berbekal bahasa inggris dan sebuah google maps, Hyun-sik menyusuri jalan Rue Lepic. Rupanya tempat yang dia berikan terletak tidak begitu jauh dari hotel Hyun-sik.

Berkisar tiga sampai empat menit, tidak terasa Hyun-sik telah sampai disana. Hyun-sik melihat sebuah bangunan tua berwarna krem yang menjulang keatas dengan banyak jendela dan sebuah pintu berwarna biru ketuaan. Bangunan yang sama dengan yang dia lihat difoto. Disana telah terdapat seorang wanita bergaun vintage berwarna putih dengan bunga-bunga berwarna merah muda. Ia berdiri sendirian tepat di depan sebuah papan nama berwarna silver di dekat pintu biru tua, sembari menatap lurus papan nama itu.

Tubuh yang tidak terlalu pendek dan kulit putihnya yang lembut masih sama seperti dulu. Rambutnya yang hitam pekat tergerai panjang. Punggungnya yang hangat menunjukan sosok yang tegas namun ramah dan lemah lembut. Dia masih terlihat persis seperti seorang wanita yang elegan, sayangnya tubuhnya sedikit lebih kurus sejak terakhir kali mereka bertemu. Mungkin dia masih melakukan diet ketat seperti dulu. Tanpa sadar, Hyun-sik terus menatapnya dari jarak beberapa meter dari tempat ia berdiri. Hyun-sik berdiri tepat di depan bangunan bernomer lima puluh dua yang memiliki pintu berwarna coklat. Sampai pada akhirnya ia menorehkan wajahnya ke samping. Ia telah menyadari kehadiran Hyun-sik disana. Senyumannya pun masih memancarkan sinar yang cerah, ia melambai kepada Hyun=sik. Kemudian Hyun-sik berjalan perlahan ke arahnya, Hyun-sik masih tidak yakin apakah ini nyata dan bukan sebuah mimpi. Wajahnya masih saja cantik dan tidak ada keriput, ia masih terlihat muda dan energik.

We're LearnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang