Ji Ho menuruni tangga satu persatu sembari mengenakan jaket jeans berwarna biru muda miliknya. Pria berambut hitam pekat itu sudah berpakaian rapi namun tetap santai seperti biasanya. Kali ini Ji Ho berencana pergi keluar rumah untuk menghindari makan malam keluarga untuk kesekian kalinya. Dibawah arahan sang Ibu, beberapa juru masak dirumah itu telah menyibukan diri mereka untuk menyiapkan makan malam. Aroma yang khas masakan rumahan tercium di segala penjuru rumah, tetapi aroma itu sama sekali tidak menggugah selera makan Ji Ho.
Ia terus berjalan menuju ruang tamu, hingga bertemu dengan Hyun-sik yang telah duduk dengan sigap dan bijaksana di ruang itu. Melihat Hyun-sik yang telah berjaga disana, membuat Ji Ho menghentikan langkahnya. Ini bukanlah pertama kali Ji Ho menghindari makan malam bersama keluarga, dan Hyun-sik tidak bisa membiarkannya lagi. Makan malam bersama adalah momen yang sangat penting bagi keluarga, karna pada saat makan bersamalah anggota keluarga akan berkumpul, hanya dengan ini lah mereka bisa menghabiskan waktu mereka bersama, untuk berbagi kisah tentang kejadian-kejadian yang telah mereka lewati hari itu. Hyun-sik tidak ingin lagi ada satu anggota keluarga pun yang tertinggal,
"Duduklah sebentar." Perintah Hyun-sik selembut mungkin.
Wajah Ji Ho berubah masam seperti jeruk yang belum matang, ia memutar bola matanya. Meskipun tidak menyukai pembicaraan antara anak-bapak seperti hari itu, namun ia tetap menghargai orang tuanya dengan menurut dan duduk di sofa bersebrangan dengan Hyun-sik.
"Sudah malam seperti ini, kau akan pergi kemana?" Tutur Hyun-sik membuka pembicaraan.
Ji Ho yang terus mengarahkan matanya menghadap lantai, menjawab dengan nada dingin, "Pergi berkerja."
Raut wajah Hyun-sik yang awalnya terlihat serius berubah. Matanya terbelalak, alisnya menaik seketika, ia refleks melihat ke arah jam tangannya, "Apa kau berkerja sambilan?" Celetuk Hyun-sik.
"Tidak." Sahut Ji Ho.
"Lalu? Kau mau pergi kemana? Ke kantor?"
"Tentu saja."
"Perusahaan itu pasti ingin meraup keuntungan yang sangat banyak dan sangat besar karena memperkerjakan karyawannya di jam segini." Hari sudah begitu gelap dan jam sudah menujuk ke angka delapan. Melihat Ji Ho tak merespon apapun, Hyun-sik melanjutkan omelannya,
"Wahhh! Benar-benar! Ji Ho-ya, katakan pada Appa dimana tempatmu bekerja! Appa akan datang kesana dan menuntut bosmu. Bagaimana bisa dia memperkerjakan anak ku seperti ini? Appa tidak terima begitu saja!"
Ji Ho beralih pandangan menatap ayahnya dengan dalam. Air muka Hyun-sik kelihatan serius bercampur kesal setelahnya mengatakan hal itu. Berlawanan dengan sifat aslinya, sesaat Ji Ho mengulas senyum,
"Apa kau berencana menuntut dirimu sendiri Kim Hyun-sik Hoejangnim ?" Sahut Ji Ho begitu mendengar penyataan konyol dari ayahnya itu. Seperti yang kita ketahui bahwa Ji Ho adalah seorang produser musik di perusahaan Hyun-sik yang tidak lain adalah ayahnya sendiri.
Saat itu juga sebuah tawa yang terdengar hangat menggema, sebuah tawa penuh cinta yang ayah-anak itu rasakan. Begitulah sebuah senyuman dapat menyamun sebuah hubungan dengan mantranya. Dengan sebuah senyuman, seseorang yang awalnya merasa risau dan gundah berubah menjadi penuh kebahagiaan. Dengan sebuah senyuman, seseorang yang sendirian, menjadi tidak kesepian. Cinta dan pengharapan, nada dan melodi, semuanya akan terasa indah jika hati dan fikiran kita merasa bahagia.
Sebuah tawa di tengah perbincangan itu, mengundang Ji Hee untuk masuk bergabung bersama Ji Ho dan ayahnya. Hatinya masih terasa sedikit pilu dan rasa takut mengelabuinya, ia bertekad untuk menuruti apapun yang diminta oleh ayahnya meskipun itu artinya dia tidak boleh bermain di dalam drama itu! Tekad Ji Hee sudah bulat, ia berfikir pasti ayahnya memiliki alasan tersendiri melarangnya bergabung di drama itu, dan hal itu sudah pasti demi untuk kebaikannya sendiri, kalimat itulah yang selalu di jual oleh orang tua pada anak-anak mereka, tetapi Ji Hee ingin mempercayai hal itu.
YOU ARE READING
We're Learn
FanfictionTerungkapnya satu-persatu kepahitan masa lalu, pertemuan sadis yang tidak pernah diinginkan, perjuangan menggapai dan mempertahankan mimpi yang melambung tinggi, mempererat indahnya keharmonisan, hingga ketulusan pengorbanan yang terluapkan. 🌏 W•U ...
