Bagian 20

619 73 5
                                    

"Ian jadian sama Jessica."

Hani berkedip beberapa kali. Bibirnya bergerak seolah ingin mengatakan sesuatu tapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Mencoba mencerna 4 kata yang barusan Dabin ucapkan. Apa itu tadi? Rasanya sangat sulit memahami kalimat sederhana itu. Hani jelas mendengar Dabin masih berbicara dalam bahasa yang sama dengannya tapi kenapa begitu sulit otaknya menerjemahkan apa yang di bicarakannya barusan? Hingga hanya sebuah kata tanya yang berhasil lolos dengan gagap dari bibir ranum Hani.

"Ian salah paham. Dia ngira lo beneran tunangan sama cowo lain."

"Astaga," Hani membenamkan wajahnya di kedua telapak tangannya. Hani tidak menyangka semuanya akan jadi seperti ini. Ingatan saat Fin mangajaknya membeli cincin lalu mengusak kepalanya saat masih video calling dengan Ian tempo hari kembali terlintas di kepalanya. Kemudian tanpa peringatan apa apa Hani meng-upload foto cincin itu lalu tidak bisa di hubungi sama sekali hingga sekarang.

Barapa banyak yang sudah Christian Yu simpulkan sendiri?

"Sebenernya, nggak akan sampai kaya gini kalau Jessica nggak manasin Ian mulu. Itu cewek sejak tau lo ke LA balik nempelin Ian lagi. Kemana mana ngikut mulu sama mulut kompornya yang nggak mungkin ketinggalan. Pinter banget ngehasut orang tuh cewek."

"Enggak, Bin. Bukan salah Jessica. Kesalahpahaman ini sumbernya dari gue. Kalau aja gue nggak mentingin kerjaan. Kalau aja gue lebih sering komunikasi sama Ian. Gue, Bin.. ini salah gue. Kita LDR-an kaya gini harusnya gue sadar kalau hal paling penting yang perlu di jaga itu komunikasi. Tapi yang gue lakuin justru malah sebaliknya. Gue terlalu percaya Ian nggak bakalan kenapa napa. Gue lupa, kesalahpahaman kaya gini mungkin banget kejadian dan bikin keadaan jadi lebih buruk."

"Han.."

Hani mengusap asal air matanya yang mulai menetes. Menghentikannya selagi belum terlanjur mengalir makin banyak. Dia merasa tidak pantas menangis. Ini salahnya sendiri. Dan mungkin juga perwujudan dari perkataannya dulu pada Hyunju. Saat itu Hani bilang akan menunggu jika Ian bersama dengan Jessica. Bertahun tahun dirinya merasa aman, hingga sekarang sepertinya Tuhan mengabulkan doa tanpa sengaja itu. Kata orang perkataan adalah doa kan?

"It's okay if you want to cry," Dabin berkata. Pria itu terlihat mengkhawatirkan Hani. Mungkin dia akan mengijinkan Hani bersandar di pundaknya kalau mereka ada dalam satu ruangan sekarang. "Kalau lo sedih, nangis aja. Nggak ada yang lihat. Tapi cukup sekali ini aja lo nangis. Besok besok nggak usah lagi. Gue ngerti perasaan lo, tapi nggak baik sedih lama lama. Apalagi nyalahin diri sendiri. Its not a good thing you do."

Seseorang yang sedih cenderung menangis makin kencang saat ada seseorang yang mencoba menghiburnya. Itulah yang Hani lakukan saat ini. Membenamkan wajahnya kembali pada kedua telapak tangannya, Hani terisak di depan Dabin. Pundaknya bergetar oleh tangisannya. Rasa sesak mulai menekannya di dada. Menyulitkannya dari bernafas.

Apa yang harus dia lakukan sekarang?

"There you go. Its ok, Hani. You can cry now. Tapi besok lo udah nggak boleh lagi. Jangan lupa kalau lo masih punya sesuatu yang lo cintai. Pekerjaan lo. Jangan bersikap seolah dunia hancur karena Christian Yu jadian sama cewek lain. Mungkin ini emang udah takdirnya gini. You can wait or let him go. Lagian, bukannya ini ada baiknya juga? Gue nggak bermaksud apa apa tapi seenggaknya lo nggak perlu mikirin dia menderita apa enggak karena nggak bisa ketemu lo. Just do what you love there and gue bisa jamin lo bakal baik baik aja. Kaya kata orang-orang, time will heal."

Hani mendongak, mengusap air matanya yang sepertinya sudah membuat wajahnya berubah mengerikan. Hani tidak perduli. "Makasih, Bin," katanya lirih kemudian setelah merasa cukup tanang. Hani bisa melihat Dabin tersenyum di ponselnya. Senyum yang tidak pernah gagal membuat pria itu tampak lebih manis dari biasanya.

ComfyWhere stories live. Discover now