Is This First Love? -Chapter Fourteen-

4 2 0
                                    


Deru knalpot racing mobil Jonas kencang terdengar di sepanjang jalan Sudirman. Sementara Aurora hanya bisa menatap Jonas yang ada di balik stir mobilnya diam-diam dan dengan dahi mengernyit. "Kita mau ke mana? Kenapa lo selalu bilang waktu lo nggak..."

"Sebentar lagi sampai," belum selesai Aurora bertanya, Jonas sudah menjawabnya singkat, dan tentu itu bukan jawaban yang tepat bagi Aurora. Ia tahu itu. Ia hanya tak ingin menjawabnya dan membiarkan gadis itu mengetahuinya sendiri.

"Tapi lo sudah bilang itu dari setengah jam yang lalu. Gue lapar..." Aurora kembali protes. Terus terang, ia sudah berencana akan makan malam lebih dulu bareng Grey. Sekali-kali makan malam berat di kafe itu tak apa, pikirnya. Lagipula ia tak mungkin menghabiskan makan malamnya nanti. Namun, lagi-lagi Jonas mengacau rencana indahnya ini.

"Cerewet! Kalau aja jalanan kita tadi nggak macet, kita pasti sudah sampai dari tadi. Di sini bukan lo aja yang lapar! Gue juga! Jadi nggak usah banyak protes! OK!"

"I-i-iya." Aurora mengerucutkan bibirnya. Setelah melihat kotak musik itu, entah kenapa pikirannya jadi lebih berbeda memandang Jonas. Ia benar-benar penasaran sekali kenapa laki-laki itu melarangnya untuk menyentuh kotak itu.

Tak lama, ucapan Jonas terwujud. Mobilnya sudah terparkir manis di sebuah rumah bergaya arsitektur bangunan di Maroko. Sekilas pandang, rumah itu sungguh terlihat megah dan mewah sekali. Bentuk dan desain ruangannya didominasi oleh gaya Timur Tengah.

Menyusuri rumah itu, Aurora sungguh terpukau dengan desainnya yang klasik dan manis sekali. Dari halaman hingga interior di dalamnya ditata dengan sangat indah. Hanya saja, tak ada satu pun orang selain para pegawai yang menyambut kedatangan mereka dengan senyuman yang lebih dari sekadar ramah. Mereka benar-benar bersikap seolah mereka tengah menyambut pemilik rumah. Apa ini rumah Jonas? pikirannya mulai mengira-ngira.

Sementara itu, Jonas hanya melangkah di sisi Aurora dengan mulut masih terkunci.

Ketika mereka tiba di dalam rumah itu, ada sebidang halaman dan kolam renang besar yang tersedia di tengah-tengah rumah itu. Aurora terkesima melihat apa yang disiapkan oleh Jonas tepat di sisi kolam itu. Emosinya yang sempat ingin meledak lagi seketika luruh diterjang air hujan dan berganti dengan bunga-bunga yang harum. Matanya berbinar-binar.

"Buru makan! Katanya lapar!" seru Jonas ketika mereka sudah duduk di kursi.

"Ih... Buat apa lo menyiapkan semua ini kalau sikap lo masih nggak romantis!?"

"Dari tadi lo marah-marah terus, lo pikir gue bisa bersikap romantis lagi di sini?"

Mendengar ucapan Jonas, Aurora hanya bisa duduk manis dan membisu. Rasa herannya hanya tak bisa terbendung saat ia melihat meja makan malam mereka. Meskipun taplak putih susu berbahan satin telah terbentang mulus di sebuah meja bundar, lengkap dengan vas dan sekuntum bunga mawar merah yang terlihat manis, ia tak melihat makanan yang sekelas dengan kecantikan desain rumah ini.

"Ingat ya. Ini bukan kencan," celetuk Jonas seketika membuyarkan lamunan Aurora.

"Apa masih ada perempuan lain yang mau lo kenalin ke gue?" tanya Aurora terheran. Namun, ia mendadak merasa pertanyaannya itu seharusnya tidak ia lontarkan. Karena ia tak melihat kursi lain di halaman ini.

Jonas meluruskan tatapannya ke arah Aurora. "Menurut lo!"

"Terus ngapain lo ngajak gue ke sini?" Aurora jadi tambah heran. Apa dia ingin main tebak-tebakan denganku? Yang benar aja! Aku tak paham dengan laki-laki ini. Pikirannya semakin berkecamuk.

Jonas mendengus tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun. "Keberatan? Ingat ya, gue nggak mau lo buang waktu lo yang berharga malam ini buat memikirkan gue. OK!"

Aurorabilia {END}Where stories live. Discover now