6. Red Apple and Red Cheek

75 16 13
                                    

Adar: Father
Naneth: Mother
Meleth-nin: My love
Hir-nin: Prince
Hiril-nin: Princess
Alla: Salam

Jangan lupa vote sebelum membaca

— S E C O N D C H A N G E—




Mereka menetapkan untuk beristirahat sementara di pinggir danau. Gadis manusia satu itu mengangguk setuju dengan keputusan Balin. Ia mengajak Claire yang masih kaku ke dalam hutan guna mencari makanan. Fili berkata pada gadis itu jika dirinya dan Claire harus berhati-hati. Walaupun tidak ada tanda-tanda munculnya kawanan orc kedua gadis itu harus waspada akan bahaya lain yang memasuki hutan. Claire hanya diam sembari menatap Fili dan Kili bergantian. Lalu mengarahkan pandangan kepada jemari Annariel yang melingkar erat di pergelangan tangan sang gadis. Entah bagaimana, perasaan hangat menjalar begitu saja melalui genggaman tangan itu.

Bilbo ikut bersama dengan kedua gadis itu. Ia merasa bertanggung jawab karena dirinya adalah seorang pria. Tidak mungkin membiarkan dua orang gadis memasuki hutan tanpa perjagaan apapun. Walaupun ia tahu, kedua gadis ini memiliki ilmu bertarung yang tidak bisa diragukan lagi. Apalagi gadis peri dengan wajah datar yang selalu membuat bulu kuduk Bilbo meremang seketika. Bilbo berusaha menyingkiran semak belukar yang menghadang di depan mereka. Tahu pria itu sedang kesusahan, Claire melepas pedangnya kemudian membabat habis semak belukar tersebut. Sontak saja Bilbo tercengang melihat hal itu. Wajahnya berubah jadi masam dan Annariel tertawa keras. Diam-diam pun gadis bersurai hitam bergradasi ungu tersenyum kecil.

Claire mengesampingkan sejenak perihal nama belakang Annariel. Belum tentu nama gadis itu berkaitan dengan dirinya dan sang Ayah. Berhubung Annariel berasal dari dunia yang berbeda, bisa saja keluarganya bernama Latrecia. Di tengah jalan, gadis bermanik biru laut itu tersungkur dengan tidak elit. Ia hanya tersandung oleh akar yang mencuat keluar dari tanah tapi, wajahnya menjadi babak belur seperti itu. Claire mendesah pelan. Sangat tidak mungkin jika gadis itu adalah saudarinya.

Sang gadis peri menghampiri Annariel yang tersungkur. Menangkup wajah gadis itu lalu membersihkan noda dengan sapu tangan yang sering ia bawa. Annariel hanya tersenyum lebar menunjukkan deretan gigi putih nan rapi. Bilbo meminta izin untuk mencari makanan di wilayah hutan lebih dalam. Claire mengangguk guna menyetujui ucapan Bilbo kemudian mengangkat tangannya ragu. Gadis itu melambai kepada sang hobbit.

Annariel mendangak menatap pohon besar di sekeliling. Keningnya mengernyit heran saat melihat beberapa apel di pohon. Beranjak dari duduk lalu menepuk pelan pakaian. "Claire, mau aku ambilkan buah itu tidak?" Annariel menunjuk buah apel yang berada di atas pohon.

"Apel? Aku tidak suka." Balas Claire datar.

Gadis bersurai hitam pony tail memiringkan kepala. "Tidak suka jika belum dicoba. Tunggu ya. Akan aku ambilkan."

Claire mengernyit. Gadis itu selalu saja membuatnya kesal lantaran sikapnya yang senonoh dan tak memerdulikan sekitar. "Jika kau jatuh aku tidak akan membantu."

Bukannya mendengarkan, Annariel malah tertawa kemudian memanjat pohon dengan hati-hati. Saat berada di dahan, ia mengambil beberapa apel dalam genggamannya. "Aku ini pemanjat yang handal. Oh ya, Claire, tolong tangkap ini."

Gadis itu menangkap dengan gesit tatkala buah merah tersebut mulai dijatuhkan dari atas. Annariel bersiul melihat kecepatan dari seorang peri. Benar-benar tidak bisa diragukan. Annariel berniat untuk melompat turun dari atas pohon. Berhubung pohon apel satu ini tidak terlalu besar dan tinggi. Bersyukur karena semasa kecil gadis itu sering berkhayal menjadi Tarzan. Setelah ancang-ancang melompat, sialnya Kili datang bersama Thorin. Membuat gadis itu tidak sengaja menindih tubuh Kili dan terduduk di atasnya. Claire membuang apel tanpa sadar kemudian membantu Annariel.

Second ChanceWo Geschichten leben. Entdecke jetzt