Chapter 6 : Emboldened

Start from the beginning
                                        

Hari itu matahari bersinar terang menerobos masuk ke dalam ruangan yang di dalamnya terdapat gadis yang sedang berbaring tidur dengan pulas di atas kasurnya yang empuk. Ji Hee begitu kelelahan, tak banyak waktu istirahat untuk dirinya semenjak ia resmi bergabung menjadi seorang trainee di agensi ayahnya. Ji Hee terus memforsir dirinya untuk tak henti-hentinya berlatih dan terus berkerja keras. Alih-alih menggunakan waktu malamnya untuk mengistirahatkan tubuh, Ji Hee justru malah sibuk berlatih menari seorang diri diruang latihan.

Ada begitu banyak pengetahuan yang belum dipelajarinya dengan baik. Alasannya juga mengambil latihan tari dan vokal semata-mata karena ia ingin menjadi seseorang yang lebih berbakat, seorang publik figur yang bertalenta dan tak hanya mengandalkan fisik dan juga bakat aktingnya. Sudah tiga bulan lebih lamanya, ia menginap dan tinggal di dorm bersama dengan para trainee lainnya dan ia merindukan kehangatan rumah. Ji Hee pulang ke rumah setelah berhasil menyelinap keluar dari dorm.

Ji Hee meminta bantuan kepada seorang penjaga rumahnya untuk membuka pintu gerbang rumah dan menyuruh pelayan untuk membukakan pintu untuknya, tak lupa Ji Hee juga memohon kepada seorang pelayan dan penjaga itu untuk tetap bungkam dan tidak memberitahukan tentang penyelinapan ini pada orang-orang di dalam rumah. Jika saja ayahnya mengetahui apa yang sudah di perbuatnya sekarang, mungkin ayahnya akan memperpanjang masa trainee-nya atau mungkin hal yang lebih buruk dari itu akan terjadi.

Jauh masuk ke dalam angan ribuan kilometer dari tempat Ji Hee terbaring, ia bermimpi tentang seorang wanita muda bergaun putih yang sangat cantik, wajahnya samar terlihat, ia memiliki mata yang sangat cantik namun terasa tak asing, wanita itu berjalan mendekat. Ji Hee terus memandanginya, sampai wanita itu benar-benar berada di hadapannya dengan anggun, penuh ketentraman dan sentosa miliknya. Ji Hee semakin mengenali raut itu. Wajahnya sekilas terlihat mirip seperti Ji Ho, tapi lebih elegan dan natural. Saat Ji Hee akan menyentuh tangannya, dengan pahit, wanita itu melenyap seperti abu, lalu abu tadi menjadi satu dan berganti wujud menjadi seekor kupu-kupu yang indah.

Kemudian, kupu-kupu itu terbang menjauh darinya ke udara bersamaan dengan beberapa manik cahaya yang mengelilinginya oleh ketenangan yang sempurna. Detik itu juga Ji Hee terbangun, masih merasakan sisa kesedihan, masih melihat kupu-kupu bersayap putih dan mata milik Ji Ho yang terlihat cantik, dan Ji Hee terjatuh dari semua mimpi itu dan kembali pada kenyataan situasinya. Bahwa ia harus kembali berhadapan dengan semua kegiatan kesehariannya yang begitu melelahkan.

Ji Hee mengambil telfon genggamnya yang terletak di meja. Ia mendapatkan beberapa pesan teks dari Manajer baru yang dipekerjakan ayahnya tiga minggu yang lalu untuknya, di pesan itu si Manajer mengatakan kepanikannya mendapati Ji Hee yang tidak ada di dorm pagi itu. Kemudian, setelah membaca habis semua pesannya, Ji Hee bergegas menelfon Manajernya.

"Halo." Sapa Ji Hee.

"Ji Hee-ssi, sekarang kau dimana? Mengapa tidak ada di dorm? Kau tidak apa-apa kan? Aku sudah mencarimu kemana-mana, dan sepertinya sebentar lagi Hoejangnim akan membunuhku jika kau tidak kemari sekarang juga." Sambar Manajer yang bernama lengkap Kwon Eun-Taek itu bagaikan petir. Ia benar-benar tak mengira akan mendapatkan seorang Manajer yang meskipun lebih tampan tetapi juga lebih cerewet dari pada Manajer Ahn.

"Manajer Kwon, apa kau sedang bersama Appa sekarang?"

"Tidak. Aku sedang ada di luar mencarimu. Kau dimana sekarang?"

Ji Hee menghela nafas lega, "Sekarang, datanglah ke rumahku. Jika kau bertemu dengan Appa, katakan padanya jika aku sedang lari pagi. Mengerti kan?"

Manajer Eun segera menjawab ya.

"Baiklah kalau begitu," Sahut Ji Hee, namun ia segera mengingat sesuatu, "Jangan jemput aku di depan rumah, nanti para pelayan atau penjaga akan menghampirimu. Parkirlah mobilnya agak jauh, aku akan berjalan menghampirimu. Dan jangan lupa menghubungiku jika kau sudah sampai disana."

We're LearnWhere stories live. Discover now