1. Girl from Another World

206 37 17
                                    

Adar: Father
Naneth: Mother
Meleth-nin: My love
Hir-nin: Prince
Hiril-nin: Princess
Alla: Salam

Jangan lupa vote sebelum membaca

— S E C O N D  C H A N G E—




Suasana berkabung menyelimuti pemakaman tersebut. Gadis bersurai malam tengah memandangi pusara putih di tengah derasnya hujan. Rangkaian bunga krisan yang semula cantik berubah menjadi layu dan tidak berarti apa-apa. Pakaian serta topi yang senada dengan surai jelaga. Namun sangat kontras dengan kulit yang ia punya. Cahaya mutiaranya perlahan meredup tatkala beralih pandang pada nama yang tertera di batu nisan tersebut. Ia kehilangan sosok yang amat ia sayangi. Sang Ibu meninggal dunia akibat serangan jantung. Hidupnya yang semula terang benderang layaknya mentari, kini ia hanya terlihat seperti malam tanpa bintang dan rembulan.

Seseorang berpayung hitam menghampiri sang gadis. Kendati menenangkan, orang itu menariknya dengan hentakan kuat. Seorang pria bersurai pirang berobsidian serupa dengan gadis tersebut. Menarik masuk ke mobil hingga kepalanya terbentur dashboard. Gadis itu meringis tatkala pening serta nyeri melanda kepalanya. Air mata tidak mampu keluar lagi dari kedua matanya. Hatinya telah mati rasa untuk semua perlakuan yang ia dapatkan. Pria itu mendorongnya ke kursi penumpang, menggenggam kedua lengan sang gadis di atas kepala. Maniknya berkilat marah dan bibirnya mengeluarkan geraman.

Tangan sang pria terangkat lalu melayangkan satu tamparan keras di pipi gadis itu. Membuat ruam merah dengan sedikit darah yang merembes keluar. Kemudian, ia melayangkan tamparan di pipi satunya. Kali ini lebih keras, mengukir garis lurus dibaluri darah yang mengalir. Sang gadis terus menahannya, ia akan menahan rasa perih itu hingga dirinya tidak sadarkan diri.

"Jalang sialan! Aku sudah menelepon sepuluh kali, tapi kenapa tidak kau angkat, hah?!"

Setelah beberapa minggu tentram, akhirnya ia mendengar kembali perkataan seperti itu. Perkataan yang tidak pantas keluar dari saudara laki-laki kandungnya. Orang yang seharusnya melindungi gadis tersebut dan bukan berkata jahat diselingi kekerasan batin serta seksual.

"Wanita itu telah mati! Kenapa kau masih berdiam diri di depan pusara tidak berguna itu, hah?!"

Sakit. Sakit sekali rasanya mendengar hal tersebut dari kedua belah bibir sang kakak. Anak yang dilahirkan oleh rahim yang sama dengannya. Padahal, itu adalah Ibu mereka berdua, tapi kenapa ia tidak boleh menghadiri pemakaman Ibunya sendiri. Gadis itu ingin menangis, namun tidak bisa. Pasokan air mata pada dirinya telah mengering entah apa alasannya. Tidak apa-apa jika dirinya yang diperlakukan kasar, tapi jangan wanita hebatnya. Pandangan sang gadis memburam. Tangannya bergetar hebat. Kakinya tidak memberontak seperti sebelumnya, ia hanya bisa pasrah ketika menatap iris langit sang kakak. Mengingatkan dirinya dengan iris lembut milik Ibunya.

Sang kakak yang merasakan tidak ada perlawanan apapun dari adiknya hanya tersenyum. Ia menangkup pipi sang adik hanya dengan satu tangan. "Ssst.. kau gadis yang pintar, Anna. Sekarang turuti semua kemauanku."

Gadis itu memejamkan mata tatkala bibir sang kakak meraup habis miliknya. Keningnya memberengut dan tidak dapat bergerak. Hatinya hancur menjadi berkeping-keping. Alih-alih membenci, sang gadis tetap menatap pria tersebut sebagai kakak yang baik ketika alunan memori indah terlintas di benaknya. Gadis yang bernama Annariel Latrecia menganggap dirinya seorang Yatim. Ayahnya tidak meninggal, masih sehat dan dapat beraktivitas dengan sempurna. Bahkan Ayahnya sering kali mengiriminya uang dengan jumlah yang tidak terbatas. Hanya saja, gadis itu membenci Ayahnya sendiri. Pria yang ia kira cinta pertamanya justru meretakkan hatinya hingga relung terdalam. Sang Ayah memilih meninggalkan Ibunya demi wanita kaya yang tidak jelas asal usulnya. Bahkan pria bajingan itu tidak datang di pemakaman Ibunya.

Second ChanceWhere stories live. Discover now