"Annyeonghaseyo.." Kali ini Ji Hee benar-benar sedang tersenyum sangat lebar ketika melihatnya. Mengingat betapa bersyukurnya Ji Hee, di sekian banyaknya orang yang kemungkinan bisa ia temui tetapi dengan mudahnya ia justru malah berpapasan dengan seorang panutannya, perhatiannya tertuju pada ekspresi mata jernihnya yang tajam, dia terlihat seperti seseorang yang berbeda, bahkan cara berpakaiannya pun berbeda.
Suara berat bercampur serak yang khas itu kembali terdengar setelah Kang Seo Woo berbalik menyapa Ji Hee. Selanjutnya, tak ada obrolan apapun yang terjadi di antara mereka, suasana canggung itu kembali mereka rasakan seperti awal pertemuan mereka beberapa jam yang lalu, sampai pada akhirnya mobil Manajer Kwon datang dan Ji Hee mengucapkan salam perpisahan pada Kang Seo Woo. Setelah Ji Hee akan berjalan menuju ke arah mobil, tiba-tiba saja sesuatu yang bahkan lebih canggung dari sebelumnya terjadi. Kang Seo Woo secara spontan menahan Ji Hee atau lebih tepatnya memanggil nama Ji Hee dengan tidak biasa,
"Ji Hee-ya!"
Begitu terkejut, Ji Hee refleks menghentikan langkahnya dan berbalik begitu saja, "Ya?" Nada suaranya terdengar ragu.
Seo Woo melambaikan tangannya , memanggil Ji Hee untuk datang menghampirinya sebentar.
Sebenarnya perasaan Ji Hee sekarang condong lebih ke arah ketakutan dibanding senang. Namun terasa mengalir begitu saja, dengan perasaan becampur aduk Ji Hee tetap menghampirinya dengan percaya diri.
"Maaf aku memanggilmu, padahal kau sudah akan pergi." Sahut Seo Woo begitu melihat Ji Hee di hadapannya.
"Ahh, tidak apa-apa kok. Sungguh, tidak apa-apa." Sahut Ji Hee sedikit sungkan karena mendengar permintaan-maaf dari Seo Woo.
Seo Woo tertawa sebentar, "Mengapa kau kelihatan ketakutan sekali?" Melihat Ji Hee sudah tersenyum rileks, Seo Woo melanjutkan kalimatnya, "Boleh kita berfoto bersama?"
Mata Ji Hee membulat besar, ia benar-benar terkejut dibuatnya, "Apa?!"
"Tidak boleh ya?"
"Tidak! Tidak! Tentu saja boleh."
Ji Hee mengeluarkan telfon genggamnya dari dalam tas, sesaat ia telah mengarahkan kamera ke arah wajah mereka berdua, kemudian..
Cekrik. Cekrik.
Momen itu telah tersimpan rapi di sebuah galeri maupun dalam memori ingatan mereka. Hal seperti ini, tidak akan mudah terlupakan oleh Ji Hee. Saat itu, Seo Woo merogoh saku mantel tebalnya yang hangat dan mengeluarkan sebuah smartphone miliknya,
"Ji Hee-ya, kirimkan padaku juga foto itu. Aku ingin menyimpannya sebagai kenang-kenangan." Tutur Seo Woo secara tiba-tiba.
Ji Hee refleks mengedipkan kedua matanya, meneguk air liurnya, dia sempat menatap Seo Woo sebentar sebelum ia mengirimkan foto itu pada Seo Woo.
Di akhir perpisahan mereka sebelum Ji Hee pergi menuju mobil, karena kelihatannya Manajer Kwon sudah sangat bosan menunggu, Seo Woo memberikan nomer telfon miliknya secara cuma-cuma pada Ji Hee begitu pula sebaliknya. Setelah meninggalkan pancaran senyum bahagia pada Seo Woo, Ji Hee kembali berpamitan untuk kedua kalinya, kemudian Seo Woo mengiyakan dengan menyisihkan kata-kata 'hati-hati di jalan' di paling belakang kalimatnya.
