Dating? Sorry? -Chapter Ten-

6 2 0
                                    


Mobil Jonas mengarah kembali ke Jakarta. Aurora sudah menahan rasa takutnya saat kendaraan ini melaju cukup kencang menembus malam. Karena di sepanjang jalan bebas hambatan, rahang laki-laki itu terus menegang seakan pikirannya benar-benar penuh sekali tentang sesuatu. Mungkin ada pekerjaan yang belum terselesaikan atau dia benar-benar tengah memikirkan masalah yang cukup berat di kantornya. Karena itu, ia khawatir dan penasaran sekali tujuan mereka malam ini saat melihat mobilnya mengarah ke exit tol yang mengarah ke Semanggi.

Pikiran Jonas benar-benar sulit ditebak malam ini. Tidak. Dari awal aku memang tak pernah tahu tentang laki-laki ini dan aku sudah tidak mau tahu. Bahkan teman-temannya juga heran kenapa Jonas mau bercengkerama dengan gadis sepertiku. Apa aku diciptakan untuk memenuhi hasratnya untuk melampiaskan rasa amarahnya aja? Yang benar aja? Aurora terus menggeleng heran.

Tak lama setelah mobilnya terparkir di Plaza Semanggi, Jonas masih membisu dan membuat rasa penasaran Aurora terhenti saat ia mengikuti langkah laki-laki ini menuju Cinepolis –gedung bioskop yang ada di lantai lima mal ini. Melihat gelagatnya, ternyata Jonas sudah membelikan mereka dua tiket nonton film Spiderman yang terbaru. Mereka sudah tidak masuk ke dalam antrian lagi untuk membeli tiket. Bagus sekali. Sekarang dia hanya mau menghibur diri setelah hampir mengacau di acara tunangan temannya sendiri? Dia kira gue mau nonton bareng dia? Aurora menghela napas berat, dan... Eh!

Aurora tersentak melihat Jonas sudah mengambil dua tiket dari saku celananya dan menggandeng tangannya. Untuk menghindari keributan di mal ini, ia terpaksa menurutinya. Paling tidak mereka nggak menonton film drama romantis. Matanya memang sempat mengintip ke judul yang ada di tiket film mereka. Sungguh! Mana ada manusia waras yang mau nonton film drama percintaan dengan manusia yang lebih mirip manekin berjalan ini? Biarpun wajahnya lumayan berbakat jadi model papan atas sampai ke ujung Eropa sekalipun, tapi sikapnya sedingin es Atlantik dan sekeras batu karang. Mengerikan! pikirnya.

Sepanjang film dimulai, Jonas ternyata sudah memesan sekotak caramel popcorn, nachos, tahu ikan tenggiri, nugget, dan dua botol air mineral yang baru diantarkan oleh seorang karyawan ke kursi mereka. Malam ini jadi tambah sial karena Aurora hanya bisa meneguk air mineral yang diberikan padanya tadi. Sebelum akhirnya kotak popcorn dan makanan ringan di kantong plastik yang ada di pangkuan Jonas bergeser ke depan matanya.

"Lapar?" tanya Jonas sambil sekilas melirik ke arah Aurora.

Pertanyaan itu jelas mengejutkan dan membuat Aurora mendelik heran. Di tengah udara dingin dan setelah perjalanan panjangnya malam ini, mana mungkin perutnya bisa kenyang dengan sendirinya. Baru terpikir ia ingin sekali memukul kepalanya yang seperti nanas itu karena membiarkan tubuhnya kedinginan dan kelaparan di studio ini. Entah kenapa ia masih saja bisa bercengkerama dengan makhluk aneh sejagat raya ini dan harus meninggalkan gengsinya entah di mana. Kepalanya mengangguk cepat.

"Katanya tadi nggak selera makan," celetuk Jonas sambil kembali menarik kantong plastik berisi makanannya yang tadi disodorkan oleh tangan kanannya.

Aurora yang baru saja semringah melihat makanan kembali terkejut melihat sikap Jonas. "Kok diambil lagi?"

"Kan gue yang beli... Lagian lo nggak bilang kalau lo lapar," ujar Jonas asal tapi nyata. Karena ia memang nggak mendengar Aurora mengucap kata lapar lagi sewaktu mereka mau masuk ke studio ini.

"Tapi sekarang lapar!" Aurora mendelik heran menatapnya. Bisa-bisanya dia bikin tubuhku ini mati kedinginan di sini. Mana hpku masih ditahan di mobil. Huh! Apa dia pikir aku ini patung yang cuma bisa melihat dia makan!? batinnya sanbil menelan ludah. "Lo mau makan itu semua?" tanyanya heran karena ucapannya tadi sungguh nggak digubris Jonas.

Aurorabilia {END}Where stories live. Discover now