5. Seungmin

252 42 25
                                    

Hyunjin tengah berkutat dengan referensi jurnal-jurnalnya ketika suara bel rumah terdengar berkali-kali, membuat konsentrasinya buyar seketika.

"YEJIIII TOLONG BUKAIN!!" Teriaknya, sebelum sedetik kemudian mengingat bahwa ia sedang sendirian di rumah.

Karena si pemencet bel masih belum menyerah, Hyunjin mau tak mau terpaksa bangkit dari singgasananya dan berjalan emosi menuju pintu. Begitu sampai, ia membuka pintu dengan kasar karena emosi.

"SOPAN DIKIT KENAPA SI BANG....eh,elo." nadanya berubah mendatar begitu melihat orang di depan pintu.

Si pemencet bel hanya menyengir tanpa rasa bersalah. "What's up, bro!"

"Gak usah sok Inggris deh, lo," tukas Hyunjin kesal, sebelum menggeser dirinya untuk mempersilakan si tamu masuk. "Kapan balik dari Tokyo?"

"Baru kemarin," tamu itu, Seungmin, masuk dengan santai dan langsung menduduki sofa seakan-akan itu rumahnya sendiri. Dua buah paper bag yang sedari tadi ia bawa-bawa, ia letakkan di atas meja. "Nih, oleh-oleh."

"Makasih," Hyunjin menutup pintu lalu beranjak ke kamarnya. "Gue matiin laptop bentar. Kalo mau minum ambil sendiri aja ya di dapur."

"Sans," jawab Seungmin santai.

Alsaki Seungmin Kastara adalah satu-satunya teman terdekat Hyunjin, karena sejak dulu jarang ada anak laki-laki yang tahan berteman dengan Hyunjin si kutu buku. Mereka berteman sejak kelas satu SMA, dan berpisah saat kuliah karena Seungmin mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di Tokyo.

Sesuai perintah Hyunjin, Seungmin melangkahkan kakinya ke dapur untuk mengambil minumnya sendiri. Sebelum pergi ke Australia, Seungmin cukup sering berkunjung ke rumah ini, sehingga seluruh sudutnya terasa familiar dan tidak lagi ada rasa canggung.

"Kesini sementara apa gimana?" Tanya Hyunjin yang sudah kembali ke ruang utama dengan suara yang agak keras.

Seungmin kembali dengan membawa sebotol cola dingin dan dua gelas kosong. "Rencana stay, sih. Kebetulan kemarin dapet tawaran interview di Jakpus, yaudah gue ambil aja. Capek juga jauh-jauhan sama rumah," Seungmin meneguk colanya. "Lo sendiri?"

"Biasalah. Dapet tawaran beasiswa buat lanjut S2 di kampus, ya gue ambil aja. Sayang."

"Ambis lo masih gak ilang-ilang, ya," Seungmin tertawa. "Gak ngebul apa kepala lo dipake belajar mulu?"

Hyunjin ikut tertawa. "Ngebul,sih. Tapi nagih."

Seungmin hanya menggeleng-geleng heran, lalu mengedarkan matanya ke seisi ruang utama. Rumah itu masih sama seperti terakhir kali ia berkunjung, hanya saja saat ini lebih banyak foto terpajang di dinding, didominasi oleh foto-foto Hyunjin dan Yeji dalam berbagai momen. Seungmin menduga semua itu ide Yeji yang terhasut oleh teman-teman perempuan lain yang rutin memajang foto demi estetika, karena Hyunjin sudah pasti tidak akan mau melakukan hal-hal yang merepotkan seperti itu.

Ah, Yeji.

Seungmin berdeham. "Yeji kemana?"

Hyunjin meminum colanya. "Ngajar."

"Oiya? Ngajar dimana? Ngajar apa? Jadi guru dia sekarang?"

"Ngajar di JYP International School, ngajar biologi SMA, iya, jadi guru."

"Wah, keren." Seungmin bergumam, tanpa ia sadari  senyum samar terbit di bibirnya.

Hal itu tentu saja tak luput dari pengamatan Hyunjin. Ia mengamati Seungmin lekat, memikirkan berbagai hal di kepalanya.

"Min," Panggil Hyunjin pelan.

"Oi?" Seungmin santai meminum colanya.

"Lo masih suka sama Yeji?"

Mr. Chris and I (Hwang Siblings Ft. Bang Chan)Where stories live. Discover now