Beberapa saat kemudian setelah Ji Hee melangkah pergi dan memasuki mobilnya, Seo Woo kembali menatap foto mereka berdua. Foto dirinya dan Ji Hee yang kelihatan sangat akrab dan bahagia. Di tambah dengan wajah mereka yang sangat fotogenik, menambah kesan artistik disana. Sekilas keduanya terlihat mirip. Kemudian, setelah ia puas menatap dan memperhatikan foto itu, ia langsung mengirimkannya pada salah seorang yang berada di kontaknya, dan menambahkan sebuah kalimat di bawahnya,
"Bukankah dia menjadi semakin bertambah dewasa? Kau pasti sangat merindukannya."
Untuk saat ini, Ji Hee benar-benar tidak bisa menutupi perasaan bahagianya, semua itu terlalu tergambar jelas di ekspresi wajah dan tingkah lakunya yang sedari tadi tersenyum-senyum sendiri menatap keluar jendela mobilnya. Sadar akan hal itu, Manajer Kwon yang juga terkena imbas hari baik Ji Hee, hanya tersenyum dan mulai menggodanya,
"Aigoooo... Aku benar-benar bisa merasakan bunga-bunga yang bertebaran disini."
Meskipun telah hanyut dalam lamunannya, Ji Hee masih bisa merespon, "Tidak juga. Hanya saja hari ini adalah hari yang sangat baik."
"Semuanya tergambar jelas di wajahmu, Ji Hee-ya. Kau tidak bisa membodohiku." Timpal Manajer Kwon.
"Benarkah? Apa terlalu ketara?" Sahut Ji Hee refleks.
Manajer Kwon terkekeh, "Emh. Saaangaaaat ketara sekali! Kau kelihatan seperti seseorang yang baru saja berpapasan dengan cinta pertamamu, Ji Hee-yaaa."
"Hahah." Ji Hee tertawa sejenak, "Sayangnya aku tidak memiliki hal seperti itu. Dari dulu hingga sekarang, hanya Kim Taehyung seorang pria yang ada di hidupku."
"Kau sama sekali tidak pernah menyukai pria lain selain Taehyung? Benarkah?"
Sekali lagi Ji Hee tersenyum lebar, hari ini ia benar-benar banyak tersenyum. Kemudian Ji Hee merilekskan posisi duduknya dan tidak menjawab pertanyaan tersebut.
Di dalam benak Manajer Kwon, diamnya Ji Hee memiliki dua arti yang bertolak belakang. Dia mengiyakan pernyataan itu atau dia sama sekali tidak ingin membahas tentang hal itu. Manajer Kwon termasuk orang awam yang cukup briliant dalam membaca pikiran suatu karakter atau tingkah laku seseorang yang sedang bersamanya, tetapi kecerdasannya belum bisa di setarakan dengan psikolog atau psikiater diluar sana yang memang mendapat gelar dengan mempelajari hal seperti itu. Tetapi, kita bisa menyebut keahlian yang dimiliki Manajer Kwon itu sebagai 'bakat alami'. Dan cara terbaik untuk menghadapi sikap seperti ini, hanyalah mengalihkan perhatiannya,
"Ji Hee-ya, sebenarnya tadi Hoejangnim menelfonku, dia mengatakan ingin bertemu denganmu setelah ini."
Ji Hee sudah sempat tersentak, namun kemudian Manajer Kwon melanjutkan kalimatnya, "Tetapi tidak jadi."
"Apa aku ketahuan? Dia marah padaku?"
"Entahlah, aku juga tidak begitu mengerti. Tetapi yang jelas bukan tentang kejadian tadi pagi."
"Lalu kenapa tidak jadi?"
Manajer Kwon memarkirkan mobilnya, mereka telah sampai di perusahaan, "Katanya, dia akan pergi menemui Kakekmu."
"Yaa?! Ka-Ka-Kakek Kim??!"
✥✥✥
Chapter 6 : Emboldened — To Be Continued.
YOU ARE READING
We're Learn
FanfictionTerungkapnya satu-persatu kepahitan masa lalu, pertemuan sadis yang tidak pernah diinginkan, perjuangan menggapai dan mempertahankan mimpi yang melambung tinggi, mempererat indahnya keharmonisan, hingga ketulusan pengorbanan yang terluapkan. 🌏 W•U ...
Chapter 6 : Emboldened
Start from the beginning
