Party Not Party -Chapter Nine-

5 2 0
                                    


Museum Prangko, Taman Mini Indonesia Indah...

Jonas melihat teman-teman kuliahnya berkumpul sebagian di sisi kedai makanan. Saat ini Elia –teman kuliahnya akan bertunangan dengan teman kuliah mereka yang berasal dari Indonesia dan tinggal di kota ini. Ia pun mendekati keduanya untuk memberikan selamat.

Saat melewati gerbang masuk museum ini, Aurora sudah melihat sebuah pergola yang didekorasi dengan dedaunan dan bunga-bunga berwarna pastel, serta papan ukiran bernama kedua pasangan yang bertunangan malam ini, Elia Melia dan Barra Adigunawan.

Memang sudah jelas ini bukan kencan, Aurora menebak niat Jonas sebelumnya. Tapi berhubung acaranya garden party, ia masih bisa menikmati bintang-bintang di langit yang terlihat bersinar terang seraya melangkah di sisi Jonas saat memasuki taman ini. Meskipun acaranya terlihat minimalis, tapi sejauh matanya memandang ia cukup menikmati dekorasi, lampu, dan bunga-bunga berwarna pastel yang menghiasi halaman gedung ini. Kalau tahu Jonas akan mengajaknya ke tempat indah ini, ia akan meminta ijin dari Grey. Kenapa dia harus gengsi untuk mengatakan tentang pesta ini? Pikirannya kembali membatin. Uh! Tapi hpku masih disita, aku nggak bisa menghubunginya! Sejenak ingatannya menyentil kalau hpnya masih ada di mobil Jonas dan waktu manggungnya sebentar lagi selesai. Sial!

Kriuuukkk! Sekarang malah perut Aurora yang mulai bernyanyi. Setengah jam lebih di mobil tanpa makan apa-apa, terang saja ia mulai lapar. Sudah jam makan malam juga. Mungkin satu suapan buah atau apa pun bisa mengganjal penghuni di perutnya ini.

Tak lama setelah Jonas selesai bersalaman di pelataran, ia pun meninggalkan Elia dan Barra dan mengorbitkan matanya mencari Aurora. Namun, sebelum ia menemukan gadis itu justru teman-temannya yang tengah menghampirinya dengan wajah terpukau.

"Wow! Apa kabar lo, Jonas!? Lama nggak kelihatan?" sapa Willy.

"Mir geht's gut1..." Jonas menjawabnya singkat dengan mata elang yang diam-diam masih mencari sosok Aurora di sekeliling halaman.

"Akhirnya lo datang juga lihat Elia tunangan. It's big news, bro!" ujar Darren.

Willy mengangguk. "Anak-anak di grup pengin sekalian reunian sama lo di sini."

Aurora tersentak dari tatapannya yang sejak tadi mengarah ke meja berisi beraneka jenis buah, kue, dan puding. Matanya telah beralih ke arah dua teman Jonas yang menghampiri cowok itu. Big news? Anak itu memang ajaib. Ada aja tingkahnya yang bikin susah. Tapi entah kenapa aku seperti tak bisa mengelak dari keinginannya ini, pikirnya sangat heran. Ia ingin kembali memilih makanan yang bisa ia makan, dan tak berharap Jonas menghampirinya lagi. Karena melihat mereka sedang mengobrol dan kelihatan sudah lama tidak bertemu, pandangannya kembali melihat ke arah piring kecil di tangannya dan melahap potongan pirnya. Saat ia berjalan mendekati meja lain yang menyediakan makanan prasmanan, telinganya pun masih bisa mendengar percakapan Jonas dan teman-temannya.

"Iya, bro! Kenapa tiba-tiba lo datang? Kangen Elia ya?" tanya Darren yang memang sampai saat ini masih senang sekali membuat acara nongkrong bareng teman-temannya. Tapi Jonas jarang sekali hadir, dan seringkali tak ada kabar di grup WhatsApp-nya sekalipun.

"Nggak. Kebetulan ada waktu," dengan santainya Jonas menjawab pertanyaan mereka seakan ia sudah terbiasa dengan sikap sarkastik teman-temannya itu. Wajar, ia memang tak pernah memenuhi undangan teman-temannya. Rutinitas pekerjaannya di kantor sudah tak pernah ada habisnya. Orangtuanya yang pebisnis sukses juga membuatnya selalu berhati-hati dalam berteman. Ia harus menghindari rumor di kehidupannya. Sedari kecil, ia memang sudah tidak bisa hidup seperti anak-anak lainnya yang penuh kebebasan untuk berekspresi. Tingkah laku dan pertemanannya sudah dibatasi oleh orangtuanya hanya demi imej dan...

Aurorabilia {END}Where stories live. Discover now