Bagian 2

2.2K 214 22
                                    

"Wey! Ngelamun aja lo!" Itu Bobby lagi, duduk di meja di depan Hani. Ini setelah Bobby cs membersihkan diri setelah bermain air di lapangan dan Hani memilih melipir ke kamar mandi untuk ganti baju.

Apel pulang sebentar lagi, karena seluruh kegiatan class meeting sudah selesai sekitar 20 menit yang lalu. Hani memilih duduk di kelas dengan earphone di telinga sambil menunggu jam pulang. Baju olahraganya tadi sudah kembali pada pemiliknya dan Hani sudah kembali memakai seragamnya sendiri.

"Di tingguin bang Ian di parkiran samping pulang nanti." Lanjut Bobby setelah melihat Hani ingin menanggapi candaannya tadi. Kadang, lebih baik to the point kalau berhadapan sama Hani yang mager mode on begini.

"Ngapain?" Heran Hani. Seingatnya selama permainan tadi Hani tidak pernah melanggar orang itu. Christian memang menjaganya dengan ketat tapi Hani selalu bisa meloloskan diri tanpa harus wasit membunyikan peluit.

"Ya ngapain nanya ke gua, Hani-bee.. tanya aja sendiri nanti. Gua cuma bertugas menyampaikan mandat." Jawab Bobby sok bijak. Lalu beranjak menuju mejanya sendiri.

"Tiati di terkam di tempat lu Han," ucap Rose lalu tergelak bersama Jisoo, Jennie, tanpa Lisa yang tentunya sedang bersama kekasihnya di suatu tempat.

Lalu Hani? Hani memilih nyengir dengan tidak yakin. Otaknya langsung saja bilang untuk tidak menemui laki laki itu. Dia sudah cukup banyak menarik perhatian dengan bermain teramat bagus di pertandingan basket tadi. Kalau Hani menemui si Christian-Christian ini, mungkin besok pagi seluruh sekolah akan membicarakannya.

Tidak, tidak ingin.

Makanya setelah apel pulang selesai, Hani langsung saja berjalan keluar sekolah. Menunggu bis di halte yang berada 15 meter dari gerbang sekolah di seberang jalan. Lalu pulang tanpa beban, tidak mengira bahwa akan ada yang menunggunya di parkiran sampai setengah jam lebih.

Hani sampai rumah pukul 1.00 siang. Rumahnya kosong. Mamanya sedang bekerja di sebuah salon. Nanti jam 5 baru akan ada di rumah. Papanya, adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan di tengah kota. Jam 7 nanti baru akan ada di rumah. Hani selalu sendiri setiap pulang sekolah seperti ini. Kecuali mama atau ayahnya sedang tidak bekerja. Mau bagaimana lagi, ini adalah resiko anak tunggal.

Tapi tak apa, Hani sebenarnya suka saja sendirian di rumah. Mamanya sudah memasak pagi tadi, jadi Hani hampir tidak pernah nememukan piring kosong di bawah tudung saji. Misalpun itu terjadi, Hani tinggal masak apa yang ada di kulkas. Bagitu begitu masakan Hani sering dipuji tetangganya. Enak, lumayan enak.

Hani menyalakan televisi, lalu merebahkan badannya di karpet yang ada di tengah tengah sofa. Setelah berganti baju dan makan, menonton televisi adalah kegiatan Hani selanjutnya. Ada serial We Bare Bears di tv, Ice Bear favoritnya. Dan dia butuh istirahat setelah tadi energinya terpakai untuk bermain basket. Lagipula tidak ada PR, Hani ingin bersantai. Berguling-guling di atas karpet sambil menonton apapun, mungkin sampai mamanya pulang. Atau hanya bertahan setengah jam dan kini gantian televisi yang menonton Hani tidur dalam posisi miring.

Kelopak mata Hani menggelepar, merasa terusik oleh tepukan ringan di lengannya. Hani bertanya dalam benaknya yang belum sepenuhnya bekerja, kanapa di bangunkan padahal dia baru saja memejamkan mata.

"Hani.. dek.."

Mendengar nada halus dari sang mama, Hani pun membuka matanya penuh. Sepertinya dia tidur terlalu lama. Buktinya sang mama sudah pulang dari salon. "Kok mama udah pulang?" Tanya Hani dengan suara serak khas bangun tidurnya.

"Anak bos mama ada yang mau minta. Calon mertuanya dateng nanti malem makanya tutup salon cepet." Mamanya Hani duduk di sofa, kelihatan lelah kalau dari raut wajahnya. "Kamu itu, kalau cuma sendiri di rumah biasain kunci pintu, dek. Apalagi kamu hobi tidur di depan tv gini. Kalau nanti ada orang jahat masuk gimana? Mama juga yang repot tau, nggak?"

ComfyWhere stories live. Discover now