7. Ghost Mori

79 12 16
                                    

Adar: Father
Naneth: Mother
Meleth-nin: My love
Hir-nin: Prince
Hiril-nin: Princess
Alla: Salam

Tahu gak kenapa aku se-cinta dan se-rindu sama fanfiction aku yang satu ini? Pertama, aku ngerasa dapat benefit yang cukup dari para pembacaku walau yang baca pun engga seberapa. Aku senang menyalurkan sesuatu yang engga bisa orang lakukan namun suka, dan aku senang mengabadikan ke-imajinasi-an ku beserta partnerku yang beragam ini. Kedua, aku sangat amat cinta sama karya Tolkien. Cinta pertamaku, cinta pertama kalian semua pasti tidak lain Legolas. Tapi, pas pertama kali aku nonton The Hobbit di tahun 2013 aku bertanya-tanya, kenapa The Elven King bisa seindah dan seanggun itu di mataku? Well yeah, Legolas memang mencuri perhatianku sedari umur 8 tahun. Tapi aku gak bisa menyangkal aku juga jatuh hati sama Thranduil. Dengan itu aku mencoba menyalurkan rasa cintaku kepada dua pria yang udah mengisi masa kelamku dengan membuat 2 karakter buatan agar kalian juga bisa merasakan "how to be in love with Thranduil and Legolas"

Hope y'all enjoy this story, guys!

— S E C O N D C H A N G E—



"Aku menolak ikut."

Perkataan yang dilontarkan oleh gadis peri membuat semuanya terdiam. Annariel mengerut bingung dengan apa yang dibicarakan oleh Claire. Gadis manusia itu melompati batas kapal dan mendekat ke arah Claire.

"Apa maksudnya kau tidak ikut?" Annariel bertolak pinggang. Bibir maju sesenti karena kesal dengan penolakan dari teman perinya.

Claire hanya membenarkan letak pedangnya tanpa menjawab pertanyaan gadis bersurai malam. Wajahnya yang beraristokrat selalu berhias rapi. Bagai pahatan sempurna sang Dewi. Dirinya berbalik dan berjalan menuju hutan. "Terserah dirimu, An. Ikuti aku atau ikut bersama mereka."

Annariel masih berdiam di pinggir danau. Memikirkan sesuatu dengan keras. Ia memandang para kurcaci lalu berakhir Bilbo. Hobbit tersebut menekuk bibir seperti merasakan afeksi janggal di tubuh. Seperti tidak rela jika keduanya tidak ikut dalam petualangan mereka. Seperti hampa dan tidak ada teman bercerita dikala dirinya terpuruk. Jika kepada Thorin, Bilbo terlalu takut untuk rehat sejenak. Pasalanya Thorin memiliki sifat yang keras juga pemimpin. Ia terlalu dominan untuk merasakan keterlambatan yang dirasakan Bilbo. Tapi tidak dengan kedua gadis tersebut. Pria itu merasa bahwa hal yang tidak ada di diri makhluk hidup terdapat di dalam diri kedua gadis yang tengah bersiteru dengan kesitegangan masing-masing.

Gadis bersurai hitam menggigit bibir hingga berdarah sebelum memutuskan hal yang menurutnya benar. Annariel berbalik ke arah kapal. Ia menunduk. Balin yang sudah mengetahui keputusan Annariel hanya menghela napas pasrah. Kili pun berusaha membujuk gadis tersebut untuk tetap bersama mereka. Namun, terhenti karena Thorin yang berkata bahwa mereka memilih jalannya sendiri.

Claire tidak peduli dengan perpisahan seperti ini. Toh, jika mereka selamat maka mereka akan berkumpul kembali. Gadis itu terlalu muak dengan segala pertemanan. Mereka hanya akan memikirkan peperangan yang berujung kematian. Tidak ada masa depan yang menghampiri mereka. Tidak ada cahaya yang menerangi. Hanya ada kubangan api membara yang membakar semuanya tanpa menyisakan apapun. Claire meremat genggaman dengan kuat. Tidak mau menoleh dan memilih masuk lebih dahulu ke dalam hutan.

Dengan berat hati, Annariel meninggalkan semuanya dan memilih mengikuti Claire. Ia lebih mengkhawatirkan gadis tersebut. Setidaknya rombongan Oakenshield akan aman jika mereka terus bersama-sama. Dan terlebih, pria bersurai hitam panjang bernama Bard itu terlihat seperti orang baik yang dapat diandalkan. Annariel berlari dan melompat kala dirinya hampir saja terjungkal karena akar pohon.

Second ChanceOù les histoires vivent. Découvrez maintenant