Broken Past -Chapter Eighteen-

3 2 0
                                    


Aurora tak sengaja menjatuhkan air matanya. Ia ingin sekali membuka mulutnya dan memecah keheningan yang menyeruak antara mereka. Tapi kenangan yang pernah tinggal dalam benaknya seakan kembali mengurungkan keinginannya. Perasaannya terombang-ambing dengan rasa sakit dan penasaran. Rasanya ia masih sulit percaya dengan kata-kata Grey. Sekuat apapun ia berusaha untuk tidak memercayainya, serpihan kecil kenangan yang selalu muncul dalam mimpinya seakan membuat hatinya luluh untuk menganggap Grey telah mengatakan hal yang sebenarnya tentang keluarga mereka.

Aurora menoleh ke arah Jonas. Namun, laki-laki itu masih terdiam dengan sorot mata yang benar-benar sulit dijelaskan lagi oleh nalarnya. Ia bingung. Ia penasaran. Entah bagaimana menjelaskan isi hatinya saat ini. "A... apa yang dia katakan tadi, Jonas? Apa kamu juga tahu tentang masalah ini?" tanyanya memberanikan diri.

Tapi Jonas hanya tak bergeming dan meluruskan matanya jauh ke jalan di depannya. Raut wajahnya terlihat masih kencang sekali. Walau sebenarnya Aurora masih ingin tahu apa yang telah terjadi, tapi ia merasa kebungkamannya sudah menjadi jawaban. "Kalian... untuk apa kalian menyembunyikan semua ini dariku?" kepalanya menggeleng tak percaya.

Jonas terdiam. Ia sungguh tidak tahu bagaimana menjelaskannya pada Aurora. Selain berpikir ia membenarkan kata-kata Grey kalau dirinya tak berhak ikut campur dengan masalah mereka, ia juga tak ingin melihat gadis itu semakin bersedih setelah mengetahui apa yang pernah terjadi pada keluarganya dulu. Karena ia telah mendengar semua dari ayahnya.

Tubuh Jonas hanya terasa sakit ketika ia sekilas menoleh ke Aurora dan menangkap kebencian besar dalam sinar mata gadis itu. Ini kali pertamanya ia merasa sangat lemah dan tak bisa mengatakan apa-apa lagi. Tapi ia harus memberitahu apa yang ia ketahui. Mungkin hanya ini cara yang bisa membantu melepaskan kepenatan yang melanda pikiran gadis itu.

"Dia... dia memang pernah mencari tahu di mana kamu lahir, Aurora. Aku... pernah melihatnya saat aku memeriksakan kondisi kesehatanku. Pasti kamu masih ingat waktu kita bertemu di rumah sakit dulu. Ketika itu, aku nggak sengaja mendengar percakapannya dengan seorang dokter kandungan yang mengenal keluarganya. Kamu..." Jonas menghela napas sejenak sebelum ia kembali berkata, "Kamu harus memercayainya. Aku tahu dia tidak berbohong... Karena... Theo Baren Adhiwan, mendiang ayah kamu telah bersahabat baik dengan ayahku. Waktu kita masih kecil, aku benar-benar sedih mendengar tentang penyakit yang telah menyerang kesehatanku. Saat itu, aku baru pulang dari rumah sakit dan telah mendengar kecelakaan yang menimpa ayahmu. Namun, aku tidak tahu lagi apa yang terjadi pada hidup kalian setelah aku pergi dari pemakaman itu. Karena setelah ayahku ikut membantu segala urusan pemakaman dan proses investigasi kecelakaan lalu lintas yang terjadi waktu itu, aku harus melanjutkan sekolah di Jerman. Yang kudengar, mereka telah menutup kasus itu karena mereka yakin kalau kejadian itu murni kecelakaan."

Aurora seakan tak bisa lagi menguasai rasa terkejutnya mendengar cerita Jonas.

"Seharusnya kamu tidak mendengar semua ini dariku. Aurora... kalau kamu masih ingin tahu lebih banyak, kurasa kamu harus kembali ke rumah ayahmu. Aku sudah menemukan alamatnya dari informasi yang kudapatkan dari ayahku. Tapi... ada yang harus kamu tahu tentang rumah itu..." Jonas kembali menciptakan jurang besar antara mereka.

Bibir Aurora terasa kelu sekarang. Ia hanya bisa membalas tatapan Jonas tanpa satu kata pun. Tapi ia tahu kalau Jonas mengerti dengan rasa penasarannya yang sulit ia sembunyikan dari wajahnya ini.

"Om dan Tante kamu sudah membiarkan rumah itu kosong selama bertahun-tahun. Tapi aku sudah meminta beberapa orang untuk membersihkannya dan menjaga rumah itu agar kamu bisa tinggal di sana lagi sewaktu-waktu," Jonas kembali menarik napasnya dalam-dalam seakan ingin menghilangkan beban yang menghimpit dada untuk waktu yang tak sebentar. "Sudah lama. Tidak. Sudah terlalu lama mereka berbohong tentang keberadaan keluarga kamu. Om dan Tantemu itu memang tak seperti yang kamu pikirkan selama ini..."

Aurorabilia {END}Where stories live. Discover now