Myung Soo dan Bibi Hana sedang berjalan-jalan berdampingan di taman rumah sakit siang itu. Hari ini Myung Soo datang sendiri, Hwan Gi sedang ada kerjaan dikantor. Mereka melihat-lihat ke pemandangan sekitar. Tak banyak yang bisa dilihat. Hanya beberapa pepohonan, bunga-bunga, dan pasien yang sedang berjalan-jalan karna suntuk seharian berada di kamar terus. Sesekali mereka melemparkan senyuman ke arah beberapa pasien, dokter atau perawat yang lewat di depan mereka. Myung Soo begitu riang melihat pemandangan ini. Dari kecil, ia sudah jatuh hati pada yang namanya rumah sakit.
Bukan berarti dia sering sakit dan dirawat di rumah sakit, tapi karna dia memiliki sebuah mimpi kecil diangannya. Kelak, jika ia besar nanti ia akan menjadi seorang Dokter. Itulah kalimat motivasi yang selalu diucapkan untuk dirinya sendiri semenjak ia duduk dibangku sekolah dasar. Karna mimpinya ini juga, ia menjadi lebih akrab dengan Bibi Hana yang merupakan seorang Psikiater. Myung Soo banyak belajar dari Hana.
Tapi yang perlu ditekankan disini adalah, bahwa itu semua hanyalah mimpi. Angan-angan belaka. Myung Soo lebih memilih untuk kembali tidur dan larut dalam mimpinya, ketimbang bangun untuk mewujudkan impiannya. Ia tak begitu memiliki keberanian melawan kemauan orang tuanya yang keras seperti yang dilakukan adiknya, Yun Sook.
"Bagaimana perkembanganmu sekarang, Myung Soo?" Hana membuka obrolan.
Mereka duduk dibangku taman yang letaknya tak jauh dari tempat mereka berdiri tadi.
"Tak banyak." Myung Soo tersenyum. Ia paling senang jika mendapatkan perhatian dari bibi kesayangannya.
"Insomnia-mu?"
Myung Soo menghela nafas panjang, "Apa sekarang aku sedang di interogasi?" serunya. Membuat tawa bahagia yang lepas diantara pasangan bibi dan keponakan ini.
Mereka kembali terdiam. Melihat ke sekeliling,
"Paman Kim Chul apa kabar?" Myung Soo memberi jeda, "Sudah lama aku tidak melihatnya."
"Kapan-kapan mampirlah ke rumah."
"Hahah, akan aku usahakan."
"Daripada cuma belajar terus-terusan dirumah. Pasti bosan."
Myung Soo diam termangu, ia berfikir. Yang barusan dikatakan Bibi Hana memang benar. Bosan jika terus-terusan belajar dirumah. Tapi mau bagaimana lagi? Hanya itu yang bisa ia lakukan. Myung Soo bahkan tak memiliki begitu banyak teman untuk pergi bersenang-senang. Paling hanya satu atau dua teman sekelasnya dikampus, itu pun juga tak seakrab temannya jika bersama temannya yang lain.
Satu-satunya sahabat yang dimiliki Myung Soo untuk tempat berbagi keluh kesah hanyalah Hwan Gi. Selain karna umur Hwan gi lebih tua dan jelas lebih dewasa sifatnya dari Myung Soo, Hwan Gi adalah orang yang sangat humble pada orang lain. Sifat dari Hwan Gi yang paling disukai Myung Soo adalah sifatnya yang ke-ibu-an. Hwan Gi selalu ada kapanpun dan dimanapun Myung Soo membutuhkannya. Myung Soo merasa jika Hwan Gi-lah yang telah menjaga dan merawat dirinya.
Ayah Myung Soo, Lee Jae-young adalah orang yang tegas dan kukuh pada pendiriannya. Dari kecil ia sudah mengajarkan kepada Myung Soo, bahwa dia harus menjadi anak yang tidak hanya cerdas tetapi juga menjadi 'anak yang berbakti' pada orang tua, dengan cara menuruti apa yang diinginkan oleh orang tuanya. Karena orang tua akan selalu memberikan hal yang terbaik pada anaknya. Pemikiran itulah yang dibawa Myung Soo hingga dia besar seperti sekarang.
Myung Soo selama ini tidak pernah menolak permintaan orang tuanya terutama sang Ayah. Dimata kedua orang tuanya, Myung Soo adalah anak yang cerdas, baik dan sangat penurut, dan orang tuanya begitu bangga padanya. Begitu bangga pada topeng yang selama bertahun-tahun dikenakan anaknya. Myung Soo juga selalu dituntut untuk menjadi orang yang 'sempurna'. Segala hal yang berhubungan dengan Myung Soo, selalu diatur oleh kedua orang tuanya yang sangat protektif. Mulai dari cara makan, cara ia bersikap, cara ia berbicara, bahkan bagaimana posisinya ketika tidur juga diatur oleh orang tuanya. Semuanya diatur sedemikian rupa agar menghasilkan 'boneka' yang sempurna tanpa cacat setitik pun. Diluaran sana, banyak orang yang iri dengan kepribadian Myung Soo.
ВЫ ЧИТАЕТЕ
We're Learn
ФанфикшнTerungkapnya satu-persatu kepahitan masa lalu, pertemuan sadis yang tidak pernah diinginkan, perjuangan menggapai dan mempertahankan mimpi yang melambung tinggi, mempererat indahnya keharmonisan, hingga ketulusan pengorbanan yang terluapkan. 🌏 W•U ...
